43 - Guru Killer

63 1 0
                                    

Menurut sebagian orang memendam perasaan itu jauh lebih baik daripada mengungkapkannya. Namun ada juga yang memilih untuk mengungkapkan perasaannya itu, tidak peduli akan mendapat balasan atau tidak. Yang penting dia sudah tahu tetang apa yang kita rasa. Memendam atau mengungkapkan itu tidaklah salah, namun diapun berhak tahu kalau ada seseorang yang menyayanginya dengan tulus. Barangkali dia akan mengerti dan membalas perihal apa yang kita rasa.

🌼🌼🌼


Kini keduanya sudah sampai didepan kelas Vera. Sebelum masuk kedalam kelas, tak lupa Vera untuk berterimakasih pada Kevin.

"Vin makasih ya lo udah nolongin gue tadi, pasti berat ya lo tadi angkat badan gue." Ucap Vera yang diakhiri dengan cengiran.

"Iya sama-sama. Nggak kok." Jawab Kevin enteng.

"Hah, beneran gak berat?"

"Gak salah lagi. Orang badan lo berat, keliatannya aja kecil tapi beratnya sama kayak emak dugong tau gak."

"Yang bener? Gue harus diet kayaknya."

"Gak usah bego, badan lo udah krempeng mau dikecilin sekecil apa lagi. Yaudah sana masuk kelas, gue juga udah telat ini."

"Ya katanya berat. Yaudah gue masuk dulu, bye." Ujar Vera yang langsung masuk kedalam kelasnya.

Kevinpun tersenyum simpul dan kemudian melangkahkan kaki menuju kelasnya.

Kevin merasa tenang sekarang, tidak adanya Riki setidaknya tidak ada lagi yang mengganggu Vera. Namun Kevin harus tetap menjaga Vera, bisa saja ada orang yang ingin mencelakainya. Kevin tahu bukan hanya Riki yang suka mengganggu Vera, tapi juga Sonia dan teman-temannya.

Kevin mulai memasuki kelasnya, sudah terdapat guru yang mengajar disana. Tanpa ragu ia mengetuk pintu dan masuk kedalam kelas.

"Dari mana saja kamu baru masuk?" tanya guru matematika yang terkenal killer dan tak tanggung-tanggung jika memberi soal. Ia bernama bu Endang dengan ciri khas memakai kacamata bulat tebal dan mempunyai badan yang gempal.

"Saya tadi terlambat bu, terus dihukum sama pak Yanto mangkanya telat masuk." Jelas Kevin.

"Ada-ada saja kamu ini. Yasudah sana duduk." Suruh bu Endang yang kembali membolak-balik halaman buku yang ia pegang.

Kevin bernafas lega, untung saja gurunya itu tidak memberikan hukuman. Ia duduk dikursinya dan mendapati Nana yang sedang menenggelamkan wajahnya dilipatan tangan. Sedang apa lagi jika bukan sedang berjalan-jalan kealam mimpi.

Kevin berusaha membangunkan Nana, dengan menyenggol lengannya sambil sesekali berbisik memanggil namanya. "Woi Na, Nana bangun njeng. Kalo ketauan bu Endang mampus lo." Seru Kevin yang memelankan suaranya. Namun Nana tetap saja tidak mau terbangun. "Kribo bangun woi." Seru Kevin lagi yang tetap saja tidak ada respon dari Nana.

"Eh itu yang belakang, Kevin lagi ngapain kamu?" tanya bu Endang yang hanya terlihat Kevin dari depan. Sedangkan Nana terhalang oleh siswa yang duduk didepannya.

"Eh anu bu, saya lagi bangunin Nana." Ujar Kevin yang tidak bisa mengelak.

Bu Endangpun menghampiri meja Kevin dan mendapati Nana yang sedang tertidur pulas. Bu Endang berkacak pinggang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Minggir kamu." Bu Endang menyuruh Kevin untuk menjauh.

Kalau sudah begini semua murid segera menutup telinganya rapat-rapat, tahu apa yang akan bu Endang lakukan.

"NANA SURYANA! BANGUN!! ATAU SAYA SIRAM KAMU PAKE AIR SEEMBER!" teriak bu Endang dengan suara cemprengnya namun Nana tak kunjung terbangun. Dengan rasa geram bu Endangpun menghirup nafas dalam-dalam. Untuk kesekian kali bu Endang kembali meneriaki Nana. "NANA SURYANAAAAA.." teriaknya dengan memanjangkan teriakannya, membuat Nana terlonjak kaget.

Vera Life Story [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang