37 | Buku Kejujuran L (2)

116 13 0
                                    

Bagian 37

Buku Kejujuran L (2)

"They say you don't know what you got 'till it's too late, I'm already gone."
Find What You're Looking For-Olivia O'Brien

_____

KAMU tahu? Saking bersalahnya saya sampai nggak bisa tidur. Cari-cari cara buat minta maaf ke kamu. Akhirnya muncul deh ide buat ngasih susu kotak rasa vanila di laci meja kamu, hehe. Sebenarnya saya nggak tahu rasa kesukaan kamu, jadi saya putusin buat ngasih rasa vanila. Karena rasa vanila sendiri menggambarkan diri kamu, Ra. Vanila nggak pernah bisa lebur ke bahan lain dan kehilangan jati dirinya, vanila selalu punya identitas di mana pun ia berada. Dengan aromanya juga vanila bisa berperan dalam banyak sisi kehidupan, serta memberi manfaat bagi sudut-sudut sepi yang membutuhkan kehadiran. Pagi-pagi sekali saya berangkat sekolah, simpan susu kotak itu di laci meja kamu.

"Jadi ... susu kotak vanila itu dari kak Al? Tapi, aku selalu kasih buat Caca. Maaf ya kak Al," ujar Ara, sedetik kemudian ia membekap mulutnya sendiri. Menyadari suara Damar yang baru menyembulkan kepalanya dari pintu kamar Ara.

Bola mata Damar bergulir ke seluruh penjuru ruang kamar. "Masih belum tidur? Udah malam, Ra. Tutup bukunya, matiin lampu, terus tidur."

"Iya Bang, ini Ara mau tidur," alibi Ara. Padahal dalam hatinya ia menyalahkan Damar, tak tahu apa Buku Kejujuran L ini benar-benar menarik rasa penasarannya. Ara juga akan rela begadang demi membaca buku tersebut, mengingat seperti ada banyak jawaban yang harus ia cari dalam buku ini.

Setelah kepergian Damar, mau tak mau ia mengikuti perintah Damar. Tapi, ia bersikeras untuk membaca buku tersebut. Tubuh mungil di balik selimut yang ditemani satu senter kecil dan Buku Kejujuran L, cukup hanya itu saja Ara kembali membaca.

Kamu lucu kalau lagi marah, rasanya saya akan rela senyum sampai gigi saya kering cuma lihat wajah lucu kamu ketika marah. Alis bertaut dengan mata menatap tajam, bibir mengerucut, dan saya jamin ekspresi kamu yang seperti itu membuat semesta iri, hahaha. Tinkerbell, kamu terlihat sangat menggemaskan. Sudah ya, lain kali jangan pernah tampilin wajah marah kamu! Karena saya nggak mau gigi saya kering gara-gara terlalu lebar tersenyum. Tak sampai situ, rasa bersalah saya masih belum terselesaikan hanya dengan kata maaf. Jadi, sepulang sekolah saya mau tebus kesalahan saya. Tapi, mungkin waktunya nggak tepat karena saya lupa udah punya janji sama Esfa buat cari spot foto. Saya benar-benar lupa kalau saya punya janji sama Esfa, lagi-lagi dengan berat hati saya memilih membantu Esfa. Maaf, maaf, maaf, pokoknya beribu maaf saya untuk kamu.

"Iya, nggak apa-apa kok kak Al." Ara mengubah posisinya menjadi duduk sedikit membungkuk di balik selimut.

Novel To All The Boys I've Loved Before yang menceritakan tentang Lara Jean kepunyaan Bunda, saya sempat menceritakan sedikit isinya ke kamu waktu itu yang asik senyam-senyum sendiri. Pemandangan terbaik yang pernah saya rasakan, lihat kamu tersenyum. Walau sebenarnya saya nggak tahu alasan kamu senyam-senyum sendiri, andai saya bisa tebak kalau alasan kamu tersenyum karena saya pasti saya sangat bahagia. Tapi, hidup dalam pengandaian tidak baik bagi garis kehidupan kedepan. Ara, padahal saya ceritakan sedikit isi novel itu merupakan kode, sama kayak kisah kamu dan saya. Sayangnya kamu nggak peka. Ya udah deh, sekarang main tebak-tebakan yuk?

"Tebak-tebakan?"

Ada syaratnya tapi, ambil dulu novel yang saya kasih ke kamu. Kalau sudah, nanti ikuti perintah saya.

Tanpa berpikir panjang, Ara segera beranjak. Dengan tangan yang masih menggenggam senter kecil, ia sorotkan cahaya ke beberapa tumpukan buku di meja belajar. Hingga novel To All The Boys I've Loved Before tertangkap mata, langsung saja ia raih dan kembali ke kasur, menutup tubuh dengan selimut seperti tadi.

Ken & Ara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang