Beverly Hills, California. 6.30 A.M
Andrew Penthouse."Aku berjanji tidak akan pulang terlalu malam." Andrew berujar entah untuk yang ke berapa kalinya, pria itu tidak ingin meninggalkan Alexa sendirian setelah melihat gadisnya menangis di dapur.
Sungguh, yang ingin ia lakukan hanya mendekap Alexa terus menerus. Membisikkan kata-kata yang akan membuat gadis itu tenang dan tertawa bahagia bersamanya.
Air mata sialan tidak akan pernah ia biarkan mengalir di pipi Alexa.
Tetapi lagi-lagi tuntutan pekerjaan harus ia jalankan, ada beberapa pekerjaan yang Andrew tidak bisa kerjakan di Penthouse nya.
Alexa tersenyum dan memeluk erat Andrew, "An, jangan seperti itu. Kau sudah menghabiskan banyak waktu denganku. Lagipula aku tidak akan kemana-mana, aku akan ada disini saat kau kembali."
Sesungguhnya Alexa pun tidak mau berada jauh dari pria yang sangat di cintainya, namun ia tidak mau menjadi gadis yang egois.
Demi apapun, kehidupan Andrew bukan hanya untuknya. Banyak hal yang harus pria itu lakukan, bukan ia prioritas utamanya.
"Baiklah. Shit."
Alexa terkekeh dan berkata, "Hey, berhentilah mengucapkan kata-kata kasar seperti itu."
"Ini semua salah mu."
"Apa mak---,"
Ucapan Alexa terpotong karena Andrew mencium bibirnya, Alexa terkejut namun karena ajaran Andrew ia bisa menyeimbangkan pagutan bibir Andrew di bibirnya.
Andrew melingkarkan tangannya di pinggang ramping Alexa, menarik gadis itu agar mendekat lagi kepadanya.
Sedangkan Alexa mulai merespon dan menjatuhkan tangannya di rambut Andrew. Menarik-narik nya membuat sang pemilik mengerang nikmat.
Ok mereka lupa tempat saat ini, apa mereka tidak ingat jika mereka berada di pelataran Penthouse? Dan ada supir pribadi Andrew yang memperhatikan mereka berdua.
Setelah dirasa cukup, dengan enggan mereka melepaskan tautan bibir mereka dengan terengah-engah.
Andrew menyatukan dahinya dengan dahi Alexa, hanya Tuhan yang tahu seberapa besar ia mencintai gadis dihadapannya ini.
"You gotta go," Ucap Alexa.
Andrew tersenyum sambil mengusap bibir bawah Alexa yang membengkak akibat ulah brutal nya, "I will go. I love you, baby." Ucapnya sambil mendaratkan kecupan kasih sayang di dahi Alexa.
Hati Alexa menghangat mendapatkan setiap sentuhan lembut dari Andrew, "I love you too."
Andrew berjalan menuju mobilnya dengan berat hati, Alexa melambaikan tangan ketika mobil yang Andrew tumpangi menjauhi pelataran Penthouse. Inilah yang ia benci, perasaan kehilangan ketika Andrew menjauh dari jarak pandangnya walau hanya untuk beberapa jam saja.
Mereka sudah memiliki rasa saling ketergantungan satu sama lain.
Mungkin kehidupannya sudah bergantung kepada pria itu saat mereka bersama sejak kecil dulu, tetapi bodohnya Alexa tidak menyadari hal itu.
Ia tidak akan pernah bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri karena meninggalkan Andrew saat itu, Andrew selalu berhasil melakukan hal yang membuat Alexa tetap tersenyum dan merasakan kebahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Grip [End]
RomanceAndrew berlutut tepat di belakang tubuh Alexa. Memeluk dengan erat, mencoba untuk menghantarkan seribu makna melalui sentuhannya. Alexa tidak berkutik, gadis itu membalikkan tubuhnya dan mata mereka bersirobok. Andrew bisa melihat pancaran lelah dar...