Pamit

2.7K 129 1
                                    

Dengan setengah hati Raihan menyimak Dosen yang tengah menjelaskan materi. Sama seperti sebagian mahasiswa lainnya, bahkan beberapa di antaranya ada yang tertidur dengan Buku menutupi wajah mereka.

BRAKHH!

Semua orang yang berada di dalam ruangan tersentak kaget ketika mendapati sepasang kekasih tiba-tiba membuka pintu kelas dengan kasar.

"Dewa, Bela?" gumam Raihan.

"APAKAH SEPERTI ITU CARA KALIAN MASUK KELAS? DASAR ANAK TIDAK PUNYA SOPAN SANTUN!!!" hardik Dosen tersebut. Untung gak jantungan!

"Maaf, Pak. Kami terburu-buru karena ada masalah penting!" ucap Dewa dengan napas tersengal.

Kalian pasti bingung mengapa Dewa dan Bela ada di sini. Karena ketiganya memutuskan untuk satu Universitas hanya demi untuk menjaga Kaila yang saat itu masih dalam keadaan koma. Bahkan Wahyu, Sam dan Dhio pun memilih kuliah yang sama dengan mereka dengan alasan solidaritas.
Bela memberi tatapan tajam kepada Wanita-wanita Jones yang menatap Dewa dengan tatapan memuja sambil menahan jeritannya.

"Ada apa,Wa?" tanya Raihan yang sudah berdiri dari kursinya.

"Hari ini Kaila berangkat ke Inggris."

Mata Raihan membelalak. Bagaimana bisa? Bukankah keberangkatan Kaila dan Fathur masih nanti sore? Tanpa babibu Raihan menyambar tasnya kemudian pamit kepada dosennya dan langsung berlari diikuti oleh Dewa dan Bela.

Ketiga remaja itu berlari terbirit-berit menuju parkiran Kampus. Setelah ketiganya masuk ke dalam mobil, Raihan segera menancap gasnya dengan kecepatan penuh. Dewi Fortuna rupanya tak memihak pada mereka. Karena Ketiganya terjebak kemacetan ibu kota.

"Bukannya keberangkatan Kaila dan Kak Fathur masih nanti sore?" tanya Raihan dengan wajah frustasinya.

"Gue juga gak tau, Han. Tadi tiba-tiba gue dapet telpon dari Siska dan dia ngasih tahu kalo Kaila dan Kak Fathur udah ada di bandara," ujar Dewa.

Ketiga remaja itu cemas bukan main. Takut mereka tidak bisa bertemu dengan Kaila dan mengucapkan salam perpisahan pada gadis itu serta Kakak laki-lakinya. Raihan mencengkeram setir mobil kuat-kuat. Jika begini terus bisa-bisa Pesawat yang ditumpangi Kaila akan segera lepas landas dan dirinya tidak dapat melihat Kaila untuk yang terakhir kalinya sebelum gadis itu melanjutkan pendidikannya di Inggris.

* * * *

Kaila mengedarkan pandanganya ke seluruh penjuru Bandara. Mencari sosok lelaki yang sedaritadi Ia nanti-nanti.

"Raihan kamu dimana?" batin Kaila.

Fathur yang menyadari Kegelisahan Sang adik langsung saja menggenggam tangan mungil itu.
"Raihan?"

Kaila mengangguk kemudian tertunduk. Kaila berpikir Raihan tak mungkin datang karena tidak mengetahui keberangkatannya yang dimajukan. Saat sedang bergelut dengan pikirannya Kaila dikejutkan dengan kedatangan seorang gadis dengan pakaian serba putih ala seorang Dokter tengah berlari ke arah mereka. Siapa lagi kalau bukan Dokter Davira.

"Syukurlah Saya tidak telat," ucapnya dengan napas tersengal.

Fathur hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Dokter cantik yang membuat hatinya luluh itu. "Jangan suka Lari-lari."

Davira menegakkan badannya dan menatap Mata Hitam kelam milik Fathur. "Kalau tidak lari mana mungkin bisa bertemu."

Lelaki bertubuh jangkung itu mengelus surau Davira. "Pintar Mengelak."

Keduanya saling mengobrol hingga melupakan seorang gadis yang tengah celingak-celinguk mencari seseorang.
"Kak Vira sendiri?" tanya Kaila.

Vira dan Fathur menoleh ke arah Kaila yang masih saja celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang.

KailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang