Bagian 22
Who Are You?
"Apa aku pernah berlari saat kau ada masalah."
Salah-Lobow_____
"JANGAN bilang kamu sudah pacaran ya? Cinta-cintaan? Sayang-sayangan?"
Guru dengan postur tubuh yang melebihi kapasitas serta kaca mata botol di balik matanya yang melotot tajam menambah aura angker di ruangan pesakitan batin ini. Suara Bu Ifa lantang laksana pemimpin perang yang akan menyerbu lawan terdengar hingga sepanjang koridor ruang BK.
Merasa penasaran dengan objek santapan Bu Ifa di siang yang terik ini juga memang ada keperluan dengan sosok yang biasa bersemayam di ruang BK, akhirnya Ara putuskan perlahan tapi pasti mencuri pandangan apa yang terjadi di dalam ruang angker ini dari secuil celah pintunya yang tidak tertutup rapat.
Ara menggeleng tak percaya, objek santapan Bu Ifa siang ini adalah Alfarez Yezkanda. Cowok yang Ara pikir rajin, pintar, dan semua aura positif yang menempel dalam diri Al sendiri, hari ini sosok itu berdiri sambil menunduk di dalam ruang BK.
"Maaf, Bu, saya tidak akan mengulanginya lagi."
"Kamu ini sudah semester akhir, makin ke sini nilai kamu menurun! Kamu selalu ceroboh mengerjakan ulangan harian, nilai kamu menurun drastis! Ada apa sama kamu Al?"
"Nanti saya perbaiki, Bu."
"Akhir-akhir ini nilai kamu selalu di bawah standar! Kamu harus ingat, di sekolah ini penilaian bersifat objektif! Kamu mau tidak lulus nanti?"
"Iya Bu, nanti saya belajar lagi."
"Harus! Kamu ini bagaimana?! Heran saya sama kamu," ucap Bu Ifa sambil mengetuk-ngetuk penggaris kayu panjang yang biasa dibawanya ke meja. Wajahnya memerah karena memang sedang meluapkan emosi ditambah udara siang ini terik sekali.
Wajah Al terlihat ... bagaimana ya mendeskripsikannya, mungkin tanpa ekspresi dan sedikit kebingungan. Cowok itu sesekali menggaruk tengkuknya seperti orang yang memikirkan soal Matematika tersulit, bibirnya terkatup rapat sambil mengamati globe kecil di sudut meja Bu Ifa.
"Ra!"
Ara terlonjak kaget saat seseorang menepuk pundak kanannya. Ia mengembuskan napas lega kalau seseorang itu ternyata Caca.
Salah satu alis Caca terangkat, cewek berambut pirang yang selalu dikucir kuda itu mengikuti arah pandang Ara. "Kak Al masuk BK?"
Sebelum Ara mengangguk, pintu BK perlahan terbuka. Tangan Ara refleks menarik Caca seakan mereka sedang mengobrol dan tak tahu apa-apa. Senyum manis Ara terbit berniat menyapa Al. Namun, cowok itu terlihat kacau tanpa merespons senyum Ara.
Merasa ada yang berbeda, Ara putuskan untuk menitipkan buku tugasnya ke Caca untuk diserahkan ke Bu Ifa sedangkan ia mengejar Al yang terlihat tak seperti biasanya. Meski tertinggal jejak Al, tapi Ara yakin cowok itu akan mengunjungi perpustakaan, tempat kesukaan Al.
Dugaannya benar, sepatu yang biasa Al gunakan sudah bertengger rapi di rak sepatu yang berada di depan perpustakaan. Tangan Ara buru-buru melepas tali sepatu dan langsung masuk ke perpustakaan. Matanya meneliti penjuru ruangan, hingga tatapannya jatuh ke seorang cowok yang meletakkan kepalanya di atas meja dekat jendela serta buku yang lumayan tebal dijadikan penutup wajah.
Bunyi gesekan lantai dan kursi yang Ara tarik sama sekali tidak menarik atensi cowok yang sudah ada di hadapannya. Apa Al tidur? Sepertinya tidak mungkin, pergerakan cowok dengan manik cokelat itu tidak stabil, artinya Al tidak tidur.
"Kak Al?"
Tidak ada respons.
"Kak Al kenapa?"
Masih hening.
"Kak Al kalau ada masalah, bisa kok cerita ke aku. Nanti aku jelasin pakai filosofi, biar kayak Kak Al," ucap Ara menggerakkan lengan Al yang masih tetap diam.
Sambil menunggu Al bangun, Ara berjalan ke rak buku bagian utara, di mana daerah tersebut khusus berisi novel-novel. Ia mengambil dua novel dan membawanya ke tempat semula. Masih dengan keadaan yang sama, Al masih diam tanpa alasan.
Ara mencoba mengambil kacamata Al yang berada di samping lengan si empunya. "Kak Al, kacamatanya aku pakai boleh, nggak apa-apa nih?"
Al sama sekali tidak membalas. Ia benar-benar diam dan tidak peduli.
Tangan Ara terulur ingin mengambil buku yang menutupi wajah Al. Namun, pesan Bagas langsung berputar di kepalanya. Saran gue pokoknya kuncinya satu, secepatnya lo harus pastiin.
Astaga! Sekarang semuanya semakin jelas membingungkan, Ara mengusap wajahnya dengan kasar.
Benar kata Bagas, kamu harus secepatnya pastiin!
Buku novel yang dibawanya tadi langsung ia baca, sebagai bentuk peralihan atas perasaannya yang terasa campur aduk tak karuan. Lagi pula deru napas Al serta gerakan tubuhnya juga sudah stabil, ia mungkin sedang berkelana ke alam mimpinya. Biarkan saja dulu Al tertidur, Ara menemaninya sambil membaca novel. Barangkali sehabis bangun tidur nanti Al membutuhkan tempat curhat, mungkin telinga Ara sudah sangat siap untuk mendengar apapun yang keluar dari mulut cowok bermanik mata cokelat yang meneduhkan itu.
"Kak Al! Kak Al kenapa?! Kak!" Napas Ara memburu, peluh bercucuran dari pelipisnya. Sontak semua pasang mata menatapnya penasaran kemudian memberi isyarat dengan jari telunjuk yang diletakkan di bibir, tanda supaya tidak berisik. Ara merapatkan telapak tangannya seakan meminta maaf seraya mengangguk pelan.
Kenapa semua yang terjadi dengan Al sampai terbawa ke alam mimpi Ara? Iya, cewek itu ikut ketiduran juga saat menemani Al. Tapi tunggu, cowok yang di hadapannya sudah tidak ada di tempat. Setelah menetralkan napasnya, Ara berlari tergesa-gesa keluar dari perpustakaan. Kebetulan, gesture bagian belakang cowok dicarinya langsung tertangkap mata, berarti Al baru saja keluar dari perpustakaan.
Buru-buru Ara memakai sepatu dan mengikuti ke mana Al akan pergi. Daun kering semakin banyak terlihat di tempat yang sekarang menjadi pijakan kakinya, taman belakang sekolah. Taman belakang sekolah memang jarang dikunjungi siswa dan terbilang tempatnya juga kotor karena banyak daun kering yang tidak pernah disapu. Tempat ini paling sering digunakan sebagai jalan pintas bagi siswa yang terlambat masuk karena gerbang depan dikunci, alhasil gerbang belakang yang berada pada taman belakang sekolah menjadi sasaran utama. Juga, tempat awal pertemuan Ara dengan Ken.
Aduh Ken, jangan muncul terus di kepala! Aku cuma mau tolongin Kak Al doang, kayaknya lagi ada masalah.
"Kak Al!"
Ara senang akhirnya Al menghentikan langkah dan menoleh padanya.
"Kak Al kenapa?"
Yang ditanya malah diam, kembali berbalik badan lalu melangkah menjauhi Ara. Hingga mulut Al terbuka dan bertanya. Pertanyaan yang sama sekali Ara tak pahami. Pertanyaan yang membuat Ara tak mengerti.
"Who are you?"
_____
An:
Jangan lupa share cerita ini :)
Makasih yang udah baca <3
Salam,
Illa :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ken & Ara [SELESAI]
Teen FictionKetika logika menjelaskan bahwa semuanya diawali dari pertemuan yang tak terduga, saling jatuh cinta, hingga merajut kisah bersama. Itu bukan alur sebenarnya. Sayangnya ada sebuah hati yang sempurna, selalu menunggu balasan atas apa yang diperbuatny...