BENCI

3.5K 215 0
                                    

Eventhough he hates you
You don't have to hate him

~Kaila~


Jangan lupa vote dan komentarnya ya kamu😘

Saat ini Sekolah digegerkan dengan kedatangan Raihan ke sekolah dengan menggunakan tongkat dan dibantu oleh teman-temanya. Tidak ada yang dilebih-lebihkan. Mereka hanya khawatir jika tanpa adanya Raihan akan berpengaruh pada mental tim basket SMA Pelita Bangsa.

"Ya ampun Raihan kenapa tuh?!"

"Bebeb kamu kenapa?!!"

"Boleh gak sihh jadi tongkatnya. Biar bisa sedeket itu sama Raihan."

"Kalo kakinya luka begitu, dia gak ikut kompetisi dong? Masak iya kapten gak ikut."

"Ya buat apa ikut kalo gak ada gunanya di sana nanti."

Kuping Raihan mulai panas mendengar orang-orang mulai membicarakannya. Jika tidak sedang seperti ini, mungkin Raihan bisa saja memberi pelajaran untuk mereka.

"Gak usah didengerin. Anggep aja kentut lewat," kata Wahyu.

"Bau dong?" sahut Sam.

Raihan tak menghiraukan perkataan sahabatnya. Ia berjalan terlebih dulu walaupun masih tertatih-tatih. Saat dirinya sampai di koridor Sekolah, tak disangka Ia berpapasan dengan seorang gadis yang telah memupuskan impian Raihan. Siapa lagi kalau bukan Kaila.

Kaila memelankan langkahnya saat berpasan dengan Raihan. Namun, lelaki itu malah memberikan tatapan elangnya kemudian berlalu begitu saja. Seolah-olah jijik melihat wajah Kaila.

Kaila menghela napas berat. Ia sadar bahwa dirinya patut dibenci. Dia telah menghancurkan impian Raihan untuk mengikuti kompetisi basket tingkat Nasional itu. Jika berada di posisi Raihan pun Kaila akan melakukan hal yang sama.

"Santai aja Kai. Nanti kalo emosinya udah reda, dia pasti gak bakal semarah ini kok sama lo."

Kaila yang awalnya tertunduk sontak mendongak. Sudah ada Empat lelaki dengan tubuh menjulang tinggi yang berdiri di hadapannya. Wahyu tersenyum ketika iris mereka saling bertemu.

"Jangan diambil hati ya perilaku sama omongannya si Raihan," giliran Sam yang berkata.

Kaila menggeleng. "Dia pantas marah dan benci sama gue."

"Benci itu awal dari sebuah rasa," kata Wahyu yang membuat kerutan di kening Kaila terukir.

Rasa apa?

"Kita duluan ya," pamit Wahyu. Tanpa mau memperjelas ucapannya tadi.

Keempatnya pun melenggang pergi. Dewa menepuk bahu Kaila dan tersenyum manis sebelum mengikuti ketiga temannya yang pergi lebih dulu. Sementara Kaila masih termenung di tempatnya. Rasa apa? Kaila masih penasaran akan perkataan Wahyu tadi.

&  &  &  &  &  &

Raihan baru saja keluar dari kamar mandi sekolah. Ia baru saja menyelesaikan rutinitasnya setiap hari yaitu buang air kecil. Cukup sulit melakukannya dalam keadaannya yang sekarang ini. Berjalan kemana-mana menggunakan tongkat. Benar-benar merepotkan.

Karena kurang berhati-hati, ditambah  lantai kamar mandi yang cukup licin. Raihan hampir terjatuh saat hendak melangkah keluar jika saja tidak ada seseorang yang siap menooang tubuhnya yang kehilangan keseimbangan.

"Maka-"

Ucapan Raihan terhenti ketika mengenali sosok yang baru saja membantunya. Sesegera mungkin Ia bangkit dan menyingkirkan tangan mungil itu dari tubuhnya. Namun, lagi-lagi Raihan hampir terjatuh dan Kaila kembali membantunya.

Raihan menepis tangan Kaila dengan kasar. "Gue gak butuh bantuan lo!" seru Raihan.

Kaila tetap keukeh membantu Raihan yang kesulitan tersebut. "Lo boleh benci gue. tapi bukan berarti lo ngelarang gue buat berbuat baik sama lo."

kaya pernah denger.

Raihan tak bergeming, ternyata Kaila masih mengingat kata-katanya itu. tanpa persetujuan dari Raihan, Kaila membantu lelaki  itu keluar dari kamar mandi. Sementara Raihan entah kenapa tak memberontak lagi. Membiarkan Kaila membantunya.

Tak pernah Kaila duga jika niatnya membuntuti Raihan berguna juga. Tadi, ketika Kaila fokus mendengarkan guru yang tengah menerangkan materi. Suara ketukan antara lantai dan tongkat milik Raihan mengganggu perhatiannya. Terlihat Raihan yang sedikit kesulitan berusaha berjalan ke arah toilet. Merasa khawatir jika terjadi sesuatu lagi pada Raihan, akhirnya Kaila meminta izin juga kepada guru pengampu untuk pergi ke toilet.

"Woyy Han!" suara itu mengintrupsi Kaila dan Raihan untuk menoleh.

Dua orang lelaki berjalan ke arah mereka. Yang tak lain dan tak bukan adalah Dewa dan Wahyu.

"Lo ditungguin dari ta-"
Wahyu menghentikan ucapanya ketika menyadari kehadiran Kaila.

"Ehh ada neng Ila," ucap Wahyu menggoda. Tak berselang lama wajah Wahyu berubah drastis. Dia menyadari sesuatu yang sangat penting dan berbahaya. "Tunggu-tunggu! Raihan sama Kaila keluar dari toilet laki-laki. jangan-jangan lo berdua abis-"

Dewa langsung menjitak kepala Wahyu cukup keras. "Bersihin tuh otak! pikiranya kotor mulu!" hardik Dewa. Tentu saja Ia tak percaya kedua sahabatnya melakukan hal yang dipikirkan Wahyu.

"Gue duluan," pamit Kaila.

Lebih baik segera beranjak pergi sebelum ini semua semakin menjadi runyam. Ia melenggang begitu saja meninggalkan Raihan, Wahyu, dan Dewa.

"Heh kampret! Lo abis ngapain di kamar mandi sama Kaila? Di depan yang lain aja keliatannya benci banget. Ehh giliran ada kesempatan diembat juga," tanya Wahyu mengintimidasi. Yang malah terdengar seperti tuduhan bagi Raihan maupun Dewa.

"Mulut lo yang gue sobek atau otak lo yang gue cuci? Pilih salah satu," decak Dewa sambil memasang wajah marahnya.

"Buset galak bener. Gue kan cuma nanya, Wa. Salah gue dimana coba?" tanya Wahyu mendramatisir. Seolah dirinyalah yang merasa tersakiti di dunia ini.

"Kesannya lo nuduh Raihan sama Kaila 'ngapa-ngapain', dasar bego!" hardik Dewa.

Raihan menepak kepala Dewa maupun Wahyu. Otak Wahyu terlalu kotor dan Dewa terlalu emosi menanggapi orang bodoh seperti Wahyu.

"Kita kagak ngapa-ngapain tolol! Cewek tadi cuma bantuin gue yang hampir kepleset," beritahu Raihan.

Dewa dan Wahyu mengangguk paham. Jika dipikir-pikir, Raihan terlalu cemen untuk masalah yang seperti itu.

"Denger kagak lo? Gue suciin juga tuh otak!" Dewa masih sedikit emosi.

"Iya ngapa iya. Gak cuma gue yang bakal mikir begitu ketika liat cewek dan cowok keluar barengan dari kamar mandi cowok," Wahyu masih membela diri.

"Dia gak masuk. Tadi gue hampir sampe di luar kamar mandi, tapi kepleset dan kebetulan ada dia lewat," tutur Raihan. Masalah seperti ini harus Ia jelaskan dengan detail kepada si otak kotor seperti Wahyu.

"Makanya kagak usah sok kuat jadi cowok. gue kan udah nawarin buat nganter lo tadi," cela Dewa.

"Ya."

Raihan berjalan lebih dulu. Tak lama Kemudian Dewa dan Wahyu mengikutinya. Kedua sahabatnya itu masih sibuk berselisih paham mengenai kejadian tadi. Sementara Raihan tengah asik dengan pikirannya sendiri. Mengapa Kaila ada di sana? Di depan toilet laki-laki. Jika ingin pergi ke toilet perempuan, tentu saja tidak lewat sana. Toilet laki-laki berada di bagain paling ujung. Dan tak ada alibi yang menguatkan, jika Kaila berniat pergi ke tempat lain selain kamar mandi laki-laki. Tetapi untuk apa?

KailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang