MENANTI

3K 157 5
                                    

Sudah hampir dua minggu lebih gadis itu setia menutup matanya. tak ada kemajuan sedikitpun dengan keadaanya. Membuat tim medis dan keluarga hanya bisa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Tak ada rasa bosan di diri Fathur yang setiap hari selalu berada di sisi Sang adik. Ia ingin ketika adiknya bangun nanti, orang yang pertama kali gadis itu lihat adalah dirinya. Fathur juga ingin memberitahukan bahwa Ia telah ingat segalanya.

Fathur benar-benar sudah ingat segalanya. Ia memanfaatkan waktu dengan baik. Pergi dengan Dewa ke tempat-tempat masa lalunya untuk berusaha mengingat segalanya dan berakhir tak sadarkan diri. Hingga berbuah manis. Ingatannya telah kembali seutuhnya.

"Jadi begini ya rasanya menanti seseorang."

Apakah ini yang dirasakan adiknya selama ini? Menantikan seseorang selama 8 tahun lamanya.

"Bangun sayang. Kakak gak sekuat Ila yang bisa menahan rindu selama 8 tahun. Kak Fathur lemah tanpa Ila."

Air mata Fathur lolos tanpa permisi. Selalu saja begini. Fathur akan menitihkan air matanya ketika tengah bermonolog dengan sang adik. Lemah sekali!

"Ila mau hukum Kakak?"

"Bukannya Ila paling gak bisa ya bikin Kak Fathur kecewa?"

Sial! Ingatan-ingatan masa kecil Fathur kembali terngiang di otaknya. membuat rasa bersalah hinggap kembali di diri seorang Alfath Fathur.

"Bangun, Ila. Kakak kangen sama kamu, Kakak janji gak akan ninggalin kamu lagi. Kakak akan tebus penantian Ila. Kita akan hidup bersama, menikmati senja berdua saja," janji Fathur.

- - - - -

Ketika Fathur keluar, sudah banyak teman-teman Kaila yang hendak menjenguk gadis itu. Mulai dari Reno, Ringga bahkan Rere dan Widia Pun juga ada di sana. Alhamdulillah... dah tobat.

Geng Pandawa? Jangan ditanya lagi. Mereka selalu setia menanti kesembuhan Kaila.

"Kak kenalin ini temen-temen sekelas Kaila dulu. Mereka ke sini mau jenguk Kaila," ucap Dewa.

Fathur tersenyum ke arah Empat remaja tersebut. "Gue Fathur. Kakaknya  Kaila."

"Anjirrr ternyata ganteng bener ya Kakaknya Kaila," histeris Rere tanpa sadar.

"Iya njirrr! Cool bener," pro Widia.

"Yee Dasar dugong! Mata lo berdua jelalatan amat sih!" hardik Ringga yang membuat semua orang terkekeh. Nyesel bawa mereka!

"Oh iya, Kak. Gimana keadaan Kaila?" tanya Reno menanyakan tujuan utama mereka kemari.

Mata Fathur menyiratkan kesedihan yang amat mendalam. Rasanya sakit ketika harus menceritakan keadaan Sang adik. "Belum ada kemajuan," lirih Fathur.

"Kaila pasti bakal sembuh kok," ucap Rere.

"Iya. Kaila cewek yang kuat. Dia gak akan menyerah begitu aja," Imbuh Widia.

Seluruh pasang mata tertuju pada Rere dan Widia. Benarkah baru saja kedua gadis itu memuji Kaila? Kesambat apa mereka berdua?

"Kenapa pada  ngeliatinnya gitu banget sih?" heran Siska.

"Tau ihh! Tenang kita udah insaf kok karena dapet pencerahan dari PAK USTAD," ucap Rere dengan menekankan kata 'pak ustad' ke arah Ringga.

Pandangan orang-orang beralih ke arah Ringga yang tersenyum bangga.
Bagaimana tidak, Seorang Ringga Danuarta bisa membuat Ratu Bullying insaf. Benar-benar menakjubkan.

- - - - -

Fathur duduk sendiri di kantin rumah sakit. Jika saja Dewa dan yang lain tidak memaksanya untuk makan siang, Ia pasti akan tetap berada di sisi Sang adik. Menemaninya sampai siuman. Lelaki itu hanya  mengaduk-aduk makanan tanpa berminat untuk memakannya.

KailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang