Beverly Hills, California. 8.02 P.M
Andrew Penthouse.Kegiatan Alexa yang sedang menulis terinterupsi karena suara ponsel nya yang menandakan adanya pesan masuk, gadis cantik berusia 20 tahun itu meraih ponselnya yang berada di atas meja tepat di hadapannya.
Josh:
Aku mendapatkan sedikit informasi mengenai ayahmu, bisa kita bertemu besok?Alexa menghela nafasnya, jika mereka bertemu apa lagi alasan yang harus ia lontarkan kepada Andrew? Sudah pasti pria itu akan curiga dan mencecar Alexa dengan beribu-ribu pertanyaan yang tidak bisa gadis itu jawab.
Alexa:
Jadi apa yang harus aku lakukan?Menit berikutnya akhirnya Alexa memutuskan untuk menelpon Josh, tidak ada yang bisa ia lakukan.
Tidak ada alasan yang bisa ia ucapkan kepada Andrew nanti, jika ia jujur sudah pasti Andrew akan khawatir. Pada dering kedua sebuah suara mengalun di seberang sana, "Hei, Nona." Sapa Josh.
"Hei, Josh. Aku minta maaf. Aku tidak bisa bertemu denganmu, aku tidak tahu apa lagi alasan yang harus aku berikan kepada Andrew." Kata Alexa, gadis itu menoleh ke belakang guna memastikan Andrew belum memasuki kamar mereka berdua.
"Oh, baiklah aku mengerti. Jadi? Aku juga tidak mau wajah ku babak belur karena kekasih posesif mu itu." Gurau Josh sambil terkekeh.
Alexa tersenyum, ia harus dengan lapang dada menerima sifat mutlak Andrew yang satu itu, "Bisakah kau memberitahuku apa yang kau ketahui mengenai ayahku? Disini saja."
"Aku tahu penjara tempat ayahmu di tahan. Aku mencoba mencari informasi sekecil apapun, tetapi kepala penjara hanya mengatakan ia tidak mengetahui banyak hal mengenai ayahmu. Ia memberikan sebuah alamat dimana kau bisa mencari tahu tentang ayahmu." Jelas Josh.
"Dimana?" Tanya Alexa harap-harap cemas.
"Aku akan mengirim alamatnya melalui pesan, tetapi tempat ini adalah rumah sakit jiwa, Nona. Dan tidak di Amerika."
Nafas Alexa tercekat, kepalanya tiba-tiba saja sakit seolah-olah ada palu godam yang memukul dengan keras. Rumah sakit jiwa? Ada apa sebenarnya?
"Baik, Josh. Terima kasih atas bantuan mu. Aku yang akan mencari tahu selanjutnya."
"Kau yakin? Aku takut ayahmu berbuat macam-macam padamu, nona."
Alexa memejamkan matanya lelah, "Kau tidak perlu khawatir, aku bisa mengatasinya. Kau tahu, dia ayahku. Aku yakin dia tidak akan menyakitiku."
Alexa berbohong, tentu saja gadis itu ragu dengan perkataannya sendiri. Istrinya saja bisa pria itu bunuh, apalagi Alexa yang notabene nya adalah putrinya sendiri. Tetapi Alexa mengenyahkan pikiran buruk itu, ia percaya ayahnya mempunyai alasan mengapa ia melakukan hal tersebut.
Gadis bernetra biru laut itu mendengar helaan nafas di seberang sana, "Baiklah, aku akan mengirim alamatnya padamu. Kalau kau membutuhkan bantuan jangan sungkan hubungi aku."
"Terima kasih banyak, Josh."
Setelah mendengar jawaban pria paruh baya itu Alexa mematikan sambungan teleponnya, manik gadis itu menerawang jauh.
Beribu pertanyaan yang menyerbu kepalanya. Apa yang harus ia lakukan kedepannya? Apakah perlu ia memberitahukan hal ini kepada Andrew? Jika pria itu tahu bagaimana reaksinya nanti? Dan yang menjadi pertanyaan dasar adalah 'apa alasan ayahnya membunuh istrinya sendiri?'.
----
"Adison Corp?" Tanya Andrew.
Pria berusia 22 tahun itu tidak pernah sedetikpun menghilangkan kerutan samar di dahinya, memikirkan perkataan tangan kanannya di seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Grip [End]
RomanceAndrew berlutut tepat di belakang tubuh Alexa. Memeluk dengan erat, mencoba untuk menghantarkan seribu makna melalui sentuhannya. Alexa tidak berkutik, gadis itu membalikkan tubuhnya dan mata mereka bersirobok. Andrew bisa melihat pancaran lelah dar...