46 | Kejujuran Pahit

78 11 0
                                    

Bagian 46

Kejujuran Pahit

"Will you stay with me tonight? And pretend it's all right, tell me that you love me, the way you used to love me."
Tell Me That You Love Me-James Smith

_____

"KEN?" Ara mengerjapkan mata, berusaha memastikan bahwa yang di hadapannya benar Ken.

Cowok dengan seragam putih yang menjuntai keluar dari celana abu-abu itu baru saja menampakkan diri di depan gerbang rumah Al. Ara berjalan lunglai mendekati Ken, seolah seseorang baru saja mengambil nyawanya.

Memicing dengan penuh keseriusan, Ara bertanya, "Ngapain ada di sini? Katanya ada urusan penting? Oh, ada urusan sama kak Al, ya? Jangan bilang abis berantem lagi sama kak Al?"

Saat ini, Ken benci dengan beragam pertanyaan, ia hanya ingin kenyamanan. Meski hatinya luluh melihat kecemasan di wajah Ara, namun tetap saja Ken menampilkan wajah yang teramat gusar.

Tatapannya begitu intens, lalu mencekal lengan Ara kuat. "Ikut aku, ada yang mau aku omongin."

Ara perlu menimang, ia melirik Esfa meminta persetujuan. Esfa mengangguk, membiarkan Ara pergi bersama Ken. Ia mengikuti langkah jenjang Ken dengan terseok-seok, karena bagaimanapun juga satu langkah kaki Ken sama dengan dua kali langkah miliknya.

"Mau ke mana?"

Pertanyaan itu menggantung di udara, seolah memang tidak pernah ditanyakan sebelumnya. Ara mengerang kesal saat Ken menutup pintu mobil dengan kasar.

"Kenapa, sih?" Selama bersama Ken, Ara tahu tabiat cowok itu. Dari rahangnya yang mengeras dan embusan napas berat sudah pasti pacarnya itu sedang ada masalah.

"Marah? Kenapa? Karena Ara, ya? Karena Ara ke rumah kak Al? Cemburu?"

Lagi-lagi Ken tak mengindahkan pertanyaan Ara, ia lebih memilih diam dan fokus pada jalanan. Takut-takut saat kondisi seperti ini, amarahnya tersalur bebas pada Ara, lebih baik Ken memilih menghela napas beberapa kali.

Ara memilih diam selama perjalanan, memainkan jemari yang terpangku di atas paha. Merasa bosan, Ara mulai menyenderkan kepalanya di jendela mobil. Melihat kekacauan di luar sana dalam diam.

Setelah lelah menggumuli pikirannya, tanpa sadar, Ara tertidur. Bodoh memang jika tertidur di mobil yang melaju ke tujuan yang tidak diketahui serta bersama cowok yang sedang dikuasai emosi. Tetapi, sepoi-sepoi angin yang menelisik masuk melalui celah jendela berhasil mendatangkan rasa kantuk. Hingga akhirnya tepukan pelan di pipinya membuat kesadaran Ara pulih perlahan.

Ara membuka mata. Awalnya semua buram. Matanya mengerjap. Pelan-pelan penglihatannya beradaptasi dengan sekitar. Tenggorokannya tercekat, ia tidak menemui Ken di sebelahnya. Buru-buru Ara keluar dari mobil, udara hangat sore hari langsung menyambutnya halus. Jingganya langit menarik atensi Ara pada punggung cowok yang sedang berjalan menjauh lalu berjongkok di sana.

Di sana, sambil memeluk batu nisan. Dan Ara baru menyadari sepatunya kotor akibat tanah merah yang sedang ia pijaki. Tempat ini asing bagi Ara.

Ara ikut berjongkok di sebelah Ken, mengamati Ken dan nisan itu secara bergantian. Ken melirik Ara, menggenggam jemari gadis manis itu. Tangan lainnya mengusap sebulir air mata yang baru saja lolos. "Mama apa kabar?"

Tidak bisa dipungkiri, kesedihan yang teramat dalam benar-benar menciptakan buliran bening yang keluar dari mata Ken. Ia menangis, namun segera ditampik dengan usapan tangan yang kasar.

Ken & Ara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang