Bagian 36
Buku Kejujuran L
"Di awalan cerita tak ada perasaan di antara kita berdua, tapi seiring waktu takdir kita bertemu."
Takkan kemana-The overtunes_____
DUDUK sendirian, di pinggir jendela perpustakaan. Ara mengamati buku saku bersampul biru langit yang dipojok kanan atasnya tertulis nama Alfarez Yezkanda dengan tulisan latin. Lalu membukanya perlahan, di halaman pertama tak ada apa-apa. Kosong. Di halaman kedua sudah diisi dengan tulisan yang Ara tebak pasti tulisan Al, lumayan rapi bagi seukuran para cowok.
Buku Rahasia L.
"Buku rahasia L?"
Masih meninggalkan gelombang di dahi karena bingung, Ara membuka halaman berikutnya.
Pasti kamu bingung ya dengan maksud L di halaman sebelumnya? Lupain dulu sebentar, nanti saya ceritakan di bagian akhir buku ini. Apa kabar? Jangan tegang dong bacanya hehe ... pasti ini Ara yang baca ya? Kalau bukan, pokoknya harus Ara yang baca! Kamu baca buku ini di mana, Ra? Saya saranin kamu baca di tempat sepi, soalnya ini buku kejujuran. Hai kamu yang selalu lihatin saya yang sedang baca di perpustakaan. Saya sampai berpikir, ada ya orang yang lagi baca tapi bukan buku yang dibaca, lebih tepatnya baca wajah saya kali ya? Terus juga leher kamu nggak capek apa melirik saya dalam posisi membelakangi?
"Jadi ... kak Al tahu?"
Iya saya tahu, saya apresiasi rasa capekmu itu dengan ngajak pergi makan ke kantin, itu alasan sebenarnya, bukan karena kamu udah mengembalikan rubik saya hehe. Waktu itu kayaknya kamu kecewa ya karena bel masuk udah bunyi? Jadi saya putusin buat ngajak kamu makan (lagi) di warung bakso Mas Edo. Sekadar informasi, itu adalah kali pertama saya jalan bareng cewek. Cewek unik yang mudah menuangkan keluh kesahnya ke orang yang baru dikenal. Sampai nangis-nangis gitu, pengin ketawa kalau diingat-ingat.
"Makanya nggak usah diingat-ingat kalau nggak mau ketawa!"
Dari pertama kali ketemu, saya rasa kamu itu cewek unik yang baru saya temui. Oh, ya, dengar-dengar Ken pernah maksa kamu pergi ke kantin, kamu digendong ya sama Ken? Saya cemburu.
Ara diam membatu. Kata terakhir yang digarisbawahi oleh Al membuat Ara mengernyit bingung. Kemudian Ara membuka lembar berikutnya, kembali membaca setelah membuka jendela di sampingnya.
Muka kamu cemberut terus lihat pertandingan futsal saya waktu itu, kenapa? Walau mungkin kamu tahu, saya bukan tipe orang yang ingin menjadi pemain utama, melainkan kepala di balik pemain utama, saya lebih suka membuat taktik dibanding harus berebut bola dengan yang lain. Tapi saya rasa, itu bukan alasan sebenarnya 'kan? Omong-omong saat pertandingan futsal itu, nggak sengaja saya lihat kamu yang sedang memperhatikan Ken. Lagi, saya cemburu. Saya nggak tahu hubungan kamu sama Ken, jadi udahlah lupain aja. Di sini 'kan saya mau cerita tentang kamu. Masih ingat kejadian di depan loker? Kamu nangis, jarimu luka terjepit pintu loker. Kamu sampai nggak kedip lihatin saya yang lagi meniup jari kamu yang luka, saya suka tatapan itu. Tiba-tiba kamu bilang makasih ke saya karena kertas post-it itu. Seriusan saya nggak tahu apa-apa tentang post-it itu, jadi saya iya-kan aja. Maaf ya Ara, hehe.
"Kalau bukan kak Al, siapa yang nyimpan post-it itu? Ken kah?"
Ara menggelengkan kepala mengingat Ken, tentang Ken sepertinya akan sedikit Ara singkirkan dulu tatkala membaca buku Al. Ia akan memfokuskan dulu pada Al, apalagi kata cemburu yang digarisbawahi membuatnya sedikit resah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ken & Ara [SELESAI]
Teen FictionKetika logika menjelaskan bahwa semuanya diawali dari pertemuan yang tak terduga, saling jatuh cinta, hingga merajut kisah bersama. Itu bukan alur sebenarnya. Sayangnya ada sebuah hati yang sempurna, selalu menunggu balasan atas apa yang diperbuatny...