44 | Pekan Raya

73 14 0
                                    

Bagian 44

Pekan Raya

"Put your hand in mine,
you know that I want to be with you all the time."
Make You Mine-Publik

_____

MATA Ara berbinar cerah menatap kumpulan balon yang sudah dibentuk  setengah lingkaran dengan tulisan Fun Fair terpampang di sana. Hilir-mudik pengunjung, aroma jajanan, tawa bahagia, serta suara histeris orang yang menaiki wahana sudah terdengar sebelum ia memasuki.

"Ayo!" seru Ken menunjukkan dua tiket masuk.

Mungkin, kalau dalam film kartun, di mata Ara akan terlihat bintang-bintang yang bersinar. Jangan lupakan juga, ada gerombolan bunga yang menyembul dari belakang tubuh, seolah menggambarkan suasana hatinya.

"Mau main apa?"

"MAU MAIN ITU TUH! YANG MANCING-MANCING IKAN!" Ara menunjuk kolam berukuran kecil dengan anak-anak kecil yang sudah melingkari. Semuanya terlihat sibuk memancing ikan-ikan yang mulutnya bermagnet.

Tunggu!

Ini serius keinginan Ara?

Apalagi gadis itu memohon dengan lompat-lompat kegirangan, membuat Ken gemas sendiri. "Ara yakin?"

"Kenapa nggak?! Iyalah Ara yakin!"

"Nggak mau naik bianglala aja? Kayak waktu itu, sambil dengerin lagu Juicy Luicy?"

Tanpa persetujuan Ken, gadis itu langsung menggamit lengan Ken lalu menariknya agar mengikuti. "Itu 'kan udah pernah, yang ini belum."

Ken pasrah. Bahkan ia lebih pasrah ketika Ara lebih memilih bermain ikan-ikan itu dan mulai cuek terhadap dirinya. Ken membiarkan Ara berbaur dengan yang lain, ia berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Mengamati rasa bahagia Ara yang tampak di depan mata. Sampai-sampai Ken ikut tertawa melihat ekspresi Ara dengan bibir yang dimajukan. Gadis itu cemberut gara-gara anak kecil di sebelahnya bermain curang. Alhasil, Ara malah menantang anak tersebut.

"WEH GILA SIH?! TUH BANG CEWEK LO MENANG!"

Pedagang yang kebetulan ada di belakang Ken sontak berteriak girang. Jadi, sedari tadi bukan hanya Ken saja yang memerhatikan Ara. Pedagang pop corn, permen kapas, serta minuman sampai tak berkedip melihat tingkah Ara yang childis menggemaskan.

"ASTAGA BUAH NAGA! DIA MENANG LAGI BANG!" Kali ini, suara pedagang pop corn yang masih terus memandangi Ara.

"AELAH BANG! LO BERUNTUNG BANGET DAPET CEWEK YANG NGEGEMESIN BANGET GITU!"

Kali ini, Ken mendengkus kesal. Pasalnya, selain memuji Ara, pedagang minuman itu memperhatikan Ara sambil bertopang dagu dengan wajah seolah hanyut dengan pesona Ara. Sampai lupa menyadari bahwa pacar dari gadis manis itu mendelik ke arahnya dengan tatapan tajam.

Satu jam berlalu sangat cepat, mata Ken tak luput dari Ara yang sibuk sana-sini mencoba berbagai permainan. Hingga Ken menyadari sesuatu dari senyum miring Ara yang kian mendekat.

"Kenapa?" tanya Ken langsung.

"Nggak lupa 'kan tujuan kita ke sini?" Alis Ara naik-turun jahil, ia memaksa Ken agar segera menaiki wahana kuda-kuda.

"Tap---"

"Sebentar aja, ya, ya, ya," ucap Ara memohon. Gadis itu menarik ujung kemeja Ken beberapa kali disertai senyuman manis.

Kalau seperti ini, Ken pasti tidak bisa menolak!

"A-aku ...," gugup Ken membayangkan wahana yang berputar itu akan menimbulkan efek yang tidak baik bagi perut dan kepalanya.

"UDAHLAH BANG! TURUTIN AJA SI DEDEK EMESH!"

"LAGIAN SENYUMNYA MANIS KAYAK GITU MASIH MAU LO TOLAK AJAKANNYA?!"

"CUMA SEKALI AJA BANG! BOLEHLAH, KASIHAN TUH!"

Sialan!

Kalau ada sandal jepit bekas pasti Ken akan menyumpal semua mulut-mulut itu, hitung-hitung bisa mengurangi limbah di sekitar juga. Sangat bermanfaat.

Ara berjinjit lalu berbisik, "Mau ya, Sayang?"

Damn it!

Ken kalah.

Deru napas Ara menyapu halus sebelah wajah Ken, membuat rona merah menjalar hingga telinga. Menyadari situasi yang masih terpantau beberapa pedagang di bekakang, Ken menetralisir kegugupannya. Jemari Ken mengisi sela-sela kosong jemari Ara, menggenggam erat menciptakan kehangatan.

"Okay! C'mon!"

Untuk sekarang wajah Ken sangat percaya diri. Tapi ketika ia mulai menaiki komedi putar itu barulah wajahnya tampak pucat pasi. Telapak tangannya mengeluarkan keringat, mengakibatkan besi yang ia jadikan pegangan menjadi licin. Belum lagi tubuhnya mulai dibanjiri keringat dingin, membuat kemeja hitam Ken basah di bagian punggung.

Ara menoleh ke samping, melihat Ken yang berusaha baik-baik saja sambil melambaikan tangan. "SERU YA?"

Ken mengangguk. Kemudian ia menelan ludah dengan susah payah. Suara gemetaran mengiringi pertanyaan, "Masih lama ya?"

"Sebentar lagi. Ken kenapa?" tanya Ara khawatir, baru menyadari perubahan air muka Ken.

Hingga akhirnya Ken bisa menghela napas lega setelah komedi putar sudah berhenti berputar. Seolah baru saja ada seseorang yang mengambil nyawanya, lemas sekali. Tatkala berjalan pun, kepala Ken seperti diputar-putar bak gasing yang lupa caranya untuk berhenti. Belum lagi isi perut yang dikocok-kocok bagai milkshake.

Ini adalah pertama kalinya ia menaiki wahana komedi putar. Dan ini juga adalah hal bodoh yang seharusnya Ken tidak tampilkan di depan Ara.

Hal bodoh pertama; dengan sangat percaya diri ia menerima ajakan Ara.

Hal bodoh kedua; membiarkan Ara menyodorkan kantung plastik setelah turun dari komedi putar. Iyalah! Kalau begini, pasti Ara ilfeel. Mau disimpan di mana muka Ken!

Hal bodoh ketiga; penyebab Ara menjadi khawatir.

Membiarkan Ara mengelap dahinya yang banyak mengeluarkan keringat dingin dengan tisu, Ken hanya bisa diam.

Kemudian Ara menyodorkan sebotol air mineral yang baru saja dibelinya pada Ken. "Kenapa nggak bilang?"

"Bilang apa?"

"Kalau kamu nggak berani naik komedi putar?"

"Berani kok, cuma ini baru pertama kalinya."

"Jangan buat khawatir."

Ken mengacak-acak puncak rambut Ara. "Janji, deh, nggak akan diulangi lagi."

Itu saja sudah lebih dari cukup bagi keduanya.

_____

Makasih yang udah baca <3

Salam,

Illa :)
















Ken & Ara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang