1 | Awal Kisah

1K 118 93
                                    

Bagian 1

Awal Kisah

"Kisah kita sangat indah, hingga perlahan berubah."
Belum Punah-Fiersa Besari

_____

"JALANNYA buruan dong!"

Tepat setelah berucap, gadis dengan rambut sebahu menubruk punggung kokoh nan menjulang tinggi milik seseorang di hadapannya. Rupanya cowok itu sengaja menghentikan langkah secara mendadak.

Ara sampai mendongak melihat cowok yang berdiri di hadapannya. Cowok dengan rambut yang acak-acakan, seragam yang dikeluarkan, bahkan dasi yang harusnya bertengger di leher malah sudah terikat rapi di kepalanya.

"Lama banget jalannya, nyebelin!"

"Lo ngomong sama gue?" Cowok itu menunjuk dirinya sendiri.

"Nggak, ngomong sama angin! Ya ngomong sama kamu-lah!"

Tanpa berbasa-basi lagi, Ara dengan tubuh mungilnya berusaha memasuki secuil celah di pinggir gerbang belakang sekolah. Kegiatan belajar mengajar sudah dimulai sejak dua puluh menit yang lalu. Dalam sejarah hidupnya, baru kali ini ia mengalami terlambat ke sekolah. Alasannya klise, karena kesiangan. Tapi untuk lebih rincinya, dia bangun kesiangan karena semalaman sibuk mengerjakan tugas yang bertumpuk-tumpuk.

Kesialannya bertambah saat kaki kanannya menginjak tali sepatu kirinya yang terlepas ikatan. Dengan sangat malu karena dirinya tepat jatuh di depan cowok yang tidak dia kenali, Ara langsung berdiri, tangannya refleks membuat gerakan cepat membersihkan pasir halus yang menempel di roknya.

"Ceroboh!" cerca cowok itu dengan wajah datarnya.

"Kamu siapa sih? Nyebelin banget!"

Bukannya menjawab, cowok itu justru menarik lengan Ara untuk mundur ke belakang. Tak lupa tangan kanannya membekap mulut Ara. Manik hitam jelaganya serta alis runcing cowok itu cermat memperhatikan sekitar. Berkali-kali Ara berusaha untuk melepaskan tangan cowok itu dengan sekuat tenaga, namun tetap saja tenaga cowok itu lebih kuat darinya.

Setelah dirasa aman, cowok itu melepas bekapannya. Tak peduli jika Ara naik pitam akibat perbuatannya.

"Kamu apa-apaan sih. Dasar cowok nyebe-"

"Gue Ken, berisik lo! Untung tadi nggak ketahuan sama Bu Ifa, bisa-bisa gue dihukum lagi karena terlambat!" sergah Ken dengan cepat. Sebelum meninggalkan Ara, Ken sempat menoleh pada Ara yang masih diam mematung.

"Cuma ngasih tahu, lo sebagai junior harus sopan sama senior! Oh, ya, kalau lo nggak kenal gue, lo bisa tanya ke siapa pun siswa yang sekolah di sini. Dan gue yakin, jawaban siapa pun itu bisa buat hidup lo sedikit berubah."

Omong-omong tentang ucapan Ken barusan, Ara sama sekali tidak peduli. Tapi tunggu, dia sudah hampir enam bulan sekolah di SMA Nusa Bangsa dan dirinya tidak pernah melihat sosok Ken di lingkungan sekolah. Aneh rasanya.

Ara kembali melakukan aksinya; mengendap-endap agar tidak terkena hukuman akibat keterlambatan. Hanya membutuhkan dua menit agar bisa sampai ke kelasnya dengan berlari. Untungnya keadaan kelas ramai, itu tandanya guru belum masuk atau bisa jadi jam kosong, pikirnya.

"Ca, Bu Dini belum masuk?" tanya Ara setelah duduk di bangkunya.

"Astaga Ra, aku pikir kamu nggak masuk. Tumben banget kamu telat, keringetan pula," ujar Caca sembari memberikan sekotak tisu pada Ara untuk mengelap pelunya.

Sambil membuka tutup botol air mineral, Ara berkata, "Ca, kamu kenal sama Ken?"

"Kak Kenzie maksudnya?"

Ken & Ara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang