"eh gapapa kok" kata pria itu.
"Aduhh maaf banget ya. Baju Lo jadi kotor."
"Iya gapapa kok. Ada baju ganti juga kan di loker. Gue tinggal ganti". Katanya tersenyum. "Yaudah gue duluan ya" katanya lalu pergi.
Lettha kembali berjalan ke meja yang sudah ditempati Mala.
****
Lettha tengah berdiri di parkiran menunggu kenza untuk pulang. Tiba-tiba ada sebuah motor bersupirkan seorang pria berhenti di depannya, pria itu menaikkan kaca helmnya.
"Raka?" Lettha mengernyit kan alisnya.
"Naik" katanya datar.
"Ngapain? Gue lagi nunggu bang kenza nanti dia nyariin kalo gue pergi sama lo. Dan gue gabisa ngabarin soalnya hp gue mati" katanya panjang lebar.
"Gue udah bilang sama kenza lo balik sama gue"
"Lah? Ada angin apaan lo ngajak gue balik bareng?"
Raka mendelik "Mama nyuruh lo kerumah"
Lettha mengangguk mengerti lalu naik ke boncengan motor Raka.
****
Lettha tengah berkutat didapur. Nova mengajaknya memasak lagi. Lettha senang karna Nova sangat perhatian padanya. Rasa perhatian yang sudah jarang ia dapatkan dari bundanya karna terlalu sibuk dengan pekerjaan.
Lettha terkadang sering merasa kesepian saat dirumah. Tanpa sepengetahuan kenza, ia juga sering menangis saat teringat kehangatan keluarga nya dulu yang sekarang entah kemana.
Rasanya ia mendapatkan kasih sayang seorang ibu dari Nova. Walaupun tak sama seperti saat bersama Devi. Tali setidaknya itu lebih baik daripada tidak ada sama sekali.
Hari itu lettha benar-benar menghabiskan waktu dirumah Raka bersama Nova. Disana lettha menemukan sisi lain dari Raka yang selalu terlihat cuek dan dingin. Ternyata saat bersama keluarganya semua sifat itu tak ia perlihatkan. Ia justru mudah tertawa dan lebih banyak bicara.
"Sekali lagi makasih ya buat hariini" kata lettha mengembangkan senyumnya setelah mereka sampai di depan rumah lettha. "Mau mampir dulu?"
"Gausah udah malem" katanya datar meski tak sedatar saat awal mereka kenal.
"Yaudah hati hati" Raka melajukan motornya meninggalkan halaman rumah lettha.
****
Lettha merebahkan tubuhnya di atas kasur. Senyumnya mengembang saat mengingat kejadian dirumah Raka.
"Makasih buat semuanya. Hari ini gue seneng banget. Keluarga lo baik semua" kata lettha yang tengah memandang langit malam di balkon kamar Raka.
Raka tak menjawab. Ia tampak asik memandangi bintang yang bertabur indah di langit malam. "Disini gue liat sisi lo yang lain. Ternyata kalo sama keluarga lo lebih banyak ngomong da ga dingin ya" lanjutnya terkekeh.
Raka menoleh ke arah lettha sekilas lalu kembali memandang langit malam. "Issh jawab kek. Perasaan tadi dibawah lo banyak ngomong deh" kata lettha mulai kesal.
"Bentar" Raka masuk ke dalam kamarnya. Lalu kembali dengan membawa sebuah gitar ditangannya.
Ia duduk di kursi balkon lalu menepuk kursi sebelahnya mengisyaratkan agar lettha ikut duduk.
Lettha yang sejak tadi memperhatikan geram gerik Raka pun menurut.
Raka mulai memetik gitarnya. Ia tampak lihai memainkan gitar di pangkuannya. Lettha memejamkan matanya menikmati suara yang dihasilkan dari senar gitar. Entah mengapa, lettha sangat menyukai setiap nada yang dihasilkan dari senar tersebut.
Setelah beberapa menit memainkan gitarnya tanpa bersuara, Raka mengehentikan permainan nya membuat lettha kembali membuka matanya.
Lettha menoleh ke arah Raka begitupun dengan Raka. Membuat mata mereka bertemu. Tak lama lettha mengalihkan pandangannya karna pipinya sudah memanas. Ia tak mau Raka melihat ia blushing.
"Dari dulu gue suka banget suara gitar. Kalo gue ga bisa tidur, bang kenza suka mainin gitar buat gue sampe gue tidur". Kata lettha sambil menatap bintang di langit.
"Mau belajar gak?"
Lettha menatap Raka antusias "lo mau ngajarin?"
"Belajar sama kenza aja. Kan dia juga bisa" katanya terkekeh melihat ekspresi lettha.
Lettha mendengus "bang kenza sibuk mulu. Ga ada waktu kalo buat ngajarin gue gitar"
"Yaudah nanti gue ajarin."
****
Lettha tengah berkutat dengan buku-buku tebal di perpustakaan. Kelas sedang free tidak ada guru yang masuk. Jadi ia memutuskan untuk belajar di perpustakaan karna sebentar lagi ia harus menghadapi penilaian tengah semester.
Lettha mendengus kesal "ini gimana sih? Perasaaan gue udah ngikutin rumusnya deh. Tapi kok gaada hasilnya terus sih" gumamnya.
"Kenapa?" Tanya seseorang membuat lettha mendongak.
"Ehh. Lo kan yang-"
"Yang waktu itu lo siram pake minuman" timpalnya terkekeh "udah lupain aja elah"
Lettha tersenyum kikuk. Lalu kembali menatap bukunya. "Ga ngerti?" Tanya nya lagi.
"Ehh iya nih"
"Sini gue ajarin" kata pria itu lalu duduk di sebelah lettha.
"Emang bisa?"
"Wah lo ngeraguin gue"
"Ehh bukannya gitu"
"Ck. Udah sini bagian mana yang lo ga ngerti?"
"Yang ini" lettha menunjukkan salah satu rumus yang terdapat di bukunya.
"Oh ini" pria itu mulai menjelaskan rumus tersebut pada lettha. "Gimana? Udah ngerti?"
Lettha mengangguk"makasih ya" kata nya tersenyum "ehh btw kita belum kenalan loh"
"Ehh iya gue sampe lupa" katanya terkekeh "kenalin gue Arya kelas X IPA 3" ia menjulurkan tangannya.
Lettha membalas uluran tangan arya. "Lettha. Kelas X IPA 2"
- - - - - - - - -
Jangan banyak cakap ya
Readerss kuhh:)
Vote+coment nya Jan lupa❣
KAMU SEDANG MEMBACA
ALETTHA [Completed]✔
Teen Fiction[selesai] •tidak direvisi ulang• Tak selamanya es akan beku bukan? Ada kalanya ia akan mencair. Begitupun dengan dia. Tak selamanya bersifat dingin. Diapun pasti memiliki sifat hangat dibalik sifat dinginnya. Tinggal tunggu waktu dan kehadiran orang...