Raka menghentikan motornya didepan sebuah rumah. Sesuai kesepakatan semalam, pagi ini ia akan menjemput lettha untuk berangkat sekolah bersama. Ia sebenarnya bingung. Kenapa semalam ia mengirimkan pesan itu kepada lettha. Jaru bergerak begitu saja mengetikkan pesan kepada lettha tanpa ia sadari.
"Pagi ka" suara lettha menginterupsi nya.
"Ehh! Pagi juga lett" jawabnya refleks.
Setelah sapaan singkat tersebut. Lettha Naik keatas motor Raka. Raka melajukan motornya membelah jalanan menuju ke sekolah.
****
Lettha dan Raka berjalan berdampingan menyusuri koridor menuju kekelas.
"Pagi lett" sapa Arya sambil tersenyum saat mereka berpapasan di koridor.
"Pagi juga ar" balas lettha tersenyum
Raka menatap Arya datar lalu melangkah meninggalkan lettha dan Arya begitu saja.
Lettha yang menyadari Raka berjalan meninggalkannya ia pun segera menyusul "eh gue duluan ya ar" seraya berlari kecil mengejar Raka.
"Raka tungguin gueee!" teriaknya sambil berlari mengejar Raka.
Lettha membungkukkan tubuhnya dengan tangan yang menopang pada lutut saat sampai di meja Raka. Nafasnya tersengal-sengal.
"Lo kok ninggalin gue sih?"Raka hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada ponselnya. Lettha mendengus lalu berjalan menuju bangkunya dengan kaki yang dihentak-hentakkan
"Lo berangkat bareng Raka lett?" Mala menyambutnya dengan pertanyaan saat ia baru saja mendaratkan bokongnya di kursi.
Lettha mendelik lalu mengangguk kan kepalanya sebagai jawaban.
"Wah tinggal nunggu kabar jadian nih gue" katanya heboh.
"Apaan sih lo"
****
Lettha berjalan menyusuri koridor yang cukup sepi karna jam pelajaran masih berlangsung. Kelas Lettha sedang free jadi ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.
Saat melewati ruang musik, suara petikan gitar mengalun di telinganya. Tak lama dari itu, suara bass seseorang mulai bernyanyi mengikuti petikan gitar. Lettha merasa tak asing dengan suara itu. Karna penasaran, ia pun membuka sedikit pintu lalu menyembulkan kepalanya dibalik pintu.
Seseorang tengah membelakanginya dengan gitar di pangkuannya. Lettha tersenyum lalu melangkah masuk. Sepertinya pria itu tak menyadari kehadiran lettha.
Sampai ia berhenti bernyanyi begitupun dengan permainan gitar nya. Lettha bertepuk tangan membuat pria itu terkejut.
"Ahh. Gue selalu jatuh cinta sama permainan gitar lo" katanya.
Raka tak menghiraukan ucapan lettha.
"Ehh gue bisa main piano loh"
Katanya lagi. Lagi lagi Raka tak merespon ia hanya fokus pada gitar di pangkuannya sambil mencoba beberapa kunci baru.Lettha mencibir. Laki laki itu benar-benar cuek. Tadi pagi sana sok perhatian mau menjemputnya. Tanpa memperdulikan Raka, ia berjalan menuju piano. Ia duduk di kursi kecil didepan piano tersebut lalu menghela nafasnya. Jari-jari lentiknya mulai menekan nots demi nots piano tersebut
Oh, oh, oh
I never thought that it'd be easy
'Cause we both si distand now
And the walls are closing in on us
And we're wondering how
No one has solid answer
Just walking in the dark
And you can see the look on my face
It just tears me apartSuaranya mulai terdengar menyanyikan sebuah lagu dari Justin Bieber yang bertemakan broken home. Ia suka lagu ini. Lagu ini seperti dapat mewakili perasaannya. Meskipun tak sepenuhnya.
So we fight through the hurt
And we cry, and cry, and cry, and cry
And we live and we learn
And we try, and try, and try, and try
So it's up to you and it's up to meRaka diam. Memperhatikan lettha yang tengah bernyanyi dengan jari tangan yang terus menari diatas nots piano. Ia merasa begitu tersenyum dengan lagu yang dinyanyikan lettha. Entahlah. Ia merasa, lettha begitu menghayati lagu tersebut.
That we meet in the middle
On our way back down to earth
Down to earth, down to earth
On our way back down to earth
Mommy you were always somewhere
And Daddy I live outta town
So tell me how could I ever be normal some howAir mata lettha mulai terjun bebas di pipinya tanpa persetujuannya. Suaranya pun mulai bergetar.
You tell me this is for the best
So tell me why am I in tears, woah
So far away and now I just need you
Here
So we fight through the hurt
And we cry, and cry, and cry, and cry
And we live and we learn
And we try, and try, and try, and try
So it's up to you and it's up to meCukup!! Ia tak kuasa melanjutkan nya. Ia menghentikan permainan piano nya lalu menutup kedua wajahnya menggunakan telapak tangannya. Ia menangis.
Raka yang tengah memperhatikan pun terkejut melihat lettha yang tiba-tiba menangis.
Raka menghampiri lettha, ia melihat bahu lettha bergetar. Ia merasa sesak melihat lettha menangis seperti ini. Ia mengelus bahu lettha lembut memberikan ketenangan. "Lett, lo kenapa?" Suaranya terdengar begitu lembut. Tak ada nada dingin dan cuek seperti biasanya.
Dengan posisi yang belum berubah, lettha menggeleng. Namun tangisnya tak kunjung reda.
Raka berjongkok dihadapan lettha mensejajarkan posisinya dengan lettha. Ia menarik lettha kedalam dekapannya mencoba menenangkan lettha. Ia bingung harus melakukan apa selain ini.
Lettha membalas pelukan Raka. Entah mengapa ia merasa begitu tenang dalam dekapan Raka. Tangisnya berangsur-angsur mereda. Raka melepas pelukannya. Lalu menangkup wajah lettha dengan kedua telapak tangannya. Ia menghapus sisa air mata di pipi lettha menggunakan ibu jarinya. "Lo gapapa?" Tanyanya memastikan.
- - - - - - - - -
Segini dulu deh..
Pen tdr dulu
Jgn lupa vote+comment:)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALETTHA [Completed]✔
Teen Fiction[selesai] •tidak direvisi ulang• Tak selamanya es akan beku bukan? Ada kalanya ia akan mencair. Begitupun dengan dia. Tak selamanya bersifat dingin. Diapun pasti memiliki sifat hangat dibalik sifat dinginnya. Tinggal tunggu waktu dan kehadiran orang...