Bagian 21
Harus Memastikan
"Tak semua orang bisa, punya kesempatan yang sama.
Andaikan engkau dapat membuka mata, kita bisa rasakan bahagia asalkan kita terus percaya."
Kita Bisa-RAN ft. Tulus_____
RUMAH mewah dengan cat serba putih itu terlihat penuh aktivitas para pekerjanya. Empat sopir membersihkan mobil mewah, di antaranya ada mobil Mercedes Benz S-Class, Lamborghini Gallardo, Mini Cooper, BMW seri 3, Hummer H3, dan satu mobil antik hasil pabrikan negeri Italia yaitu Ferrari 250 GT California LWB Competizione Spider terlihat berjejer rapi di dalam garasi besar.
Ada juga tukang kebun yang merapikan rumput, menyiram, dan merawat tanaman-tanaman mahal di taman depan maupun belakang. Lima satpam bergantian shift, mengecek keamanan rumah. Kemudian, ada enam asisten rumah tangga, masing-masing ada yang membersihkan rumah, mencuci, menyetrika baju, memastikan kolam renang tetap dalam keadaan bersih, memasak serta menyiapkan sarapan.
Bisa dibilang, rumah mewah ini banyak dihuni oleh pekerjanya dibanding dengan pemiliknya yang jarang berada di rumah.
Tubuh Ara mematung setelah baru selangkah menapakkan kaki di halaman rumah mewah ini. Matanya tak bisa menutupi kekagumannya, sangat indah sekali.
"Selamat datang di rumah Tuan Muda Kenzie Athala," kata Bagas dengan menundukkan tubuh sebagai tanda penghormatan. Sengaja ia lakukan, berniat untuk melebihkan saja agar lebih berkesan.
"Bagas apa-apaan sih?! Kenapa harus di rumah mewah ini? Serius ini punya Ken?"
"Lo mah nggak pernah langsung percaya apa yang gue omongin," jeda Bagas lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Katanya masih pengin dengar tentang Ken? Lo gimana sih?"
"Mending di luar aja deh, nggak usah di rumah ini."
"Kalau gue bilang ini atas perintah Ken, tetap lo mau tolak?"
"Ken nggak ada di rumah ya?"
Raut wajah Bagas seperti memikirkan sesuatu. Ia berusaha mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Ara. Bukannya apa-apa, Ken juga sudah berpesan padanya kalau ada yang mencarinya jangan dijawab, sekalipun itu Ara-nya Ken. Akhirnya Bagas mengalihkan pembicaraan, ia mengajak Ara untuk masuk ke dalam rumah mewah milik Ken.
"Ken suka sama lo dari tiga tahun lalu. Gila emang tuh orang!"
Sengaja Ara tetap diam mendengarkan apapun yang Bagas katakan mengenai Ken, toh ia juga sudah tahu mengenai hal itu dari mulut Ken sendiri saat pertama kalinya Ken mengucap bahwa ia menyukai Ara. Netra Ara tak lepas dari benda-benda impor di rumah ini. Semuanya tertata rapi, mungkin memiliki kesan tersendiri. Namun aneh bercampur curiga seketika hinggap di benaknya, ternyata tak ada satu pun figura foto, entah foto Ken atau keluarganya, semua dindingnya hanya dipenuhi hiasan serba putih. Tapi, ada satu ruangan yang warna pintunya berbeda sendiri, warna hitam. Padahal semua pintu di rumah ini berwarna putih bersih tanpa terlihat noda sedikitpun.
Bagas mengikuti arah pandang Ara. "Itu pintu yang warnanya beda sendiri, kamar Ken. Lo mau masuk?"
Segera Ara menggeleng, ditatapnya Bagas dengan kesal. Sekarang Bagas seperti tour guide rumah mewah Ken. Dari satu ruangan hingga ruangan lain Bagas jelaskan tanpa ada yang tertinggal sedikit pun seolah ia sendiri adalah pemilik rumah ini. "Kalau lo tanya kenapa gue hafal banget rumah sebesar ini, ya karena Ken. Dia selalu nitipin rumah ini ke gue, kebanyakan harta tuh orang. Gue saranin ya Ra, lo kalau sama Ken hidup lo nggak akan kekurangan! Hartanya bisa buat tujuh turunan!"
"Ngaco deh," ucap Ara sembari melepas sandal yang digunakan. Lalu kakinya bermain air di kolam yang luas ini. Muncul tawa kecil merasakan sensasi dingin yang menjalar di kakinya. "Terus gimana lagi?"
Bagas terkekeh, ia sampai lupa ingin menceritakan mengenai Ken. "Ken pernah bilang, Ra. Katanya dia penasaran sama cewek satu kompleksnya yang jarang keluar rumah. Kalaupun keluar rumah paling ke sekolah sama ke minimarket doang. Nah, mulai dari situ Ken cari tahu semua tentang lo. Apalagi lo itu cewek pertama yang Ken suka."
"Masa, sih?"
Sebenarnya Ara terkejut perihal perasaan Ken padanya. Bisa dibilang, ia adalah first love Ken, tapi selama ini ia sama sekali tidak peduli pada Ken, lebih tepatnya tidak pernah memandang Ken ada. Jawaban mengenai tiga tahun ini sudah terjawab, selama itu Ken mampu bertahan memperjuangkannya. Menepis rasa bosan atau masalah lainnya yang menghambat perjuangannya mendapatkan cewek yang sama sekali tidak mempedulikan kehadirannya.
"Tuh 'kan mulai deh nggak percaya omongan gue," kata Bagas dengan bola mata berotasi jengah. "Lo mau es krim?"
Ara mengangguk antusias, jika di film kartun pasti matanya akan ada bintang yang berkilauan. "Mana es krimnya?"
Cowok yang sedang asyik bersantai di bangku dekat kolam tersenyum penuh arti. "Ambil sendiri sana, lo tahu 'kan tempatnya di mana? Deket kok."
Mulut Ara bergumam pelan, langkahnya mengarah ke lemari pendingin es krim. Ara hendak membuka lemari pendingin es krim setinggi pinggang, tapi teriakan Bagas menginterupsinya. Cowok yang tiap harinya berpenampilan seperti preman itu meminta agar Ara membawakannya juga es krim stroberi.
Ara sudah mengambil satu es krim cokelat di genggamannya, kini ia berusaha mencari es krim stroberi yang sama sekali tidak tampak wujudnya di netra Ara. Kelamaan mencari akhirnya Ara sadar, di lemari pendingin es krim ini hanya ada berbagai jenis es krim rasa cokelat.
Suara dehaman seseorang menelisik masuk ke telinga Ara, kepala Ara menoleh ke sumber suara. Bagas sudah ada di belakangnya dengan posisi bersandar di dinding juga kedua tangannya disilangkan. Menatap makhluk manis dengan bibir yang mengerucut yang siap protes padanya.
"Kamu ngerjain aku ya, mana ada es krim stroberi. Isinya es krim rasa cokelat semua, dasar ngeselin!"
"Satu lagi kegilaan Ken, dia nyediain lemari pendingin es krim yang isinya es krim rasa cokelat semua. Padahal, Ken sendiri alergi cokelat!"
"Kok gitu?"
"Dia lakuin itu cuma buat lo!"
Ara dibuat tertegun seketika, hatinya terasa ada yang aneh. Ken bahkan tahu semua tentangnya, salah satunya cokelat yang menjadi kesukaan Ara.
"Jangan bilang lemari pendingin dan semua es krimnya juga untuk aku?"
Kebiasaan Bagas yang sekarang Ara perhatikan, cowok itu kalau sedang gemas akan menyentuh dahi Ara dengan jari telunjuknya. "Ngarep ya lo! Yang ini mah jangan, buat gue! Kalau lo mau nanti gue bilangin ke Ken, supaya ngasih lo semua jenis es krim cokelat yang ada di seluruh dunia. Khusus cuma buat lo doang!"
"Gimana, Ra? Apa masih bingung? Nggak apa-apa sih sebenarnya, cuma ya saran gue pokoknya kuncinya satu, secepatnya lo harus pastiin."
Iya, untuk sekarang Ara harus memastikan. Dimulai dari memastikan hatinya sendiri, kalau hatinya sendiri saja belum ada kepastian bagaimana ia bisa memastikan hati orang lain? Contohnya kebingungan yang kini mengendap di pikirannya, ia belum memastikan hati Ken karena Ara sendiri belum memastikan hatinya.
_____
An:
Sebelumnya Illa mau kasih tahu, cerita ini nggak ada visual cast-nya. Dari sini Illa pengin kalian berimajinasi sendiri, hehe.
Makasih yang udah baca <3
Salam,
Illa :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ken & Ara [SELESAI]
Teen FictionKetika logika menjelaskan bahwa semuanya diawali dari pertemuan yang tak terduga, saling jatuh cinta, hingga merajut kisah bersama. Itu bukan alur sebenarnya. Sayangnya ada sebuah hati yang sempurna, selalu menunggu balasan atas apa yang diperbuatny...