Josh dan Paul masih bergeming, memikirkan cara dari mana mereka harus menjelaskan semuanya kepada Billionaire muda tampan di hadapan mereka.
Andrew menggeram marah karena tak kunjung mendapatkan penjelasan, "Apa kalian akan menutup mulut kalian hingga senja datang? Cepat katakan padaku!"Demi apapun, ia sangat panik dan khawatir mendengar nama Alexa di sebutkan oleh pria paruh baya di hadapannya yang tidak lain adalah tangan kanan Mr. Grey.
Ia sangat sensitif jika menyangkut hal gadis yang di cintainya, jadi wajar saja jika ia terbawa emosi karena kedua pria di hadapannya tidak kunjung menjawab semua kecemasannya.
Josh berdeham dan mulai angkat bicara, "Baiklah, maafkan aku. Aku bingung harus memulai dari mana."
Andrew mengeluarkan tatapan tajamnya, "Katakan saja, tidak ada basa-basi lagi!" Ucapnya tak terbantahkan, oh bahkan ia tak memperdulikan bahwa ia bicara dengan orang yang lebih tua darinya.
Josh memberikan surat tersebut kepada Andrew.
Pria tampan berusia 21 tahun itu mengernyitkan dahinya dan memandang Josh meminta penjelasan.
Mengerti dengan tatapan Andrew, Josh langsung berkata, "Itu surat yang Mr. Grey tinggalkan untuk Alexa, sepertinya ada hal yang ingin beliau sampaikan melalui surat itu."
Seketika itu juga tatapan Andrew menajam, pria itu menatap kedua pria di hadapannya dengan tuntutan penjelasan yang kentara.
"Apa isi surat ini? Apakah berisi penyiksaan lagi untuk gadisku?" Tanpa sadar Andrew meremas surat itu dan tidak melepaskan tatapan tajamnya dari Josh dan Paul.
Paul yang melihat hal itu pun memberanikan diri mengeluarkan suaranya, "Kau tidak akan membuat surat itu rusak bukan?"
Andrew tersadar dan mengendurkan remasannya terhadap surat di tangannya.
Entah mengapa ia sangat tidak suka ketika Mr. Grey menitipkan surat itu untuk Alexa, ia tidak akan membiarkan Alexa mengeluarkan air mata sedihnya kembali.
"Kami tidak tahu apa isi surat itu dan tidak mungkin kami lancang membacanya. Lebih baik jika Alexa yang langsung membacanya." Tutur Josh.
Andrew menghembuskan nafasnya seolah ia melepas beban yang ada di pundaknya dan berkata, "Aku tidak akan membiarkan Alexa menangis lagi dan aku mempunyai firasat jika isi surat ini akan sangat membuatnya terpukul."
Demi Tuhan, yang ia mau hanya melihat tawa bahagia Alexa sampai gadis itu lupa bagaimana caranya menangis.
"Aku tahu, lebih baik kau menemaninya saat ia membaca surat itu. Bagaimanapun ia harus membaca apa isi yang terdapat di dalamnya." Ucap Josh menyarankan, sebenarnya ia pun enggan memberikan surat tersebut. Tetapi bagaimanapun juga ada kebenaran yang harus Alexa ketahui dari surat itu.
Andrew mengangguk dengan berat hati dan berkata, "Baiklah, terima kasih."
Josh mengangguk dan menatap Paul yang sejak tadi tidak mengeluarkan suara sama sekali, ia beralih menatap Andrew kembali.
"Kami pamit undur diri kalau begitu." Ketiga pria tampan itu bangkit dari tempat duduknya masing-masing.
Josh menepuk bahu Andrew sambil tersenyum dan berkata, "Aku tahu kau bisa mengatasi semua ini." Ucapnya memberikan semangat untuk Andrew.
Andrew tersenyum tipis dan menjawab, "I hope."
Josh dan Paul mulai melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan CEO tersebut.
Setelah kedua orang tersebut keluar, Andrew menatap nanar surat yang berada dalam genggamannya. Ia mulai memikirkan bagaimana caranya ia memberitahukan hal ini kepada Alexa, tentu saja tanpa melukai hati gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Grip [End]
RomanceAndrew berlutut tepat di belakang tubuh Alexa. Memeluk dengan erat, mencoba untuk menghantarkan seribu makna melalui sentuhannya. Alexa tidak berkutik, gadis itu membalikkan tubuhnya dan mata mereka bersirobok. Andrew bisa melihat pancaran lelah dar...