Beverly Hills, California. 8.43 P.M
Andrew Penthouse.Angin malam berhembus dengan kencang menerpa tubuh seorang wanita cantik, surai hitam kecoklatan nya berterbangan dengan gerakan yang anggun. Alexa merapatkan mantel yang ia pakai dan menatap danau kecil di hadapannya dengan tatapan kosong, ia terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk yang berhasil mengusik ketenangan hatinya. Kebahagiaan nya memang sudah sangat sempurna karena memiliki Andrew dan juga buah hati yang akan hadir, tetapi ia masih merasa ada yang kurang karena belum berhasil menemukan keberadaan ayahnya.
Apapun yang sudah di lakukan oleh Regino, Alexa tidak peduli. Ia hanya ingin melihat ayahnya tetap berada di dalam jarak pandangnya walaupun itu di rumah sakit jiwa sekalipun. Jika seperti ini ia tidak tahu bagaimana keadaan ayahnya, bagaimana keadaan mental pria paruh baya itu, bagaimana keadaan kesehatannya. Regino tidak bisa berkeliaran di luar sana sedangkan ia membutuhkan perawatan dan pengawasan yang kuat untuk kesehatan mentalnya.
Alexa menyelipkan rambut yang tergerai di sisi kepalanya ke belakang telinga, udara malam sangat dingin dan entah mengapa ia sangat ingin melihat air danau yang sangat tenang di hadapannya saat ini. Lagi-lagi ngidam yang sangat aneh dan oleh karena itu juga Alexa tidak membangunkan Andrew. Pria itu pasti tidak akan mengabulkan keinginannya mengingat hari sudah malam dan angin tidak bagus untuk tubuhnya.
Setelah berdiam diri dalam keheningan selama 30 menit Alexa berniat untuk kembali ke dalam Penthouse. Ketika membalikkan tubuhnya nafas Alexa tercekat, matanya terbelalak kaget, berkali-kali mengerjapkan mata guna memastikan apa yang ia lihat bukan sebuah ilusi semata. Ketika benar-benar sudah pasti Alexa berbisik dengan lirih, "Dad..."
Pria paruh baya di hadapannya menyeringai dan menganggukkan kepalanya seraya berjalan mendekat ke arah Alexa. Sedangkan Alexa mulai gusar, wanita itu mengingat bagaimana pertemuannya dengan Regino dan berakhir pria itu tidak menerima kehadirannya sama sekali. Perlakuan kasar Regino membuat pikiran buruk menyelinap masuk ke dalam diri Alexa, perlahan Alexa juga mundur secara teratur, "Mengapa Dad bisa berada disini?"
Mata Alexa bergerak liar meneliti pakaian dan penampilan Regino. Pakaian lusuh dan robek di beberapa sisi juga darah yang menghiasi di sekitar wajah kusut Regino, Alexa terbelalak ketika pria paruh baya tersebut mengeluarkan pisau berlumur darah dari dalam kaus yang di kenakannya, "Apa yang Dad inginkan?" Alexa mulai bertanya dengan nada tinggi. Wanita itu sangat takut, tangan Alexa terangkat mencengkeram perut yang sudah menunjukkan baby bump itu.
"Kau anak sialan!"
Alexa menggelengkan kepalanya dan saat itu juga air matanya mengalir, seolah ada ribuan tangan tak kasat mata yang merenggut jantungnya ketik ayah kandungnya sendiri mengatakan bahwa ia adalah anak sialan. Sangat sakit!
"Kau anak tidak berguna!" Ucap Regino dengan pelan namun penuh penekanan. Pria paruh baya itu masih melangkah ke arah Alexa secara perlahan.
"Dad, stop..."
"Kau yang menyebabkan aku membunuh ibumu!"
Alexa menghentikan langkahnya ketika di belakangnya tepat terdapat danau, sekali langkah saja Alexa akan terjatuh.
"Kehadiranmu sangat tidak aku harapkan sialan! Sampai kapanpun aku tidak pernah mengharapkan kehadiran seorang anak! Menyusahkan! Dan kau adalah sumber semua kesialan ku! Kau yang membuat aku membunuh ibumu! Kau yang membuat aku masuk ke dalam penjara! Kau yang membuat aku di kurung di dalam rumah sakit jiwa sialan itu!" Regino berteriak dengan sangat kencang sehingga Alexa memejamkan matanya.
Astaga, tidak ada yang menyakitkan lagi dari ini. Ayahmu sendiri tidak mengharapkan kehadiranmu, ayahmu sendiri mengatakan bahwa kau adalah sumber dari segala kesialannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Grip [End]
RomanceAndrew berlutut tepat di belakang tubuh Alexa. Memeluk dengan erat, mencoba untuk menghantarkan seribu makna melalui sentuhannya. Alexa tidak berkutik, gadis itu membalikkan tubuhnya dan mata mereka bersirobok. Andrew bisa melihat pancaran lelah dar...