34 | Sadness

130 17 5
                                    

Bagian 34

Sadness

"Dan aku tak 'kan rela bila kau terjatuh pada pelukan yang salah."
Pelukan Yang Salah-Singgah

_____

"LO udah baikan?"

Mata Ken mengerjap, membiarkan cahaya masuk ke retina. Perlahan hingga pandangan jelas, ia menyadari sesuatu.

"Lo masih di sini?" tanya Ken masih tak percaya. Pasalnya, hampir seharian ini Luvi masih dalam posisi seperti pagi tadi, duduk di kursi samping kasur.

Dan sialnya sudah berapa jam Ken terlelap dengan Luvi yang setia menggenggam tangannya erat. Ken mendesah kesal, mengubah posisi tubuh menjadi duduk bersila. Suasana canggung terjadi ketika tangan Ken dengan cepat melepas genggamannya, saking canggungnya bahkan memandang kepulan uap teh manis hangat yang ada di atas nakas Ken lakoni hanya untuk peralihan.

Luvi tersenyum hangat. "Iya gue masih di sini. Lo terganggu ya?"

Lebih tepatnya sangat terganggu.

"Kenapa sih lo nggak pulang aja?" gerutu Ken sebal.

"Lo ngusir gue?"

Ken tidak bilang seperti itu. Tanpa sadar, memang indikasinya menjurus ke sana. Tidak ada balasan, yang ada Ken semakin benci dengan kecanggungan ini. Ia mengusap tengkuknya, lalu melihat ke arah lain, selain Luvi. Sampai-sampai suara dentingan jarum jam terdengar menghiasi ruangan nuansa putih ini, saking canggungnya.

Meski seratus persen yakin kalau Ken memang tidak nyaman akan kehadirannya, Luvi sama sekali tidak peduli. Bola matanya bergulir ke sana ke mari mengamati benda-benda yang ada di dalam ruangan persemayaman Ken.

"Sampai berapa kali pun lo nyuruh gue pergi, gue nggak akan pergi. Gue mau nemenin lo, sebagai tanda terima kasih juga karena kemarin lo udah biayain operasi adik gue," tandas Luvi, membuat Ken geleng-geleng kepala sendiri.

Ah, iya, Ken hampir melupakan tipikal orang seperti Luvi. Hanya karena sedikit pertolongan yang diberikan, Luvi akan memberikan banyak kebaikan si penolong. Itu yang harus Ken pahami sekaligus berpikir dua kali saat hendak menolong Luvi.

Dalam hati Ken mengerang kesal. "Gue sebagai manusia yang masih punya hati nurani, tentu aja gue pasti bantu orang yang lagi kesusahan."

"Tapi Ken," potong Luvi sambil mengambil secangkir teh manis hangat di nakas lalu menyodorkannya pada Ken. "Gue pokoknya utang budi banget sama lo."

Apapun yang Ken pikirkan, Luvi yakin kalau minuman hangat dapat meningkatkan rileksasi. Tentu, Ken menerimanya dengan suka cita.

Cowok dengan rambut hitam legam yang masih acak-acakan menarik napas sebelum berbicara. "Please Luv, berlebihan kalau gini caranya. Jangan karena gue baik ke lo, lo malah gunain kesempatan itu untuk maksud lain. Rasa suka lo ke gue, maybe?"

Entah kenapa, Luvi malah tersenyum. Senyum getir. Ken bangkit dari duduk, ia tahu keadaan sedang tidak baik. Untuk itu, Ken berjalan menuju kolam renang. Tanpa perintah Ken juga tetap Luvi mengikutinya dari belakang. Ken hanya butuh ketenangan, tapi suara Luvi kembali mendengung.

"Memangnya salah ya gue suka sama lo?"

"Rasa sukanya nggak salah, tapi caranya yang salah!"

Oke, jangan tanyakan betapa kesalnya Ken ketika gadis berlesung pipi itu terus mengikutinya, seperti Ken berjalan ke kiri, ikut ke kiri, begitu pun dengan arah langkah Ken selanjutnya.

Ken & Ara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang