BUKU DIARY

3.5K 174 6
                                    

Setelah Kaila dipindahkan dari ruang UGD  ke ruang rawat. Fathur selalu menemani gadis itu dan tak ada niat sedikitpun ingin meninggalkannya. Seperti sekarang, Fathur termenung menatap Kaila yang terbaring lemah dengan kepala yang diperban. goresan-goresan pada wajah cantiknya karena terkena serpihan kaca, serta kabel dan selang yang terpasang di sekujur tubuh sebagai penunjang hidupnya. Hening, Hanya ada suara alat deteksi jantung yang berirama.

"Maaf," gumam Fathur.

"Maaf karena udah bohongin kamu. Maaf udah buat kamu terluka. Maaf untuk segalanya."

Air mata Fathur jatuh begitu saja. Tangannya beralih mengelus wajah Sang adik. Kemudian berdiri dan langsung memberi kecupan di kening Kaila.

"Cepet bangun ya. Kakak janji setelah kamu sadar dari koma Kakak akan inget segalanya, pegang janji Kakak," rekad Fathur.

Cklek

Fathur menoleh ke sumber suara ketika mendengar pintu ruangan terbuka. Menampakkan seorang remaja lelaki berbalutkan kaos hitam polos, celana Jeans serta sneakers yang menambah kesan Cool-nya

Lelaki itu melangkahkan kakinya satu langkah memasuki ruangan. Matanya langsung terarah kepada gadis yang terbaring lemah tersebut. kemudian beralih menatap Fathur.

"Raihan," gumam Fathur.

"Kak bisa keluar sebentar? Gue ada perlu sama lo."

Tanpa basa-basi, Fathur bangkit dari tempat duduknya kemudian beranjak mengikuti Raihan. Fathur merasa bingung ketika di luar tidak hanya ada Raihan saja. Namun, ada Dewa dan Bela juga. Apakah mereka tidak mendaftar kuliah? Bukankah semalam Fathur melarang mereka kemari agar mereka bisa fokus dulu dengan tujuan kuliahnya?

"Loh kalian kenapa ke sini? Bukannya hari ini kalian harus cari informasi Fakultas kan?"

"Kita udah minta tolong sama Dhio, Wahyu, dan Sam, Kak," beritahu Bela.

"Gimana keadaan Kaila, Kak? Ada kemajuan?"

Fathur menggeleng "Belum," jawabnya lirih sambil menundukkan kepala.

Tiba-tiba Dewa menyodorkan sebuah buku yang sedikit terkena noda merah darah. Fathur mendongak menatap lelaki di hadapannya. Tapi tunggu, kenapa mata Dewa merah? Apa dia habis menangis?

"Ini buku diary Kaila yang ditemukan tergeletak di dalam taksi. Gue, Raihan dan Bela udah baca. Di dalem buku itu berisi curhatan Kaila selama ini. Mungkin buku ini bisa bantu lo inget lagi sama Kaila."

Fathur mengambil alih buku diary tersebut. Menatap bentar buku bersampul bunga-bungaan itu. lalu matanya beralih ke arah tiga remaja di hadapannya. Dan saat itu juga Ia baru menyadari bahwa bukan Dewa saja yang habis menangis, tapi Raihan dan Bela juga. Mata keduanya sama-sama merah seperti mata Dewa. Tak ingin berlama-lama lagi Fathur segera duduk dan membuka buku diary tersebut. Di halaman pertama terdapat tulisan 'My Diary' . Yang tidak lain adalah tulisan Kaila sendiri.

Fathur membuka halaman selanjutnya. Di sini Kaila menceritakan tentang betapa beratnya hidup tanpa Sang Kakak. begitupun dengan halaman selanjutnya. Lelaki itu sedikiit meringis ketika bayangan-bayangan  hitam berseliweran di kepalanya.

Di salah satu halaman, Fathur tertegun ketika membaca curahan hati Kaila saat gadis itu berulang tahun yang  ke 17 tahun.

8 Januari 2018

Hari ini umurku genap 17 tahun
Orang bilang ulang tahun yang ke 17 adalah ulang tahun yang istimewa karena mereka bagai lahir kembali.
Jika itu benar, aku harap Tuhan kembali mempertemukanku dengan malaikatku. Kak Fathur.

KailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang