Indonesia-Inggris

2.6K 130 3
                                    


Semenjak ditinggal Kaila ke luar Negeri, Raihan Pranata menjadi seorang yang pendiam, jarang keluar malam, dan sulit untuk diajak berkomunikasi. Kepergian Kaila berdampak besar baginya.

"Jangan gini terus napa, Han!" ujar Sam.

Saat ini Geng Pandawa tengah duduk di taman panti. Ya, setiap libur kuliah mereka akan datang ke panti untuk memberikan beberapa mainan, makanan dan pakaian untuk anak-anak Panti.

"Gini gimana?" tanya Raihan. Akhirnya..

"Udah enam bulan lebih Kaila ninggalin Lo. Dan selama itu juga Lo jadi orang pendiem kayak gini!" geram Sam.

"Tau! Mau jadi member nya si Dhio Lo!!" Wahyu ikut-ikut.

Dhio yang sedaritadi hanya diam melirik ke arah lelaki yang mengenakan baju berwarna kuning cerah dengan gambar spongebob itu. Siapa lagi kalau bukan Wahyu Bagaskara.  Wahyu hanya nyengir sambil menikmati permen milkita nya. Watados sekali!!!

"Bener apa kata Samuel, Han. Lo jadi pendiem semenjak Kaila pergi. Lo juga jadi tempramental sekarang," Pro Dewa.

"Cewek yang lagi Pms mah kalah," timpal Wahyu.

Benarkah? Tapi Raihan tidak bermaksud seperti itu. Apakah ini efek karena Ia rindu dengan Kaila?

"Kaila pasti bakal merasa bersalah kalau ngeliat lo kaya gini," lanjut Dewa yang diangguki oleh Sam, Wahyu dan Dhio.

"Gue juga gak tau, Wa. Kenapa gue bisa kayak gini. Apa karena gue kangen sama Kaila? Udah lama banget dia gak ngabarin gue. Dia baik-baik aja kan?"

Dewa merangkul Raihan. "Lo tenang aja, Kaila pasti baik-baik aja kok. Mungkin dia punya alasan tersendiri buat gak ngabarin lo."

Raihan mengangguk setuju. Tapi alasan apa? Tak tahukah gadis itu bahwa Raihan selalu tersiksa oleh rindu? Tiba-tiba Sam dan Wahyu tertawa terbahak-bahak, membuat Raihan, Dewa, dan Dhio menautkan alisnya. waras kah?

"Gila lo berdua?" tanya Dhio.

Bukannya menjawab, Keduanya semakin menjadi. hingga beberapa anak Panti yang tengah bermain refleks menoleh ke arah keduanya. Orang gila baru?

"Ngakak aja liat ketua Geng Pandawa bisa sebucin ini," ujar Wahyu.

"Dulu aja ngomongnya jijik kalo ada yang bucin! Jilat ludah sendiri kan Lo!" ejek Sam.

"AKU KESAL DENGAN JARAK, YANG SLALU MEMISAHKAN KITA.." Dengan suara pas-pasannya Sam dan Wahyu menyanyi.

Raihan mendelik tajam ke arah dua manusia laknat itu. Tidak tahu saja mereka bagaimana rasanya terjebak hubungan LDR. Lagipula sekarang Raihan sadar bahwa menjadi bucin untuk orang yang dicintai tidaklah menjijikkan.

"Lo berdua ngomong gitu karena gak tau rasanya LDR-an." Dhio membela Raihan.

"Iya-iya yang menjalani hubungan LDR sama Neng Tamara mah," ujar Wahyu dan Sam bersamaan.

"Ngomongin tentang LDR an gue jadi keinget sama bapak lo Sam," ucap Dewa tiba-tiba.

"Oh iya Sam! Lo kan juga LDRan sama babe Mario ya," jeplak Wahyu yang membuat tawa semua orang pecah kecuali Sam.

"Babe pala lo peang!" Sam tak terima.

"Tapi jujur gue juga kangen sama tuh guru. Ya walaupun ngeselin sih," ucap Sam dari hati yang paling dalam.

Bapak juga kangen kamu, Sam. -Pak Mario-

"Gue yakin Pak Mario juga kangen banget sama lo, Sam. Ya, Lo tau sendiri kan ikatan batin antara anak dan bapak." Raihan ikut-ikutan mengejek.

"Setuju tuh gue sama Raihan," Pro Wahyu yang diangguki Dewa dan Dhio.

"Kurang ajar lo!"

Sam menindih tubuh Wahyu dan Raihan hingga ketiganya guling-guling di rumput hijau taman Panti Asuhan. Sementara Dhio dan Dewa sudah tertawa terbahak-bahak ketika melihat pertempuran tiga sahabatnya itu.

Mau sedewasa apapun, mereka akan saling memperlihatkan sifat asli mereka satu sama lain yang tidak pernah diperlihatkan kepada orang lain. Contoh saja seperti sekarang. Siswa-siswi SMA Pelita Bangsa dan Teman kampus sekalipun tidak akan ada yang percaya bahwa lima orang lelaki yang dari Sma sampai kuliah menjadi idaman kaum hawa bisa memiliki tingkah se Absurd itu.

* * * * *

Seorang gadis tengah berdiri di jendela apartemennya. Menikmati setiap hembusan angin serta mengamati kerlap-kerlip Kota Oxford, Inggris.

Matanya terpejam, membiarkan dinginnya udara malam negara orang menerpa wajahnya. Kaila rindu negaranya, rindu suasananya, rindu sahabatnya dan yang paling Ia rindukan adalah Raihan. Sedang apa lelaki itu? Sekarang pukul 8 malam di sini. Itu tandanya saat ini di Jakarta sudah jam 3 pagi. Karena Ibukota Jakarta lebih cepat 7 jam dari Oxford.

"Ila."

Suara Bariton itu membuat Kaila Refleks menoleh. Sudah ada Kakaknya yang tengah berdiri di ambang pintu sambil membawa segelas susu. Fathur masuk ke dalam kamar Sang adik. meletakkan susu tersebut di atas nakas, kemudian duduk di sisi ranjang disusul Kaila.

"Kakak udah duga kalau kamu belum tidur," ucap Fathur sambil mengelus surau lembut Kaila.

Kaila menenggelamkan kepalanya pada dada bidang milik Fathur. Sementara Fathur mendekap Sang adik dari samping. Jika Kaila manja seperti ini pasti Ia sedang merindukan seseorang. Pikir Fathur.

"Raihan Menghubungi Kakak. Katanya kamu gak ngangkat telpon dari Raihan dan gak telpon Raihan balik. Ada apa, hmm?" Tangan Fathur yang satu lagi terulur mengelus pipi Kaila.

"Ila cuma gak mau Raihan sedih."

"Setiap telponan sama Raihan Ila selalu nangis karena kangen. Ila gak mau buat Raihan Khawatir dan ikut sedih Kak. Makanya beberapa bulan ini Ila gak pernah angkat telpon dari Raihan biar kita gak saling sakit," jelas Kaila.

"Kamu yakin itu gak buat kalian sakit?" tanya Fathur.

Kaila bangkit dan menatap Sang Kakak. "Maksud Kakak?"

Fathur tersenyum. "Niat Ila emang baik. Tapi cara Ila yang salah."

"Hubungan jarak jauh memang tidak mudah untuk dijalani. Dan kendala paling berat dari hubungan jarak jauh adalah Rindu."

"Kerinduan selalu terasa menyiksa untuk siapapun. Bukankah Ila pernah merasakannya ketika kakak pergi dan hilang ingatan?"

Dengan polosnya Kaila mengangguk.

"Salah satu cara meringankannya yaitu dengan cara mengabari. Karena mendengar suara orang yang kita cintai adalah penawar rasa rindu yang selalu membelenggu."

"Dan mungkin itulah yang Raihan nantikan. Penawar rasa rindunya, yaitu kabar dan suara Ila. Ila gak mau kan apa yang dulu Ila rasakan terjadi pada Raihan?" tanya Fathur.

Kaila menggeleng kuat-kuat. Mana mungkin Kaila membiarkan itu terjadi pada Raihan. Tidak akan pernah Kaila biarkan Rindu menyerang Raihan sama seperti yang dirasakannya dulu.

KailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang