KOMA

3.6K 178 8
                                    

Fathur dan yang lainnya masih berada di Restoran Valeria. Menunggu kabar dari Dewa dan Raihan yang tengah mengejar Kaila. Ingin ikut mencari, tapi mereka tidak tahu kemana tiga remaja itu pergi.

Sam tiba-tiba merasakan handphone yang berada di saku celana abu-abunya bergetar. Ia segera merogoh sakunya untuk mengambil benda pipih tersebut. Tertera nama Dewa di layar ponselnya. Sam menggeser tombol berwarna hijau tersebut. yang langsung saja menyambungkannya pada sahabatnya.

"Hallo, lo dimana Wa?" tanya Sam membuat perhatian Fathur dan yang lainnya terarah padanya.

"Kenapa ada suara sirine Ambulance? Lo gak papa kan, Wa?" tanya Sam  khawatir.

"_"

Mendengar kabar buruk dari Dewa yang terdengar parau dan terbata-bata, Sam beralih menatap Fathur yang juga menatapnya serius. Sam mematikan ponselnya kemudian menatap satu persatu manusia di hadapannya dengan sorot mata sendu.

"Itu tadi Dewa, Sam? Dia bilang apa? Udah ketemu sama Kaila belum?" berondong Bela, khawatir dengan sahabatnya.

Bibir Sam mengatup. Bagaimana Ia memberitahu mereka? Tiba-Tiba tangan kekar menyentuh bahunya sehingga Ia reflek menoleh pada pemilik tangan tersebut. "Ada apa, Sam?" tanya Fathur.

"Kaila kecelakaan, Bang. Taksi yang ditumpangi Kaila tertabrak truk, Dewa tadi bilang kita harus segera ke rumah sakit Pelita Harapan, Kaila akan dibawa ke rumah sakit itu."

&  &  &  &  &

Enam orang remaja berlarian di sebuah rumah sakit dengan masih menggunakan seragam putih abu-abunya. kecuali Fathur yang menggunakan kemeja. Mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung rumah sakit maupun suster dan dokter.

"Pasien bernama Kaila Putri ada di ruang mana, Sus?" tanya Fathur kepada resepsionis Rumah Sakit.

"Sebentar, saya cari dulu data pasien," ucap suster.

Suster tersebut memeriksa komputernya mencari data atas nama 'Kaila Putri'. Namun, tak kunjung menemukannya. "Maaf tidak ada pasien bernama Kaila Putri."

"Coba cek sekali lagi, Sus. Korban kecelakaan malam ini," Desak Bela.

Mengangguk. Suster itu kembali berkutat dengan komputernya. Mencari dengan teliti, tetapi hasilnya tetap sama. Tak ada nama Kaila Putri di data pasien.

"Maaf tapi pasien atas nama Kaila Putri memang tidak ada," beritahu suster sekali lagi.

"Kalo begitu terimakasih, Sus," ucap Fathur lemah.

Baru saja berbalik badan, tanpa sengaja mereka melihat seorang gadis berseragam putih abu-abu yang tak sadarkan diri. Dengan tubuh yang berlumurkan darah hendak dibawa menuju UGD. diikuti oleh dua orang remaja dengan seragam yang sama. Branker yang membawa tubuh gadis itu melewati begitu saja keenam manusia yang mematung di tempatnya. Mereka tidak menyangka bahwa gadis dengan tubuh bersimbah darah itu adalah gadis yang beberapa jam yang lalu makan bersama mereka.

Lutut Fathur rasanya melemas ketika melihat adiknya tak sadarkan diri dengan bersimbah darah. Masih tak menyangka jika gadis dengan luka yang parah itu adalah adiknya. Kaila dibawa masuk kedalam ruang UGD oleh dokter serta Suster.

"Maaf sebaiknya kalian tunggu di luar. Biar Dokter yang menanganinya," ucap Suster menghentikan Dewa dan Raihan yang hendak masuk ke dalam.

Dua lelaki itu mundur, lalu Suster tersebut menutup pintu ruang UGD.

"Dewa, Raihan."

Pemilik nama menoleh dan mendapati enam remaja tengah berlari menuju mereka.

"Apa yang terjadi sama Kaila?" Fathur bertanya.

KailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang