BERPISAH

4.7K 258 2
                                    

Saat ini seluruh penghuni Panti tengah berkumpul di depan gerbang untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Kaila yang akan pindah ke rumah barunya. Sementara Kaila, gadis kecil itu tidak mau lepas dari pelukan Sang Kakak sambil terisak. membuat suasana menjadi haru.

Kemarin, dengan hati yang masih penuh keraguan Kaila menyetujui untuk diadopsi. Dan dengan cepat Ibu Mega dan Pak Adam mengurus segalanya dengan cepat. Agar Kaila bisa menjadi putri mereka dan bisa tinggal bersama mereka yang selama 10 tahun pernikahan mereka belum juga dikarunia seorang anak.

"Ila jangan gini dong. Adek Kakak kan kuat. Lagi pula ini kan buat masa depan Ila," bujuk Fathur.

"Ila gak mau pisah dari Kakak. Kakak ikut sama Ila ya," pinta Kaila yang sudah melepaskan pelukannya dari Fathur.

Fathur menatap lekat mata Sang adik sambil mengelus puncak kepalanya.
"Ila denger Kakak ya. Ila gak boleh selalu bergantung sama Kakak karena Kak Fathur gak selalu berada di samping Ila. Ila harus jadi anak yang mandiri ya," ucap Fathur memberi pengertian.

"Sekarang Ila udah punya orang tua baru. Ila harus menyayangi mereka seperti orang tua Ila sendiri ya."

Kaila hanya bisa mengangguk mematuhi ucapan Sang Kakak. Fathur beralih mendekati Pak Adam dan Ibu Mega sambil menggandeng Kaila. Kedua orang yang akan menjadi orang tua adiknya, Kaila.

"Pak, Bu. Fathur titip Kaila ya. tolong sayangi Kaila seperti anak kalian sendiri."

Tangan Bu Mega terulur mengusap dengan sayang wajah Fathur.
"Pasti, Sayang," ucapnya.

"Jangan bikin Kaila merasa kesepian ya Bu. karena Kaila paling gak suka dengan hal itu. dan satu lagi, Kaila alergi dengan udang maka dari itu jangan biarkan Kaila makan udang. Kaila sangat suka makan ikan goreng yang digoreng kering. Kaila anak yang melupakan segalanaya ketika sedang asik bermain. Jadi tolong ingatkan Kaila untuk sholat 5 waktu ya Bu," jelas Fathur.

Semua orang terharu mendengar ucapan Fathur. Sebegitu mengerti ya Fathur tentang Kaila. Para penghuni Panti asuhan Cahaya Kasih sangatlah tahu perjuangan Fathur selama ini. Ia rela menolak orang-orang yang ingin mengadopsinya demi untuk bersama adik perempuanya. Namun, pada akhirnya Kaila dan Fathur harus berpisah.

Bu Mega membungkukan tubuhnya menyesuaikan dengan Fathur.
"Fathur jangan khawatir ya. kami akan menyayangi Kaila seperti anak sendiri dan tidak akan membiarkan Kaila merasa kesepian."

"Terimakasih Pak, Bu," ucap Fathur tulus.

"Apa Ila gak bisa ketemu sama Kak Fathur, Bu Halimah dan keluarga Panti?" tanya Kaila polos.

Giliran Bu Halimah yang bersimpuh di hadapan Kaila. "Ila pasti bisa kok ketemu sama kita semua kapan pun Ila mau. Pintu Panti selalu terbuka lebar untuk Ila."

Kaila tersenyum dan langsung memeluk orang yang selama ini telah merawatnya itu. Sungguh Kaila tidak ingin berpisah dengan mereka begitu juga sebaliknya. Namun, inilah takdirnya.

Kaila berpamitan dengan para  penghuni Panti. Tak lupa Ia berpamitan dengan salah satu teman laki-lakinya yang sangat dekat dengannya dan Fathur. Dia adalah Dewa Alamsyah.

"Dewa, Kaila mau pergi ke rumah baru duluan ya," pamitnya.

"Tapi Ila bakal balik lagi kan ke Panti?" tanya Dewa yang matanya sudah memerah menahan tangis.

"Dewa jangan nangis. Inget kata Kak Fathur kalo cowok itu harus kuat," kata Kaila ketika melihat air mata Dewa menetes.

"Dewa gak nangis kok," kilah Dewa sambil mengusap air matanya menggunakan baju."

"Ila bakal sering ke sini kok. Karena keluarga sejati Ila ada di panti asuhan ini." Senyum Kaila terbit, menyembunyikan kesesihannya dari semua orang.

Fathur adalah satu-satunya orang yang paling mengerti bagaimana perasaan Kaila saat ini. Dia dan Adiknya sama-sama tengah bersandiwara sekarang. Fathur berpura-pura mengikhlaskan kepergian Kaila dan Kaila berpura-pura pergi dari Panti dengan bahagia.

"Kakak, Ila pergi. Besok Ila ke sini buat ketemu sama Kak Fathur ya," ucap Kaila setelah sampai di hadapan Fathur.

Fathur tersenyum dan langsung memeluk tubuh mungil Kaila.
"Ila jaga diri di sana ya. Jangan lupa sholat. Kak Fathur akan selalu di sini menunggu Ila."

Kaila melepas pelukanya dari Sang Kakak kemudian menyodorkan jari kelingkingnya ke depan wajah Fathur. "Janji?"

Fathur tersenyum, kemudian Ia menautkan jarinya dengan jari Sang adik. "Janji," jawab Fathur mantap.

Kaila dan orang tua barunya memasuki kendaraan. Kemudian mobil sedan itu melaju menuju rumah baru Kaila. Fathur dan semua penghuni Panti melambaikan tangan mereka sambil berteriak 'dadah Kaila' kepada Kaila yang juga melambaikan tangannya lewat kaca belakang mobil.
Sepasang Adik Kakak itu tak melepas pandangan satu sama lain sampai mobil sedan berwarna hitam Milik orang tua baru Kaila keluar dari gerbang utama Panti.

Senyum di wajah Kaila menghilang ketika Ia tak dapat lagi melihat sang Kakak maupun teman-temannya. Ia menghempaskan tubuhnya di kursi mobil. Baru keluar dari gerbang Panti saja Ia sudah sangat merindukan sosok Kakaknya. Apakah Ia sanggup melewati hari-hari tanpa kehadiran Fathur?

Kehampaan tak hanya menghampiri Kaila, Fathur pun ikut merasakannya. Tangan Fathur yang tadinya melambai dengan semangat terkulai lemah ketika mobil Pak Adam sudah tidak lagi terlihat. Bersamaan dengan senyum sumringahnya yang mulai memudar. Apa yang akan dia lakukan di Panti tanpa adanya sosok Kaila dalam kesehariannya? Dan bagaimana kehidupan Kaila di rumah barunya nanti? Apakah Kaila akan bahagia? Bagaimana kehidupan Kaila ketika Ia mulai mengenal dunia luar? Apakah Kaila akan diterima dengan baik?

"Fathur," panggil Bu Halimah.

Fathur menoleh tanpa semangat. Hanya tersisa Fathur, Bu Halimah, dan Dewa di sini. Penghuni Panti sudah mulai beraktifitas seperti biasa. Karena mereka sudah terbiasa dengan perpisahan. Bagi mereka tidak perlu ada yang mereka tangisi selagi teman mereka telah menemukan keluarga barunya yang bahagia, yang bisa memberikan kasih sayang. Tetapi itu tidak berlaku untuk ketiga orang yang masih mematung di tempatnya itu.

Meskipun ini bukanlah perpisahan yang sesungguhnya, berpisah dari Kaila begitu menyakitkan untuk mereka bertiga. Fathur kehilangan seorang Adik yang sangat berharga lebih dari nyawanya sendiri. Bu Halimah kehilangan seorang anak yang sudah Ia anggap seperti putri kandungnya. Dewa kehilangan seorang teman, sahabat, orang yang Ia anggap istimewa dalam hidupnya.

"Fathur sama Dewa harus bisa merelakan Kaila bersama keluarga barunya. Ibu sudah mengenal Ibu Mega sejak SMA. Dan ibu yakin Kaila akan dilimpahi kasih sayang dari mereka," tutur Bu Halimah.

"Kenapa Ila harus pergi? Memangnya Kaila gak bahagia di sini?" Dewa kembali menangis.

Fathur melirik Dewa. Anak laki-laki yang juga sangat Ia sayangi seperti Kaila. "Semua bahagia di sini. Tapi beberapa di antara kita memang gak selamanya akan tinggal di Panti. Suatu hari nanti entah Kakak, kamu ataupun anak Panti lainnya akan pergi dari sini bersama orang-orang yang menawarkan kita sebuah ikatan keluarga. Ikatan yang akan menanggalkan identitas kita sebagai seorang yatim piatu."

KailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang