25 | Jadi Beban

136 21 8
                                    

Bagian 25

Jadi Beban

"Bagaimana mungkin kau mempermainkan semua, bagaimana bisa aku tak tahu segalanya."
Bagaimana Bisa-Jaz

_____

SORE ini Bagas sudah ada di kamar Ken. Ia hanya berguling-guling di kasur king size yang sudah dirapikan oleh salah satu pembantu rumah Ken. Sedangkan Ken masih serius berkutat dengan tumpukan buku di meja belajar. Sesekali menguap lelah karena sudah tiga jam tanpa henti matanya menatap buku serta mulutnya komat-kamit sambil menghafal. Kalaupun lelah, Ken hanya menatap dinding yang tertulis sebuah motivasi yang lebih besar dari motivasi yang lain.

BELAJAR YANG RAJIN,
KULIAH, JEMPUT EYANG,
DI MUNCHEN!

"Ken, lo makan dulu gih sana." Bagas mengubah posisinya menjadi duduk menghadap si empu kamar yang membelakanginya.

Ken berdecak. Ketenangannya diganggu. "Males, lo aja sana."

"Elah, lo gimana, sih? Masa gue main ke rumah lo cuma numpang makan doang. Sini, tugas lo mau gue bantu?"

Notifikasi dari ponselnya membuat Ken berhenti berkelana dalam kesibukannya. Dari Ara. Satu dari ratusan pesan di ponselnya itu sama sekali tidak menarik perhatiannya. Entah kenapa. Ingin sekali Ken bersikap biasa saja, tapi tidak mudah untuk melakukannya. Seutas senyum terbit dari bibirnya lalu melempar ponsel itu sembarangan ke arah kasur.

Untung tidak mengenai Bagas, cowok itu melirik tajam Ken. "Pesan dari siapa? Kenapa lo nggak bales?"

Ken mengedikkan bahunya tak peduli, ia lanjut mencoret-coret buku dengan hasil perhitungannya. Kini, ia telah memasuki materi dengan tugas hitungan.

Tanpa sepengetahuan Ken, mungkin kalau Ken tahu juga pasti cowok itu akan mengizinkan Bagas mengambil alih ponselnya. Mata Bagas melirik Ken dan nama yang terpampang di layar ponsel Ken secara bergantian. Ada pesan baru yang menyusul sebelum Bagas membacanya.

Bagas bingung, apa Ken masih terlalu fokus dengan dunianya hingga ia belum sadar bahwa Ara-nya mengirimi pesan?

Belum sempat Bagas membalas, ponsel itu kembali berdering. Ada panggilan masuk dan itu dari Ara.

"Ken, ini ada telepon dari Ara. Dia ngirimin pesan juga, nih," kata Bagas bangkit dari duduk lalu menyimpan ponsel Ken di atas buku yang sedang Ken kerjakan latihan soalnya.

"Gue males, lo aja."

"Lo yang doi-nya, masa gue yang bales. Sedeng lo!"

Di tempat lain Ara mondar-mandir sambil mengecek kembali ponselnya. Ken tidak membalasnya. Sekali hingga dua kali ia lihat apakah ada yang salah dengan pesan yang dikirimnya hingga Ken tak kunjung membalas.

Ara:
Ken, bsk jd kan ke panti asuhan?
Jgn lupa bwa bunga buat anak-anak
Bnr jd gk nih?

Masih belum ada balasan. Untuk itu Ara putuskan menelepon Ken. Berdering, tapi Ken tak kunjung mengangkatnya. Ada apa sebenarnya?

Apa Ara terlalu kecentilan karena mengirimi pesan pada Ken lebih dulu? Pasalnya ini kali pertama Ara mengirimi Ken pesan. Jangan tanya bagaimana gencarnya Ken memperjuangkan Ara, cowok itu hampir tiap hari tak absen mengirimi pesan good morning, sweet girl :) dan itupun Ken kirimkan pagi sekali. Bayangkan jam tiga pagi ponsel Ara ada notifikasi dari Ken seperti itu. Sayangnya, Ara sama sekali tidak membalas. Hanya membacanya saja.

Ken & Ara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang