TERSADAR

3.3K 180 4
                                    

"Selamat tinggal Kak Fathur, selamat tinggal Ayah, Bunda, selamat tinggal Dewa, Bela, selamat tinggal Raihan. Selamat tinggal penderitaan, selamat tinggal dunia,"Gumam Kaila sambil menitihkan air mata.

"ARKHHHHHHH!!" teriak seluruh orang yang ada di bawah.

Seluruh orang berteriak ketika menyaksikan Kaila hampir saja terjun bebas jika saja seorang lelaki tidak menarik gadis tersebut dan membuat keduanya terjatuh ke atap kembali. Kaila yang memejamkan matanya segera saja membuka mata lentiknya. Ia mendapati Raihan tengah mengerang kesakitan di sampingnya  dengan darah segar yang mengucur di pelipis kirinya.

"APA YANG KAMU LAKUIN?! KAMU  MAU NINGGALIN AKU? ORANG TUA KAMU? TEMAN-TEMAN KAMU?!" bentak Raihan.

Kaila tak menjawab. Gadis itu hanya diam dengan tatapan kosong. Dan hal itu membuat amarah Raihan menguap. Raihan langsung saja memeluk Sang gadis. Seandainya Raihan telat sedetik saja mungkin Ia akan kehilangan gadisnya untuk selama-lamanya dan Raihan tidak akan sanggup hidup tanpa Kaila.

"Jangan pernah berpikir untuk ninggalin aku. Aku gak akan sanggup hidup tanpa kamu."

Lelaki itu menangis sambil memeluk erat Kaila seolah-olah tidak ingin melepaskan gadisnya. Sementara Kaila hanya diam tanpa membalas pelukan Raihan.

Pintu Rooftop di buka dengan kasar. dan menampakkan empat orang lelaki yang sering menyebut dirinya Geng Pandawa. Keempatnya dapat bernapas lega ketika Kaila sudah di selamatkan oleh Ketua Geng mereka. Namun, salah satu di antara mereka berjalan dengan langkah lebar mendekati keduanya kemudian menarik paksa Kaila untuk berdiri.

PLAKK!!

Sebuah tamparan mendarat bebas di pipi Kaila. Membuat Geng Pandawa membelalak kaget terutama Raihan. Ia langsung berdiri dan mendorong tubuh Dewa.

"Lo apa-apaan sih, Wa?!"

"Diem, Han! Ini bukan waktunya lo ikut campur!" hardik Dewa.

Dewa kembali mendekati Kaila yang menatapnya dengan tatapan terkejut. Bagaimana tidak, Baru kali ini Kaila melihat Dewa semarah ini dan sampai menamparnya.

"BODOH!" cela Dewa tepat di depan wajah Kaila.

"APA YANG ADA DI PIKIRAN KAMU HAH?! APA KAMU PIKIR DENGAN BUNUH DIRI BAKAL MENGAKHIRI PENDERITAAN?! PENDERITAAN ILA MALAH BAKAL BERTAMBAH BERKALI LIPAT, KAILA!" bentak Dewa.

"DENGAN KAMU BUNUH DIRI, KAMU BAKAL NYIKSA AKU, AYAH, BUNDA ILA, RAIHAN, BELA, DAN SEMUA ORANG YANG SAYANG SAMA ILA!"

"KALO BU HALIMAH MASIH HIDUP. DIA PASTI BAKAL KECEWA BERAT SAMA KAILA! BU HALIMAH NGAJARIN KITA UNTUK SELALU KUAT! GAK MUDAH PUTUS ASA KAYAK GINI!"

Bu Halimah. Nama itu membuat Kaila tersadar. Seketika rasa penyesalan  menumpuk di dadanya. Semua yang dikatakan Dewa memang benar. Bu Halimah pasti akan kecewa jika Ia mudah putus asa seperti ini. Lagi-lagi air mata menerobos keluar dari mata Kaila.

"Maaf," ucap Kaila lemah dan parau. Kaila terisak, menangis sejadi-jadinya.

Dewa langsung saja memeluk Kaila seperti yang dilakukan Raihan tadi.

"Maafin Dewa udah kasar sama Ila. Tapi Dewa ngelakuin itu karena Dewa gak mau kehilangan Ila. Dewa gak mau kehilangan wanita yang udah  disayangi dan Dewa jaga layaknya adik Dewa sendiri."

Kesekian kalinya Dewa meneteskan air mata karena Kaila. Dewa benar-benar takut kehilangan gadis yang selama ini Ia anggap sebagai adik sendiri.

"Dewa ini berat buat Ila. Ila gak kuat Dewa. Ila capek," isak Kaila.

Dewa semakin mengeratkan pelukannya. "Semua cobaan ini pasti akan segera  berakhir tanpa harus mengakhiri hidup. Kak Fathur, kebahagian, semua akan segera hadir di hidup Ila untuk menebus penderitaan dan apa yang telah Ila alami selama ini," ucap Dewa menguatkan Kaila.

KailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang