Bagian 38
Menyerah?
"Rasa ini tak kenal kadaluarsa, tak perlu selamanya cukup sampai ujung usia. Lewati susah, senang, pantang menyerah, karena aku menyayangimu tanpa karena."
Tanpa Karena-Fiersa Besari_____
TANGAN penuh tato itu berhenti di udara ketika ada tangan lain yang menahannya. Ken menjauhkan tangan yang hendak mendarat di pipi Luvi dengan kasar. Sedangkan Luvi, cewek dengan lesung pipi itu mundur selangkah lalu kembali menundukkan kepala dalam-dalam.
"Gini kelakuan lo sama adek lo sendiri?"
Cowok yang di hadapan Ken tampak mengerang kesal. Menatap tajam Luvi disertai dengusan. "Jangan pernah ikut campur lagi, ini urusan gue sama dia!"
Setelah berkata demikian, cowok itu berbalik badan lantas berjalan menjauh dari posisi Ken dan Luvi. Jangan tanya betapa geramnya Ken setiap kali tanpa sengaja ia bertemu Luvi dengan keadaan yang tak terduga. Keadaan dimana lagi-lagi ia menaruh rasa iba pada Luvi. Ken tahu, bahkan Ken sudah lihat sendiri kalau keluarga Luvi memang sudah hancur. Apalagi kelakuan abangnya yang benar-benar berada dalam situasi seperti ada banyak luka yang menjalari hidupnya.
Masih pagi mood Ken hancur lebur bagai Kota Nagasaki dan Hiroshima saat kejatuhan bom atom. Kehadiran Luvi, menambah jumlah hal menjengkelkan dalam kamus hidupnya.
"Gue 'kan udah bilang, lawan kalau abang lo mukulin lo. Jangan diem aja!" cerca Ken sadis.
Yang diberi cercaan malah semakin dalam menunduk. Balas mengangguk. Tentu saja hal itu membuat Ken berdecak. "Kalau lagi ngomong sama orang tatap orangnya, bukan nunduk terus, nggak ada uang jatuh. Nggak sopan!"
Entah keberanian dari mana, Ken memegang kedua bahu Luvi, mengalirkan ketenangan hingga secara perlahan Luvi mendongakkan kepala. "Makasih Ken, lagi-lagi lo nolongin gue."
Mungkin Ken datang menolong Luvi tepat pada akhirnya saja, buktinya sudah ada luka yang lebih dulu hadir di wajah Luvi. Baru menyadari kalau pipi kirinya semakin terasa perih, Luvi memegangnya pelan.
"Gue nggak apa-apa. Sekali lagi makasih Ken," cicit Luvi.
Ken menggeleng. "Obatin dulu, kompres pakai air anget. Ayo gue anter lo pul--"
Sebelum Ken menyelesaikan kalimatnya, terdengar bunyi berdebuk disertai suara nyaring gesekan antara logam dengan aspal. Spontan, semua orang yang berada di taman ini langsung menoleh bersamaan ke arah sumber suara. Adegan seorang gadis yang sudah terduduk sambil berusaha meraih setang sepedanya kembali menarik atensi semua orang, seolah ada efek slow motion ketika gadis itu unjuk gigi membalas tatapan khawatir orang yang di sekitar.
Sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, gadis itu bangkit, membersihkan butiran pasir halus yang menempel pada setelan baju olahraga yang ia pakai.
Tersenyum ramah lalu berkata, "Maaf mengganggu."
Salah satu orang menyahut, "Oh nggak apa-apa, Dek. Ada yang luka kah? Ada yang perlu Kakak bantu?"
"Aku nggak apa-apa kok," ujar gadis itu riang lalu tersenyum.
Manis sekali.
Ken meneguk ludah, ia merindukan senyum itu. Selama seminggu ini, ia membentang jarak dengan gadis itu. Berusaha jauh, terus jauh, hingga sekarang tak terasa ia berada di titik awal lagi. Bertemu sosok yang bernama Clara Ayu Alexi benar-benar membangkitkan denyutan aneh di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ken & Ara [SELESAI]
Teen FictionKetika logika menjelaskan bahwa semuanya diawali dari pertemuan yang tak terduga, saling jatuh cinta, hingga merajut kisah bersama. Itu bukan alur sebenarnya. Sayangnya ada sebuah hati yang sempurna, selalu menunggu balasan atas apa yang diperbuatny...