Kaila mengerjapkan mata lentiknya. menyesuaikan cahaya yang berada di ruangan tersebut."Alhamdulillah Sayang, Akhirnya kamu bangun." Bunda dan sahabat perempuan Kaila segera saja menghampiri gadis tersebut.
Bu Halimah, Nama itulah yang saat ini berada di pikiran Kaila. Apakah Bu Halimahnya benar-benar sudah meninggalkanya? Tidak! Semoga semua itu hanyalah mimpi buruk yang tak akan terulang kembali.
"Bu Halimah?" Kaila menatap Sang bunda yang tengah duduk di hadapannya. Berusaha meminta penjelasan.
"Kaila hanya mimpi kan, Bunda. Kalo Bu Halimah-" Kaila bahkan sulit untuk mengucapkan kata-kata itu. Kata keramat yang seakan tersangkut di tenggorokannya.
"Bu Halimah masih hidup kan, Bunda?" tanya Kaila.
Bu Mega langsung saja memeluk putrinya tersebut. Menyalurkan kekuatan kepadanya. Ia sangat paham bahwa Ini terlalu berat untuk Kaila.
"Allah lebih sayang sama Bu Halimah, Sayang. Ikhlasin ya biar Almarhumah tenang di sisi- Nya."
Jadi ini semua nyata? Bu Halimah benar-benar meninggalkan Kaila untuk selamanya? Kenapa takdir begitu mempermainkannya? Pertama takdir membuat Kaila hilang dari ingatan Fathur bahkan lelaki itu sampai membencinya. Dan sekarang takdir merenggut Bu Halimah dari Kaila untuk selama-lamanya.
"GAKK! BU HALIMAH GAK MUNGKIN NINGGALIN KAILA!!!" Kaila berteriak sambil meronta-ronta di pelukan Sang Bunda.
Bela segera membantu Bu Mega untuk menenangkan Kaila. Bahkan kekuatan keduanya pun tak cukup kuat untuk menenangkan Kaila. Dari pintu kamar muncul tiga orang laki-laki yang tidak lain adalah Dewa, Raihan, dan juga ayah Kaila.
Pak Adam selaku ayah Kaila segera berlari mendekati dan ikut menenangkan putrinya. Sementara Bela mundur dan mendekati Dewa. Lelaki itu berusaha menenangkan gadisnya yang juga terisak karena melihat kondisi Kaila.
"Ikhlasin Bu Halimah, Sayang," ucap Sang Ayah.
"BU HALIMAH MASIH HIDUP! DIA GAK AKAN NINGGALIN KAILA SENDIRIAN!" Kaila berteriak histeris.
Bu Mega menguatkan pelukannya kepada gadisnya tersebut. Kenapa harus putrinya yang menghadapi cobaan seberat ini? Kenapa bukan dirinya saja? Pikiran itu terngiang di benak Bu Mega. Sungguh Ia tak akan pernah tega melihat putrinya seperti ini.
"Ila gak boleh kaya gini, Sayang. Masih ada Bunda, Ayah, dan temen-temen Ila," ucap Sang Bunda menenangkan.
Kaila berhenti meronta. Gadis itu mendekap Sang Bunda erat-erat dan menangis di dekapan hangatnya. Tak ada yang dapat Kaila lakukan selain ikhlas. Kaila tak mampu merubah takdir. Bu Halimah telah pergi dan tak akan pernah kembali.
.......
"PAGI KAILA!" seru Bela ketika Kaila melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas.
Kaila melalui Bela begitu saja dan duduk di kursinya.
"Kai gue punya sesuatu buat lo," ucap Bela yang saat ini duduk di sebelah Kaila.
"Sebentar gue ambilin dulu di tas gue." Bela merogoh tasnya, mencari sesuatu yang akan Ia berikan kepada Kaila.
Gadis itu mengambil sebuah kotak dan langsung membukanya di hadapan Kaila. "TARA!!" pekik Bela antusias.
"Ini Pie susu oleh-oleh Kakak gue yang baru pulang dari Bali. Lo suka banget kan sama Pie susu? Ini gue bawain banyak buat lo."
Kaila melirik ke arah Pie susu itu kemudian beralih menatap Bela. Dari mana Bela tahu kalo Kaila sangat suka dengan makanan tersebut? Ahh Ia seharusnya tak perlu memikirkan itu. Karena Bela selalu mengetahui segalanya tentang Kaila. Sementara Kaila? Ia rasanya menjadi sahabat paling buruk di dunia ini karena tidak mengetahui apapun tentang Bela.
Bela juga selalu menguatkannya dan menghiburnya ketika dalam keadaan terpuruk. Lalu Kaila? Dia bahkan tidak tahu bagaimana kehidupan Bela. Tak pernah sekalipun bertanya apakah sahabatnya itu baik-baik saja.
. . . .
"DEWA, RAIHAN!" seru Bela membuat pemilik nama menoleh ke sumber suara.
Bela berlari menuju kumpulan lelaki yang hendak melangkah menuju kantin.
"Ehh jangan lari dong ayang Bela. Nanti kalo jatuh ke hati Abang Wahyu gimana?" Gombalan maut Wahyu keluar.
"Sa ae lu koreng basah!" ujar Sam. "Gede nyali juga lo, Yu. Liat no si Dewa melototin lo sampe matanya mau keluar."
Wahyu menoleh ke arah Dewa. Dan benar saja, lelaki itu tengah menatapnya sengit.
Wahyu nyengir sambil mengangkat kedua jarinya menandakan meminta damai. "Santuy, Wa. Gue gak bakal nikung temen kok."
"Ada apa, Bel?" tanya Raihan menghiraukan sahabat-sahabat somplaknya.
"Kalian liat Kaila?"
"Kaila?" beo kelima lelaki itu serentak. Anjaiii kompak ni ye!!
"Bukannya Kaila sekelas sama lo? Dan dia kan juga selalu bareng sama lo." tanya Dhio ikut nimbrung.
"Iya, Tadi gue kan dipanggil sama Bu Ida ke ruangannya. Tapi pas gue balik lagi Kaila udah gak ada," ucap Bela cemas.
Kecemasan dan kekhawatiran Bela menular kepada kedua lelaki di hadapannya. "Kamu udah tanya temen-temen kamu?" tanya Dewa. Cieee.. kamu!
"Aku udah nanya Ringga. Dia ngomong kalo Kaila tadi izin ke toilet tapi gak balik-balik."
"Lo udah nyari ke toilet?" tanya Raihan.
"Udah tapi gak ada. Gue udah cari Kaila kemana-mana. Udah gue telpon tapi gak aktif."
Raihan berlari begitu saja meninggalkan Bela dan sahabat-sahabatnya. Menghiraukan teriakan-teriakan mereka yang menanyakan kemana Ia pergi.
Raihan harus mencari gadisnya. Ia tidak mau sampai gadisnya melakukan hal bodoh. Raihan takut gadisnya kenapa-napa.Sementara itu, Seorang gadis berada di Rooftop sekolah. Kaila putri, Takdir telah merenggut segalanya darinya. Bahkan semesta seakan melarangnya untuk bahagia. Kenapa semuanya sekejam ini? Apakah dunia akan hancur jika dia bahagia? Gadis itu benar-benar berada di titik terendah saat ini. Kehilangan Bu Halimah dan dibenci oleh Sang Kakak membuat Ia tak memiliki harapan hidup lagi.
Satu kaki gadis itu naik ke atas pembatas Rooftop disusul dengan kaki yang satunya lagi. Ia menatap ke bawah. Terlihat lapangan yang luas. Bahkan murid-murid yang tengah berlalu lalang terlihat begitu kecil dari tempatnya berdiri. Tak lama, beberapa murid perempuan mulai berteriak histeris ketika menyadari keberadaan Kaila di atas atap sekolah. Membuat lapangan diisi oleh para murid, guru, maupun seluruh staf sekolah.
Bela, Dewa dan Geng Pandawa yang tengah sibuk mencari keberadaan Kaila sontak berlari ke tengah lapangan. Dan alangkah terkejutnya mereka ketika mendapati gadis yang tengah mereka cara malah berdiri di atas gedung berlantai tiga.
"KAI JANGAN NEKAT KAI!" teriak Ringga.
"NAK KAILA TURUN NAK!" teriak Bu Ida selaku wali kelas Kaila.
"KAILA GUE MOHON TURUN KAI! KAI PLISS KAI.." histeris Bela sambil menangis.
Dewa berlari meninggalkan kerumunan diikuti ketiga sahabatnya. Mereka harus menyelamatkan Kaila. Semoga ketika mereka sampai di atas, Kaila masih berada di sana.
Kaila menghiraukan teriakan Bela, teman-temannya maupun para guru. Mereka tidak akan pernah bisa merasakan apa yang Ia rasakan. Mereka tak akan paham bagaimana penderitaannya. Kaila merentangkan tanganya. Salah satu kakinya Ia apungkan di udara bersiap untuk terjun. membuat teriakan histeris dari para murid dan guru menyeruak. Kaila memejamkan matanya. Penderitaanya akan segera berakhir, Ia tak akan merasakan sedih lagi, Ia tak akan merasakan betapa sakitnya dibenci oleh Kakak tercintanya.
"Selamat tinggal Kak Fathur, selamat tinggal Ayah, Bunda, selamat tinggal Dewa, Bela, selamat tinggal Raihan. Selamat tinggal penderitaan, selamat tinggal dunia," gumam Kaila sambil menitihkan air mata.
"ARKHHHHHHH!!"
![](https://img.wattpad.com/cover/201916713-288-k275850.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaila
Teen Fiction# 1 Sedih 14-02-2022 # 1 Amnesia 08-11-2022 # 1 Panti 12-11-2022 Menceritakan tentang sepasang adik kakak yang tinggal di sebuah Panti Asuhan. Fathur sangat menyayangi Kaila begitu juga Kaila. Jika ada yang ingin mengadopsi Fathur, mereka juga harus...