Author's POV.
Tubuh wanita itu menegang, semburat merah muncul di kedua pipinya. Ia sedang berusaha mencerna perkataan pria di hadapannya dan berusaha untuk menormalkan detak jantungnya yang menggila akibat hembusan nafas Andrew mengenai telinganya.
Astaga, kemana saja ingatan itu? Aku baru mengingat kejadian bodoh di perpustakaan tadi malam dan itu semua akibat alkohol. Alexa membatin dan merutuki dirinya sendiri.
Tubuh Andrew pun belum beranjak sama sekali, pria itu masih setia mencondongkan tubuhnya dan sesekali sengaja menghembuskan nafasnya tepat di telinga Alexa. Memberikan sensasi menggelikan bagi tubuh Alexa, itulah efeknya terhadap sentuhan Andrew.
Andrew kembali berbisik, "Ingin tahu lebih jelas?" Kali ini Alexa memejamkan matanya karena Andrew mencium tepat di telinganya, membuat gadis itu kehilangan pertahanannya.
Entah mengapa Andrew seperti menahan sesuatu, entahlah ada sesuatu yang bangkit dari dalam dirinya. Niatnya hanya untuk mengganggu Alexa tapi berakhir dengan ia yang kembali di selimuti kabut gairah, oh gadis itu memang selalu berhasil membuat Andrew bangkit hanya dengan sentuhan kecil.
Sepertinya niat ia menggoda Alexa harus padam kali ini, demi sesuatu yang harus ia tahan. Untuk kesekian kalinya.
Pria itu menjauhkan dirinya dan tersenyum dengan canggung, ia berjalan menuju sofa yang terdapat di ujung ruangan berdekatan dengan pintu yang menghubungkan kamar itu dengan balkon.
Ia menghembuskan nafasnya secara perlahan, menetralkan hasrat terpendam yang tidak dapat di lampiaskan.
Sedangkan Alexa yang melihat hal itu hanya mengernyitkan dahinya bingung terhadap perubahan sikap Andrew, memang benar-benar bahwa Andrew adalah pria dengan berbagai emosi yang dapat berubah-ubah dalam kurun waktu yang tidak dapat di tentukan.
"Tidak usah kau pikirkan, tidak terjadi apa-apa semalam, Lex." Kata Andrew. Ia terpaksa harus memendam rasa ingin menggoda Alexa. Karena sangat tidak baik jika ia terus berdekatan dengan gadis itu.
"Ada apa dengan mu? Sikapmu berubah-ubah layaknya bunglon dan An katakan dengan jelas apa yang terjadi semalam!?"
Andrew mengangkat kedua tangannya di atas kepala, "Maafkan aku dan aku berani bersumpah bahwa semalam memang tidak ada yang terjadi." Ia memang tidak akan bisa membantah perkataan gadis itu jika singa dalam dirinya sudah bangun seperti saat ini.
Alexa melangkahkan kakinya menghampiri Andrew yang semakin terpojok.
"Kau membuatku geram sejak tadi, aku akan membunuhmu sekarang juga, Mr. Mikaelson!!" Detik itu juga Andrew berlari terbirit-birit mengelilingi kamar tersebut, sedangkan Alexa dengan gencar nya terus mengejar Andrew sampai kamar tersebut sudah seperti kapal pecah. Bantal berserakan di lantai karena ulah mereka berdua yang seperti Tom and Jerry.
Akhirnya gadis itu mengalah, Alexa terengah-engah karena lelah berlari mengejar langkah besar Andrew. Sudah di perkirakan bahwa ia memang tidak akan berhasil mengejar Andrew.
"Kau menyebalkan!" Alexa menghentakkan kakinya dan berjalan menuju kamar mandi, ia butuh menyegarkan otaknya kembali setelah semua perlakuan Andrew yang sangat membuat ia lelah.
Sedangkan Andrew yang melihat itu hanya tertawa, ya ia sangat menyukai ekspresi Alexa yang terlihat menahan amarah. Entahlah, sepertinya menggoda Alexa akan menjadi hobi barunya.
Setelah mendengar gemericik air dari dalam kamar mandi, Andrew segera meninggalkan kamar dan berniat menuju ruang kerjanya. Ia memang memutuskan untuk tidak pergi ke kantor hari ini, ia ingin lebih lama lagi bersama Alexa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Grip [End]
RomanceAndrew berlutut tepat di belakang tubuh Alexa. Memeluk dengan erat, mencoba untuk menghantarkan seribu makna melalui sentuhannya. Alexa tidak berkutik, gadis itu membalikkan tubuhnya dan mata mereka bersirobok. Andrew bisa melihat pancaran lelah dar...