FAKTA MENYAKITKAN

3.4K 165 6
                                    


"Pesenanya tambah udang asam pedasnya 3 porsi ya, Mbak."

"Ok. Ditunggu ya, Kak" ucap Waiters lalu pergi meninggalkan meja Fathur.

Kaila terperanjat ketika Fathur memesankan makanan yang sama dengan Siska. Tidak, Kaila bukannya tidak mau pesanannya disamakan dengan Siska. Tapi apakah Kakaknya lupa bahwa Kaila alergi dengan udang? Kaila harus memaklumi itu karena mungkin ingatan Fathur belum pulih seutuhnya.

Setelah lama menunggu akhirnya pesanan mereka datang. Makanan tersebut begitu menggugah selera. Andai saja Raihan tidak menyuruh mereka semua untuk menunggu Dewa, dapat mereka pastikan makanan itu akan tandas oleh Wahyu dan Sam secepat kilat.

"Ahh si Dewa mana sih! Lama amat," keluh Sam.

"Gue curiga si Dewa nimbrung dulu tuh ama penghuni toilet," ceplos Wahyu. Tidak kuat menahan rasa laparnya.

"Tuh mulut enteng banget ya kalo ngomong!" ketus Bela tidak terima pacarnya dibicarakan.

"Ehh sorry, Bel. lupa gue kalo ada bini nya si Dewa di sini," ucap Wahyu sambil mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.

"Apa gak sebaiknya dimakan sekarang aja? Soalnya nanti kalo kelamaan nunggu, takut makananya keburu dingin terus gak enak," saran Siska.

"Nah agree gue ama saran Siska. Lagian si Dewa bocahnya kagak baperan kan, Han," pro Wahyu bersemangat.

"Gimana Kak?" tanya Raihan pada Fathur, meminta persetujuan.

"Ada benernya juga sih. Yaudah kita makan sekarang aja."

Wahyu dan Sam dengan semangat langsung saja menyomot makanan yang ada di meja. Namun, Dhio menghentikan gerakan keduanya.

"Baca doa dulu, kadal!" ujar Dhio mengingatkan. Sahabat yang baik.

"Bismilahi rohmanirahim," ucap Wahyu dan Sam yang langsung mengeksekusi pesanan mereka.

Yang lain pun menyusul menyantap pesanan masing-masing.

"Loh Kai kenapa gak dimakan?" tanya Raihan, pasalnya Kaila hanya diam sambil melirik makanan tanpa berniat menyentuhnya.

"Kenapa? Ila gak suka?" Giliran Fathur yang bertanya.

"Suka kok, Kak," jawab Kaila.

Gadis itu perlahan mengambil sendok kemudian dengan ragu menyuapkan udang asam pedas masuk ke dalam mulutnya. Perlahan Ia mengunyahnya sambil memberikan senyum manis ke arah Fathur dan Raihan. Tak mau mengecewakan dan merusak suasana hati mereka.

Kedua lelaki itu kembali melanjutkan makanya yang sempat tertunda, begitupun dengan Kaila yang memakan udang asam manis itu sedikit demi sedikit. Kaila harap alerginya terhadap udang saat kecil sudah hilang.

"Woy! Gue kok di tinggalin sih?!" gerutu Dewa yang baru saja datang.

"Abwisnywa lwo lamwa swih gwue kwan kwebwuru lapwer," jawab Wahyu dengan makanan memenuhi mulutnya.

"Udah duduk. Aku udah mesenin makan kesukaan kamu kok," ucap Bela.

Dewa tersenyum ke arah Bela kemudian duduk di samping gadisnya tersebut. Di hadapan Dewa sudah tersedia sup jamur makanan andalannya. Tak ingin berlama-lama, Ia segera mengambil sendok dan hendak menghabisi makanan tersebut tanpa belas kasihan.

"Kai lo kenapa?!" tanya Siska khawatir yang membuat semua mata tertuju pada Kaila.

Dewa menghentikan gerakannya yang hendak menyantap sup. Mata lelaki tersebut tak luput dari Kaila. Gadis yang duduk di hadapannya itu terlihat tidak baik-baik saja. Wajahnya memerah dan tangannya yang tak henti-henti menggaruk lengan dan pipinya sendiri.

"Gak papa kok, Bel," jawab Kaila yang masih setia menggaruk pipi hingga lengannya.

Dewa beralih menatap makanan Kaila. Matanya membulat sempurna ketika mengetahui makanan jenis makanan apa yang dimakan Kaila. Itu adalah udang. Dan Kaila sangat alergi dengan yang namanya udang.

"ILA BERHENTI MAKAN ITU!"

Dewa mengambil alih sendok dari tangan Kaila dengan kasar. Membuat semua orang terkesiap kaget terutama gadis tersebut.

"NGAPAIN KAMU PESEN MAKANAN INI?! KAMU KAN ALERGI SAMA UDANG!" bentak Dewa.

Dewa kalap. Ia begitu khawatir dengan Kaila.

Fathur kaget bukan main. Kenapa dia bisa tidak tahu kalo Kaila alergi dengan udang. "Gue yang pesenin Kaila."

Dewa refleks menoleh ke arah Fathur. Ia menghela napas berat lalu kembali fokus kepada Kaila yang sudah ditangani oleh Siska dan Bela. Beruntung saja kemanapun Kaila pergi Ia selalu membawa obat pereda alerginya. Dewa kemudian memberi isyarat kepada Fathur untuk mengajaknya berbicara Empat mata. Bye Bye sup jamur...

"Lo ngelakuin kesalahan, Kak. dan itu bikin alergi Kaila kambuh. Apa gak sebaiknya kita kasih tau Kaila secepatnya?" ucap Dewa setelah keduanya sampai di sudut restoran yang sepi. Tepatnya dekat dengan toilet.

Fathur mendongakkan kepalanya menatap Dewa. Ia memang telah melakukan kesalahan yang membuat alergi Kaila kambuh. Tapi belum waktunya Kaila tahu semua ini. Sandiwara yang Ia jalankan bersama Dewa.

"Jangan, Wa. Kaila gak boleh tahu kalo gue cuma pura-pura inget semuanya."

"Tapi kalo sampe Kaila tahu gimana, Kak? Gue gak mau kalo Kaila sampe benci sama gue," kata Dewa dengan wajah memerah.

Fathur menepuk bahu Dewa agar lelaki itu tidak khawatir. "Lo tenang aja, Wa. Kaila gak akan tahu tentang ini."

PRANGG!!

Suara benda pecah mengintrupsi Dewa dan Fathur untuk menoleh. Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, ada seorang pelayan yang membawa nampan kosong dan seorang gadis. Keduanya terlihat tengah bercakap-cakap karena gadis yang tadi tidak sengaja menabrak pelayan dan menjatuhkan piring kotor yang di bawa.

"Maaf saya gak sengaja," kata gadis tadi penuh penyesalan.

"Iya, gak papa kok, Kak." Pelayan tadi membungkuk. Hendak membersihkan piring yang pecah.

Gadis itu? Kedua lelaki tampan tersebut merasa tidak asing dengan perawakannya.

"Kaila," panggil Dewa dan Fathur.

Benar saja, gadis itu menoleh. Membuat Fathur dan Dewa tercengang. Apakah Kaila sempat  mendengarkan obrolan mereka?

Kaila membalikkan badannya hendak meninggalkan tempat tersebut secepatnya. Air matanya sudah beruraian membasahi pipi mulusnya. Niat awal Kaila yang hendak pergi ke toilet terurungkan ketika mengetahui fakta ya nga sangat menyakitkan. Fakta bahwa Fathur hanya pura-pura ingat kepadanya.

Sebelum Kaila pergi dari tempat tersebut Fathur lebih dulu mencekal tangannya. Kaila memberontak, berusaha melepaskan cengkeraman Fathur dari lengannya.

"LEPAS!!" bentak Kaila dengan air mata yang mengucur deras.

"Ila dengerin Kakak dulu. Kakak ngelakuin ini karena-"

"CUKUP! Anda bukan Kakak saya! Kakak saya gak mungkin tega membohongi adiknya seperti ini!"

Hati Fathur terasa sakit ketika Kaila mengucapkan kata keramat itu. Mulutnya pun terasa kelu untuk menjelaskan semuanya pada Kaila.

"Kai tenang Kai. gue sama Kak Fathur gak bermaksud mau bohong sama lo tapi-"

"TAPI APA?!" potong Kaila.

"Kamu tega sama Ila, Dewa! Kamu tega bohongin Ila! Dewa jahat! Ila benci sama Dewa!" teriak Kaila sambil terisak.

Ketakutan Dewa menjadi kenyataan. Kaila membencinya. Lelaki itu paling tidak bisa melihat Kaila seperti ini. sama seperti Fathur, meskipun Ia belum ingat sama sekali dengan Kaila. Namun, hatinya terasa ikut teriris ketika melihat gadis tersebut terisak di hadapannya.

"Ila Kakak bisa jelasin semuanya-"

"GAK ADA YANG PERLU DIJELASIN! KAILA BENCI KALIAN!"

Kaila berlari menjauh dari kedua lelaki yang sangat dicintainya itu. Mereka begitu jahat karena tega melakukan ini pada Kaila. Kaila serasa sudah terbang ke langit ketika Fathur telah ingat dirinya. Namun, setelahnya Ia seperti dijatuhkan dengan kasar ketika mengetahui bahwa Fathur hanya pura-pura ingat.

KailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang