Satu

443 89 118
                                    

"Baiklah, bapak akhiri pelajaran ini. Jangan lupa kerjakan tugas yang tadi bapak berikan. Sampai jumpa Minggu depan," ucap seorang guru yang membuat jiwa para murid yang tadinya berkelana entah kemana seketika kembali kepada raganya masing-masing. Mereka sangat gembira karena waktunya pulang. Sebenarnya waktu pulang sudah 30 menit yang lalu, namun guru itu selalu mengundur waktu pulang dengan mata pelajarannya yang memuakkan. Para murid berhamburan ke luar kelas. Mereka tidak sabar untuk segera berbaring di kasur tercinta.

Aras berjalan dengan santainya ke halte bus. Sejak SMP Aras memang berangkat dan pulang sekolah menggunakan angkutan umum, dan kebiasaan ini berlanjut saat ia SMA. Waktu demi waktu berlalu. Bus yang biasanya menjemput anak sekolah tak kunjung datang. Aras melirik jam tangannya. Pukul 16.00. pantas saja tidak ada bus yang lewat. Karena waktu pulang biasanya pukul 15.30 dan bus berhenti beroperasi pada pukul 15.45.

"Gimana ini? Gak ada bus sekolah yang lewat. Kalau bukan gara-gara guru itu, gue gak bakal nunggu di sini sampe sebosen ini dan gue pasti udah baca 4 buku ensiklopedia. Nyesel gue gak bawa buku bacaan buat nunggu bus," gerutu Aras sambil melirik jam tangannya. Dia sudah menunggu 30 menit tetapi tidak ada bus yang lewat. "Apa gue harus jalan dulu sebentar biar ketemu bus?" monolog Aras. Lalu dengan langkah berat Aras berjalan beberapa meter ke tempat yang lebih ramai, berharap ada bus atau angkutan umum apa saja yang lewat. Dan tiba-tiba ada seorang lelaki yang berhenti di depan Aras. Dia membawa kendaraan bermotor. Melihat logo sekolahnya Aras menyimpulkan bahwa dia tidak satu sekolah dengannya.

"Hey! Kayaknya lo gak bisa pulang ya?" tanya lelaki itu.

"Iya nih, dari tadi nunggu bus gak datang-datang," jawab Aras pelan.

"Kalo gitu pulangnya bareng aja ama gue, gimana? Mau kan?" tawar lelaki itu.

"Boleh nih? Gue gak mau ngerepotin lo."

Aras bimbang, apakah dia ikut pulang dengannya atau menunggu bus yang tak pasti datangnya kapan.

"Iya gapapa. Gue yakin jam segini gak bakal ada bus deh. Anak sekolah juga udah pada pulang ."

Akhirnya Aras memutuskan untuk ikut dengan pria itu. "Baiklah, gue ikut lo aja deh," dia langsung menaiki motor pria itu dan mulai meninggalkan halte.

Di sepanjang jalan tidak ada percakapan di antara mereka. Mereka terlihat canggung. Sampai akhirnya lelaki itu membuka suara.

"Lo sekolah di mana?"

"SMA Libra."

"Lo itu Aras kan?"

"Iya, gue Aras," jawab Aras. "Dari mana lo tau nama gue?"

"Ada deh," kekeh Dika. Dan tidak ada lagi percakapan di antara mereka.

Di sepanjang jalan terlihat beberapa anak sekolah bersiul-siul melihat Aras dan lelaki itu berboncengan.

"CIE, DIKA. ITU PACAR LO, YA?"
"WADAW, GAK TAUNYA MOST WANTED KITA DIEM-DIEM PUNYA DOI, NIH."
"AUTO JADI TOPIK TRENDING NO 1 SE-SMA LEO!"
"PJ WOY PJ!"
"CEWEKNYA BUAT GUE NAPA, GUE KAN JOMBLO HIKS..."
"NGENES ANJIR."
"HAHAHHAHA, PACARAN AJA TUH SAMA NONA POHON BERINGIN, SIAPA TAU DIA MAU."
"DAH AH, LAMA-LAMA JADI CREEPY NIH SUASANA."

Begitulah kata-kata yang mereka ucapkan. Membuat Aras tersipu malu dan menutup wajahnya agar yang melihatnya tidak tahu siapa dia. Sampai akhirnya Dika tiba di kompleks perumahan Aras. Aras minta diberhentikan di gerbang kompleks.

"Udah di sini aja," kata Aras. Dika lalu memberhentikan motornya dan Aras turun dari motor Dika.

"Thanks ya buat tumpangannya," kata Aras tersenyum manis.

"Sama-sama," Dika langsung tancap gas meninggalkan gerbang kompleks rumah Aras. Aras pun langsung pulang ke rumahnya dengan berbagai pertanyaan yang melintas di otaknya. Sebenarnya siapa Dika? Kenapa dia mau berbaik hati mengantarkanku pulang? Apa motif dibalik perbuatannya itu? Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang terlintas di otaknya.

***

Aras sedang membaca buku favoritnya, yaitu ensiklopedia. Menit demi menit berlalu, tiba-tiba muncul notifikasi di handphonenya.

*Ting.*
*Satu pesan WhatsApp belum dibaca.*

0831********: Aras, ini gue, Dika, yang tadi ngebonceng lo. Save nomor gue ya.

"Jadi yang tadi ngebonceng gue tuh Dika ya?" gumam Aras.

ArasOktarlyn: Oh, Dika ya. Oke, gue save nomor lo.

"Ck, ngeganggu aja. Mending gue lanjutin baca buku."

Aras kembali membaca bukunya dengan serius. Waktu menunjukkan pukul 22.30. Aras menyudahi rutinitasnya, berjalan menuju kamar mandi untuk menyikat gigi, kembali ke kamarnya dan bertualang menuju pulau kapuk.

***

Disisi lain Dika senang bukan kepalang ketika chat dia dibalas oleh Aras.

"Sepertinya gue suka lo, Aras. Semoga rasa suka gue ini gak bertepuk sebelah tangan."

Setelah merenung Dika pun menyusul Aras menuju pulau kapuk.

-----------------------------------------------------------------
To be continued.
Hai, guys. Ini cerita pertamaku, jadi maklumi ya apabila ada kesalahan dalam membuat cerita. Bantu aku untuk melanjutkan cerita ini dengan Vote dan Komen:)

For You:Please Come Back (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang