Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Raka bergegas menuju ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang ia pinjam tempo hari.
Raka harus mengantri beberapa menit karna ternyata banyak siswa-siswi lain yang hendak meminjam dan mengembalikan buku.
Setelah urusannya di perpustakaan selesai. Ia melangkah keluar dari perpustakaan menuju ke parkiran.
Saat sedang berjalan di koridor sekolah. Ia mendengar teriakan yang sepertinya berasal dari dalam gudang. Entah dorongan darimana, kaki jenjangnya melangkah mendekati gudang itu.
Setelah berada di depan gudang, ia mendengar jelas apa yang diucapkan seorang wanita dari dalam gudang. Ucapan wanita itu membuatnya yakin bahwa sedang terjadi pembullyan di dalam.
Raka benci bully. Karna bully ia kehilangan seseorang yang ia sayangi di masa lalu. Rahangnya mengeras mengingat kejadian itu. Ia tak akan membiarkan kejadian itu terulang kembali pada siapapun.
Brak
Raka mendobrak pintu gudang yang sepertinya sengaja dikunci. Rahangnya mengeras melihat 3 orang siswi tengah membully seorang siswi. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa mereka membully siswa itu. Bukankah mereka sama-sama wanita? Harusnya bisa lebih sering mengerti.
Ketiga sisiwi itu terlihat kaget dengan kedatangan Raka. Wajah mereka menegang, lalu memberanikan diri bangkit dari posisi jongkok nya.
"Ng...ngapain Lo kesini" bentak salg satu dari mereka sedikit gugup.
Raka menatap mereka tajam "Dasar gak punya perasaan. Pergi!" Bentaknya.
Lalu ketiga siswi itu pergi meninggalkan gudang dengan wajah yang terlihat kesal, takut, dan marah bercampur, meninggalkan seorang siswi yang sudah tergeletak pingsan di lantai.
Raka menghampiri siswi itu lalu berjongkok di sebelahnya. Sebelah tangannya terjulur menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah sisiwi itu.
"Alettha" ia tersentak mengetahui siapa yang menjadi korban bully tersebut. Bukan. Bukan karna ada perasaan atau apa. Ia hanya bingung gadis murah senyum seperti dia mengapa bisa memiliki masalah dengan senior seperti mereka. Raka memandang wajah alettha lekat.
Manis juga ternyata~ tanpa sadar sebuah lengkungan menarik tiap ujung bibirnya, menciptakan sebuah senyum tipis. Sangat tipis. Bahkan hampir tak terlihat.
Karna kasihan, Raka menggendong alettha menuju ke mobilnya. Setelah berada di dalam mobil, ia bingung harus membawa lettha kemana. Akhirnya ia membuka ponsel yang tadi tergeletak di sebelah lettha, yang ia yakini milik gadis itu.
Setelah mendapatkan alamat rumah lettha dari ponsel tadi, Raka segera melajukan mobilnya menuju ke alamat rumah tersebut.
Di perjalanan ponsel lettha terus saja berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Tapi Raka tak berani menjawabnya karena takut dianggap tidak sopan
- - - - - - - - - -
Di tempat lain, kenza terlihat sangat khawatir karena lettha tak juga pulang. Padahal hari sudah semakin sore. Ia sudah berulang kali menelfon dan mengirimkan lettha pesan, tapi tak ada respon sama sekali membuatnya semakin khawatir.
Tok tok tok
Mendengar suara ketukan pintu, kenza langsung kecil menghampiri pintu depan untuk melihat siapa yang datang. Ia sangat berharap itu adalah adiknya.
Rahangnya mengeras melihat siapa yang datang.
••••••••••••
Sedikit ya? Gpp ya hehehe.
Vote + coment nya dong biar
Semangat bikin chapter selanjutnya;)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALETTHA [Completed]✔
Teen Fiction[selesai] •tidak direvisi ulang• Tak selamanya es akan beku bukan? Ada kalanya ia akan mencair. Begitupun dengan dia. Tak selamanya bersifat dingin. Diapun pasti memiliki sifat hangat dibalik sifat dinginnya. Tinggal tunggu waktu dan kehadiran orang...