Toronto, Canada. 1.44 P.M
Grey's Mansion.Andrew menatap hamparan padang bunga kecil yang terdapat di hadapannya, salah satu tempat ia dan Alexa menghabiskan waktu bersama. Andrew tersenyum dengan hangat mengingat hal apa saja yang sudah di lalui nya bersama gadis itu, setiap sudut mansion ini mempunyai kenangannya tersendiri dan hal itu membuat Andrew rindu pada masa kanak-kanak nya bersama sang gadis kecil pujaan hati.
Dengan perlahan pria tampan berusia 22 tahun itu mengecek ponselnya, sudah 4 jam berlalu Alexa pergi. Kemana gadis itu sebenarnya?
Ketika Andrew mengatakan ia ingin menemani Alexa menolak dan mengatakan bahwa ia butuh waktu untuk sendiri dan sekarang Andrew menyesal karena tidak memaksa untuk menemani Alexa. Pesan yang Andrew kirim pun belum mendapatkan balasan, ketika Andrew menelpon nomor gadis itu tidak aktif. Sungguh, Alexa-nya benar-benar berhasil membuat Andrew selalu kalang kabut sendiri.
Alexa memang gadis yang mandiri tetapi karena terpisah selama 12 tahun dengan gadis itu Andrew tidak ingin mengambil resiko, ia tidak ingin kehilangan orang yang sangat berarti bagi hidupnya.
Suara deringan telepon menginterupsi segala pikiran Andrew yang berkecamuk dengan ria, dengan gerakan kilat pria itu mengangkat telepon tanpa melihat siapa yang memanggil dan berkata, "Lex, kemana saja kau? Kau membuatku khawatir." Seru Andrew dengan lantang.
"Bung, ini bukan Alexa-mu. Lebih baik kau lihat dulu siapa yang memanggil sebelum berteriak seperti itu, kupingku sakit mendengarnya."
Suara itu! Astaga, suara menyebalkan yang sangat tidak ingin Andrew dengar. Andrew melihat ponselnya dan merutuki tingkahnya yang mengangkat tanpa melihat siapa nama pemanggil. Max! Pria drama gila yang sangat menyebalkan!
"Tidak usah menceramahi ku seperti itu! Ada apa?" Tanya Andrew dengan tajam.
"Kau ini memang tidak bisa di ajak bergurau sedikit ya? Dasar arogant! Tidak berperasaan! Dingin seperti kutub Utara! Menye---,"
"Max! Jangan main-main dengan ku! Aku tahu semua perangai ku! Tidak usah menyebutkan nya satu persatu sialan!" Gertak Andrew menyela perkataan Max.
Ada apa dengan mereka? Sepertinya julukan Tom and Jerry cocok untuk mereka berdua.
Terdengar helaan nafas di seberang sana, "Baiklah, bos. Aku hanya ingin melaporkan perkembangan yang ada kepadamu An. Saat ini Josh dan Paul sedang bertemu dengan pengacara dari Vience tua bangka sialan keparat jelek itu. Mereka sepertinya tengah berdeb---,"
"Tunggu, tunggu. Pengacara? Apa maksudmu?" Sela Andrew dengan tidak sabaran.
"Bisakah kau tidak memotong perkataan ku sekali saja An? Kau mau aku potong 'milikmu' itu?" Kesal Max dengan gusar. Siapa yang tidak sebal jika perkataannya terus menerus di potong seperti itu?
"Lanjutkan!" Perintah Andrew tidak mengindahkan ocehan Max yang membuat kupingnya panas seketika.
"Menyebalkan!" Max berdeham sebentar, "Ya, seperti yang aku katakan tadi. Vience memang sangat menyiapkan ini dengan baik, aku tidak tahu seberapa pintar kelicikannya itu. Tetapi yang pasti kami akan berusaha untuk merebut perusahaan Grey Company dan menyerahkannya kepada kekasihmu. Itu perkembangan yang ada." Lapor Max.
Andrew menganggukkan kepalanya walau ia tahu Max tidak bisa melihat hal itu, "Bagaimana dengan keadaan perusahaan? Ada pergerakan apa lagi yang di lakukan Vience?"
"Tidak ada, berjalan seperti biasanya. Tua bangka itu masih melakukan embel-embel 'kerja sama' nya dengan baik. Tetapi aku dengar ia sedang tidak ada di Amerika." Jawab Max.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Grip [End]
RomanceAndrew berlutut tepat di belakang tubuh Alexa. Memeluk dengan erat, mencoba untuk menghantarkan seribu makna melalui sentuhannya. Alexa tidak berkutik, gadis itu membalikkan tubuhnya dan mata mereka bersirobok. Andrew bisa melihat pancaran lelah dar...