USAHA UNTUK MENGINGAT

3.2K 152 5
                                    


Fathur dan Dewa saat ini berada di depan pintu gerbang masuk Panti Asuhan Cahaya kasih. Setelah membaca buku diary Kaila, Fathur sedikit mengingat masa lalunya tapi belum sepenuhnya.
Ia hanya mengingat saat Ia mengalami kecelakaan saja. belum mengingat tentang Kaila maupun Dewa.

Dewa melangkah terlebih dahulu. diikuti oleh Fathur yang berada  tepat di belakangnya. Tujuan pertama Dewa adalah Taman Panti. Sesampainya di sana, Dewa mengajak Fathur duduk di bangku tua yang dulu semasa kecil selalu menjadi tempat favorit mereka.

"Lo inget tempat ini gak, Kak?" tanya Dewa.

Fathur menoleh ke arah Dewa, kemudian menggeleng. "Gue gak inget."

Dewa tersenyum miris. Itu tandanya Ia harus bekerja ekstra untuk membantu Fathur mengingat masa  demi Kaila. Dewa memiliki tekad yang sama  dengan Fathur. Yaitu apabila Kaila sadar, Sang Kakak akan kembali seutuhnya pada gadis itu.

"Ini tempat favorit lo, gue, sama Kaila. Setiap hari kita pergi ke sini hanya sekedar bermain, bercerita ataupun saling sharing tentang cita-cita dan keinginan terbesar."

Fathur memaksa otaknya untuk mengingat hal tersebut sampai kepalanya terasa berdenyut.

"Kakak mau nanya sama kalian berdua. Apasih cita-cita atau keinginan terbesar kalian?" tanya seorang anak yang terlihat paling tua di antara 3 anak tersebut.

"Cita-cita Dewa mau jadi tentara, Kak Fathur. Terus keinginan terbesar Dewa mau diadopsi oleh keluarga yang bener-bener sayang sama Dewa, seperti sayang sama anaknya sendiri," jawab anak berumur 10 tahun itu.

"Yahh Dewa. Nanti Dewa ninggalin Ila sama Kak Fathur dong? Terus kita gak bisa bareng-bareng lagi?" kata seorang gadis kecil dengan bibir merah yang Ia cebikkan.

Dewa tersenyum ke arah Kaila lalu tangannya beralih mengelus surau Kaila. "Ila tenang aja. Dewa pasti akan selalu dateng ke sini kalo sampe itu terjadi. Dewa gak akan ngelupain kalian. Karena kalian udah Dewa anggep keluarga sendiri."

"Jangan dong, Dewa. Pokoknya Ila gak ngizinin Dewa pergi," ujar Kaila.

Sekarang giliran Fathur yang terkekeh. "Ila gak boleh gitu. Dewa kan punya cita-cita yang harus dicapai. Kita gak boleh melarangnya. Dan suatu hari nanti Dewa kan pasti akan punya kehidupannya sendiri," ucap Fathur memberi pengertian kepada Sang adik. Anak laki-laki berusia 15 tahun itu begitu pintar dan dewasa.

Kaila mengangguk patuh mendengar ucapan sang Kakak. Dewa merangkul Kaila. "Ila tenang aja, kalaupun suatu hari nanti Dewa diadopsi, Dewa akan selalu sayang sama Kaila sampai kapanpun," janji Dewa.

"Nah sekarang Kakak mau nanya sama Ila. Apa cita-cita dan harapan Kaila?" tanya Fathur pada Kaila.

"Cita-cita dan harapan Ila sama."

"Apa?" tanya dua orang anak laki-laki itu bersamaan.

"Selalu bersama kalian sampai kapanpun," jawab Kaila dengan yakinnya.

Fathur memegangi kepalanya yang berdenyut. Ingatan-ingatan masa lalu mulai terekam di kepala. Membuat rasa sakit semakin menyergapnya.

"Kak lo gak papa?" tanya Dewa khawatir.

Fathur berusaha mengontrol rasa sakit itu. Ia menarik napas dalam-dalam kemudian menatap Dewa."Gue udah inget tentang taman ini, tapi belum sepenuhnya."

Dewa tersenyum. Setidaknya ini adalah permulaan yang bagus.

.........

Tujuan kedua Dewa adalah mengajak Fathur ke kamar lelaki itu dan Sang adik saat masih berada di panti dulu. Ia yakin Fathur akan ingat segalanya saat memasuki kamar yang penuh kenangan itu.

Dewa membuka kamar tersebut dengan hati-hati. Semua benda masih sama saat Fathur dan Kaila meninggalkan Panti. Bu Halimah sengaja tidak memakai kamar tersebut karena menurutnya kamar ini memiliki memori-memori yang indah, yang tidak boleh hilang dan terlupakan.

Bu Halimah hanya menggunakan kamar tersebut untuk dirinya sendiri. Saat beliau rindu dengan Kaila maupun Fathur, Ia akan mengunjungi kamar ini bahkan tidur di tempat ini. Maklum, Beliau sangat menyayangi keduanya. Sebenarnya, dulu Bu Halimah tidak rela jika Fathur dan Kaila harus diadopsi apalagi dengan keluarga yang berbeda. Ia tidak rela harus berpisah dengan Fathur dan Kaila yang sudah Ia anggap anak sendiri. Tapi Ia terpaksa melakukannya demi masa depan kedua anak tersebut karena beliau bukanlah orang kaya yang mampu menyekolahkan Fathur dan Kaila ke jenjang yang lebih tinggi, seperti kuliah.

Dewa dan Fathur melangkahkan kakinya perlahan memasuki ruangan. semua benar-benar rapih dan bersih. tidak ada debu ataupun kotoran meskipun kamar ini jarang dikunjungi. Pewangi ruangan menyapa hidung mancung kedua lelaki tersebut saat baru beberapa langkah memasuki ruangan.

"Kalo tempat ini? Apa lo gak inget sama sekali, Kak?" tanya Dewa.

Fathur memasuki kamar tersebut lebih dalam lagi, melewati Dewa begitu saja. Pria itu merasa tidak asing dengan benda-benda yang ada di kamar tersebut.

"Kak fathur!"

"Kak fathur, Ila dapet hadiah dari Bu Halimah."

"Ila bosen Kak tinggal di Panti."

"Makasih, Kak fathur. Ila suka banget sama boneka pandanya."

"Kak Fathur gak akan ninggalin Ila kan?"

"Ila gak mau diadopsi! Ila pengen sama Kak Fathur aja!"

Fathur memegang kepalanya. ingatan-ingatan masa lalu itu menyerangnya secara bengis. Suara Kaila kecil terngiang di kepanya, tak ada kesempatan untuk menetralkan rasa sakit di kepalanya.

"Dewa, Kakak titip Ila ya. Jagain dia, jangan biarin dia nangis. Kakak janji akan sering-sering ke sini"

"Tapi kak, Sepulang dari Singapura nanti, Ila pasti bakal sedih banget kalo tau Kak Fathur gak ada."

Fathur yang masih berumur 15 langsung saja memegang kedua bahu Dewa. "Kak Fathur tadi bilang apa sama Dewa? Kakak akan sering ke sini. Bu Mira juga udah janji akan nganter Kakak setiap minggunya ke Panti. Jadi Kakak akan sering  ketemu kalian."

Dewa mengangguk "Dewa akan jaga Ila sampai Kakak kembali lagi."

Sial!! Kepala Fathur semakin berdenyut. Fathur menyandarkan tubuhnya di tembok. Sungguh kepalanya amat sangat pusing serta matanya yang berkunang-kunang.

"Kak lo gak papa? Jangan terlalu dipaksa!" Ada nada khawatir dari perkataan Dewa.

Mau bagaimana lagi? Fathur tidak terlalu memaksakan ingatannya. Namun, sebaliknya. Ingatan itulah yang memaksa masuk ke dalam otak Fathur.

"Kak sebaiknya kita ke UKS Panti. Gue takut lo kenapa-napa!"

Fathur menatap Dewa yang berada di sampingnya. Matanya tak bisa fokus dengan wajah tampan milik Dewa. Semuanya nampak kabur, Dan sedetik kemudian tubuh Fathur ambruk ke lantai. Lelaki itu tak sadarkan diri.

"KAK FARHUR!"

Hay-hay guyss!!
Gimana? Masih setia sama cerita KAILA?
Maafin aku yang suka slow update
Karena otak yang kadang tak bisa diajak kompromi😁
Intinya ttp setia ya sama KAILA dan jangan lupa VOMENT nya😗

Ikutin IG baru Author ya guys @lungayuazzahra
biar bisa  akrab😊

KailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang