47 | Titik Hancur

87 10 1
                                    

Bagian 47

Titik Hancur

"We drifted to survive, I needed you to stay, but I let you drift away."
Surrender-Natalie Taylor

_____

UJIAN Nasional benar-benar mengurung Ara dalam kamar. Dikarenakan kondisinya memang diperuntukan untuk menjadi kondusif selama ujian, alhasil kelas 10 dan 11 terpaksa diliburkan. Ralat, lebih tepatnya belajar di rumah. Sudah empat hari, meja belajar menjadi singgasana terindah selama di rumah. Mungkin, di luar sana masih banyak anak yang menghabiskan kesempatan libur ini untuk pergi berjalan-jalan atau sebagainya.

Tapi, tidak bagi Ara. Ia gunakan kesempatan itu untuk ngambis. Mempelajari materi-materi yang masih belum ia mengerti, bahkan ia sempat mengulik materi yang akan dipelajari untuk tingkat kelas yang akan ia jejaki, kelas 11.

Omong-omong selama empat hari ini juga, ia sama sekali tidak berkomunikasi dengan Ken. Mengingat Ken harus fokus dengan UN, jadi ia lebih baik membiarkan Ken larut dengan tumpukan buku yang menjadi bahan pembelajarannya.

Bahkan, hanya sekadar menanyakan kabar saja ia urungkan, takut mengganggu.

Tapi, tidak untuk sekarang. Hari ke empat, tepat pada sore hari yang mendung ini. Tepat pada hari ulang tahun Ken. Ara menggenggam ponsel ragu, apa iya ia harus mengirim pesan pada Ken duluan? Apa yang harus Ara tanyakan? Gimana Ken ujiannya? Happy Birthday, Ken! Tidak, tidak seperti itu caranya.

Kelamaan berpikir namun tetap tidak menemukan solusi. Alhasil, Ara lebih memilih menanyakan kabar Ken melalui perantara Bagas.

Ara
Bagas, Ken gmn?

Bagas
Sori Ra, slma dia UN
gw gk prnh main k
rmh dia lg

Ara
Ok deh klo gtw

Bagas
Sori ya, gw jg sibuk
sma pekerjaan gw
jd gw msh blm tau
keadaannya

Ara
Mksh ya Gas

Bagas
Sma²

Usai itu Ara membanting tubuhnya ke kasur, membentuk bintang besar. Sesaat kemudian, ia berguling ke kiri, termenung. Mengambil tangan Popo lalu mengusapkannya ke pipi, rasa halus boneka itu sedikit menenangkan Ara.

Lamat-lamat Ara memandangi Popo, mau bagaimanapun juga boneka teddy bear itu tetap diam meski Ara menggerak-gerakan tangannya.

"Popo tahu nggak keadaan Ken? Padahal hari ini 'kan ulang tahun Ken."

Tetap hening, Ara seperti sedang telepati dengan Popo. Selanjutnya ia mulai bermonolog.

"Ken pasti baik-baik aja, semoga dia nggak hilang-hilang mulu kayak dulu," adu Ara pada Popo.

Ia mengubah posisinya menjadi duduk bersila. "Kok Ara tiba-tiba merasa kalau Ken kayak Margo di Paper Towns. Ken bisa seenaknya pergi-pergi gitu," timpal Ara memukul pelan tangan Popo.

"Popo jangan diam aja dong! Bantu Ara. Apa nggak ada niatan Ken hubungin Ara duluan? Ara 'kan gengsi kalau nelepon Tuan Misterius duluan."

Ken & Ara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang