37. Selfish.

3K 155 0
                                    

Brooklyn, New York. 6.53 P.M
Richard Mansion.

Dengan tangan lentiknya Sean terus menerus menorehkan tinta membentuk sebuah lukisan indah yang sangat cantik, matanya dengan jeli menatap setiap permukaan lukisan yang sebentar lagi akan membentuk gambar seorang gadis cantik.

Setelah pertemuan nya dengan Alexa pada waktu itu, pria asal Utah itu tidak bisa menghilangkan gadis cantik benetra biru laut itu.

Seberapa kuat dirinya menolak dan berusaha menyerah, ada bagian terdalam dirinya yang mengatakan bahwa ia harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Sisi terbaiknya mengatakan bahwa gadis itu sudah memiliki kekasih, tetapi sisi jahatnya mengatakan bahwa Alexa layak untuk menjadi miliknya.

Dan akhirnya Sean memutuskan, ia akan berjuang mendapatkan Alexa. Andrew? Itu bisa di pikirkan nanti, tetapi yang lebih penting ia harus bisa menarik hati gadis itu. Membawa Alexa mendekat kepadanya, dan menarik gadis itu ke dalam dekapannya.

Sean tersenyum dengan manis menatap hasil lukisannya, gambar Alexa yang tengah memejamkan matanya terlihat sangat begitu cantik bagi Sean. Membuat rasa ingin memiliki membuncah begitu saja di dalam diri pria berusia 20 tahun itu.

Dengan senyuman yang masih terpatri di wajah tampannya, pria itu meraih ponsel yang berada di atas nakas.

Mengetik beberapa angka sebelum sambungan terdengar, pada dering yang ke empat sebuah suara mengalun dengan indahnya di seberang sana, "Hei Sean, apa kabar?" Tanya Alexa dengan lembut.

"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?"

"Aku baik-baik saja, Sean. Ada apa kau menghubungi ku?"

Sean terkekeh, "Aku hanya ingin mendengar suaramu, Vi. Apa tidak boleh?"

Pria itu ada mendengar bahwa Alexa tergagap di seberang sana, "Tentu saja boleh. Apa kau merindukanku, bung?" Canda Alexa.

"Ya, sangat merindukanmu." Jawab Sean, raut pria itu menunjukkan bahwa ia serius dengan perkataannya, tidak ada nada candaan atau apapun itu.

Alexa hanya tertawa, sepertinya gadis itu tidak bisa menanggapi perkataan Sean.

"Vi, aku ingin mengajakmu berjalan-jalan. Maukah?" Tanya Sean.

"Jalan-jalan? Mm aku tidak tahu, Sean. Kau tahu seperti apa Andrew." Jawab Alexa.

Sean menggeram marah, di dalam hatinya ia bertanya mengapa harus pria itu lagi yang menjadi penghalang nya?

"Aku berharap kau bisa, Vi. Aku sangat merindukan saat-saat bersamamu." Harap Sean.

"Baiklah, aku akan mencoba berbicara dengannya."

"Terima kasih."

Sean memutuskan sambungannya ketika Alexa sudah menjawab, pria tampan berambut pirang itu tersenyum dengan penuh arti.

Perlahan-lahan sayang, ya perlahan-lahan. Batin Sean.

----

Beverly Hills, California. 7.35 P.M
Andrew Penthouse.

Dengan langkah yang pelan Andrew menuntun Alexa berjalan, lagi-lagi gadis berusia 20 tahun itu di buat penasaran dengan tingkah Andrew. Saat dirinya berada di kamar, tiba-tiba saja Andrew datang dan langsung menutup matanya menggunakan kain. Saat Alexa bertanya, lagi-lagi hanya di jawab seperti biasa 'kau akan tahu nanti'. Menyebalkan sekali.

My Grip [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang