42 | Still Love You

95 12 0
                                    

Bagian 42

Still Love You

"Now look me in the eyes, I still love you, I still love you."
I Still Love You-The Overtunes

______

"ARA, ayo pulang!"

Ara menghentikan kegiatannya yang hendak menyendok es krim, tatapannya mulai merambat ke wajah si pemilik suara. Seketika Ara dibuat gagu, cowok itu, Ken, mengulurkan tangan.

"Kenapa ajak Ara pulang?"

"Eum ...," gumam Ken sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ya ... pokoknya lo harus pulang!"

Lipatan di dahi Ara semakin terlihat jelas, pasalnya seperti ada yang aneh dengan Ken. "Kamu kenapa, sih? Acaranya belum selesai, kok udah ngajak pulang?"

"Kepala batu! Pokoknya pulang!"

"Nggak mau!"

"Ara, ayo pulang." Ken mengulang kalimat tersebut dengan nada yang lebih halus.

"Kamu nyuruh aku pulang karena kamu mau lanjut mesra-mesraan sama kak Luvi? Kamu nyuruh aku datang ke sini cuma mau pamer hubungan kamu sama kak Luvi? Buat aku cemburu lihat kamu dansa sama kak Luvi?!"

As.ta.ga.

Tahu begini, lebih baik Ken menghampiri Ara nanti saja, setelah acaranya selesai. Karena kini, semua pasang mata di ruangan tersebut menatap dua remaja yang saling adu pandang. Bahkan, musik yang sebelumnya menggema seantero rumah Helena, mendadak berhenti.

Seperti ada yang menekan tombol pause pada kehidupan ini. Secara harfiah. Hening. Tidak ada lagi suara ingar-bingar. Tidak ada lagi suara musik. Tidak ada lagi pergerakan, semua orang mematung, bak bangkai bernyawa. Dan, ya, sepertinya peribaratan itu terlalu berlebihan.

"Jadi, sekarang Ken pilih siapa? Ara atau kak Luvi?"

"Tuh, yang barusan nanya."

Mata Ara membulat sempurna. Kemudian ia mengamati ekspresi Ken yang terlihat begitu serius. Manik mata hitam jelaganya menatap Ara lamat-lamat. Dan sepertinya ada yang sedang beraksi di jantung Ara, berkedut-kedut mengasyikan.

Di luar perkiraan, Ara malah berjinjit lalu meletakkan telapak tangannya ke dahi Ken. "Ngaco deh, tuh 'kan panas!"

"Gue serius."

"Memangnya aku ajak kamu bercanda?"

Ken mengembuskan napas dalam-dalam, ia butuh waktu untuk mengumpulkan keberanian. Perlahan matanya terpejam, walau sulit, karena bagaimana pun itu, Ken yakin kalau detik ini adalah waktu yang tepat.

"Gue suka sama lo."

Ara terdiam sesaat, lalu tertawa kecil. "Kamu ngaco deh, bercand---"

Cup.

Sendok es krim yang Ara genggam langsung jatuh terpelanting ke lantai.

Tanpa aba-aba apa pun serta tidak ada peringatan, Ken mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Ara begitu saja. Tidak peduli dengan beratus pasang mata memandanginya. Katakan saja jika Ken terlalu nekat, yang terpenting kali ini ia bisa membuktikan kesungguhan perasaan hanya untuk Ara-nya.

Ara terdiam dalam waktu yang cukup lama. Kali ini rasanya, semua organ di tubuh turun semua ke bagian perut, ketika bibir tebal Ken menyentuh pipi halusnya. Pipi gadis itu mulai merona. Ken yang mencium pipi Ara mulai membuka mata, matanya berkedip beberapa kali dan mulai menjauhkan wajah.

Ken & Ara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang