8. A Lantern.

11.1K 478 0
                                    

Beverly Hills, California. 1.00 P.M

Mikaelson Company.

Belasan pria tengah duduk di dalam satu ruangan, mereka menatap kagum pada sosok yang tengah berbicara di depan.

Para pria tersebut berdecak kagum melihat bagaimana cara pria muda tampan di hadapan mereka dengan berwibawa menjelaskan secara rinci mengenai sahamnya, bagaimana cara pria tersebut menatap mereka satu persatu dengan tatapan tajamnya.

Sudah satu jam meeting berlalu. Kali ini Mikaelson Company akan melakukan kerja sama dengan X Company, mereka bekerja sama untuk pembangunan hotel di Dubai.

Andrew berjabat tangan dengan satu persatu rekan bisnisnya, ia tersenyum bangga dengan hasil kerjanya. Meeting yang berlangsung berjalan dengan baik, semua rekan bisnis Andrew menyetujui ide cemerlangnya.

Andrew berjalan menuju ruangannya dengan Max yang membuntutinya.

Ketika telah sampai di ruangannya, ia duduk di kursinya dan merogoh ponsel di dalam saku dan menempelkan benda pipih tersebut di sisi telinganya.

"Apa kau tidak ingin makan siang?" Tanya Max yang sudah duduk di hadapan Andrew.

Pria tersebut menoleh dan menggelengkan kepalanya, "Tidak, untuk saat ini aku tidak lapar." Jawab Andrew.

Max mengangguk tanda mengiyakan, "Baiklah, panggil aku jika kau lapar. Aku akan menemanimu." Max menyengir menunjukkan deretan giginya.

Andrew hanya mengangkat sebelah alisnya. Menjijikkan.

Max menggedikkan bahunya melihat Andrew yang tidak merespon ucapannya.

Pria tersebut menyandarkan tubuhnya di kursi, kemudian ia menumpu satu kakinya. Andrew yang melihat itu berdecak kesal, sepertinya ia yang menjadi bos di sini.

Hingga suara di seberang sana membuat Andrew tersenyum dan tidak mementingkan lagi keberadaan Max di dalam ruangan itu.

"Hei, bagaimana kabarmu?" Sapa Andrew dengan sumringah.

Wanita yang di tanya pun menghela nafasnya, "Oh come on, kita baru saja tidak bertemu 2 jam yang lalu An. Dan kau menanyakan kabarku? Seolah kita tidak bertemu bertahun-tahun." Oceh Alexa.

"Lalu aku harus bagaimana? Bukan aku yang mengatakannya, tetapi mulutku." Balas Andrew tidak mau kalah. Entahlah, walaupun baru 2 jam yang lalu ia tidak bertemu dengan Alexa. Tetapi rasa rindunya sudah tidak karuan seperti ini.

"Ok baiklah, terserah kau saja pintar." Alexa kesal dengan Andrew, ada saja kata-kata pria itu untuk membalas ucapannya.

Andrew tertawa mendengar nada merajuk dalam ucapan Alexa.

Max yang sedari tadi memperhatikan Andrew mulai bingung dengan pria itu.

Ia tertawa lepas seolah tidak ada beban, selama Max mengenal Andrew ia tidak pernah melihat Andrew tertawa seperti itu.

Detik selanjutnya ia melebarkan matanya sambil mulutnya menggumamkan kata 'O' tanpa suara.

Tentu saja Alexa, batinnya.

Kemudian Max tersenyum melihat binar kebahagiaan yang terpancar dari mata sahabatnya itu ketika ia berbicara dengan Alexa. Kasih sayang dan cinta!

Ia bersyukur akhirnya ia tidak akan menjadi pelampiasan Andrew lagi ketika ia tidak bisa menemukan keberadaan Alexa.

Selama 12 tahun Andrew mencari Alexa, selama itulah ia tidak pernah bisa tenang sedetikpun. Selalu ada beberapa orang yang ia jadikan sebagai tempat pelampiasan emosinya.

My Grip [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang