8 | Perspektif Sederhana

234 63 20
                                    

Bagian 8

Perspektif Sederhana

"Membuatmu tersenyum walau tak pernah berbalas."
April-Fiersa Besari

_____

PUKUL 07.30

Bel masuk sudah berbunyi sejak 30 menit yang lalu. Terlihat gadis yang sedang berjalan di trotoar dengan tergesa-gesa. Rambut sebahunya menjadi berantakan akibat langkahnya yang terlalu cepat. Tak peduli dengan penampilannya, ini sudah kedua kalinya ia terlambat.

"Hei, Ra?"

Seorang cowok melipirkan motornya mendekati Ara dengan posisi bersisian.

"Kenapa sih Ken? Nggak lihat apa? Ini aku lagi buru-buru, udah telat. Nggak ada waktu buat bicara sama kamu," ketus Ara, langkahnya semakin cepat.

Respons Ken hanya tersenyum tipis dengan helm yang masih terpakai. Jadi, senyumnya tak terlihat. Setelahnya, dia membuka kaca helm dan berkata, "Mau bareng?"

"Nggak usah, sana kamu duluan aja!"

Ken diam, dia berpikir sejenak. Lalu memarkirkan motornya di pinggir jalan dan berjalan di belakang Ara.

Ara yang baru sadar dengan kehadiran Ken yang sedang mengikutinya, segera menoleh ke belakang. "Kenapa sekarang kamu malah ngikutin aku? Udah sana kamu berangkat duluan."

Ken menutup kedua telinganya dengan sengaja. Wajahnya terlihat pura-pura mendengarkan ucapan Ara, padahal tidak. Lagi-lagi Ken memberikan senyum tipis pada Ara.

"Kok malah senyum-senyum gitu? Udah sana kamu berangkat duluan!" perintah Ara untuk terakhir kalinya. Kini, Ken hanya membalas dengan gelengan, tanpa senyum.

"Ngomong dong jangan geleng-geleng aja!"

"Ini aku udah ngomong," balas Ken bercanda. "Dulu, aku pengin banget dapat omelan dari kamu, tapi kamu nggak mungkin ngomong ke aku, lihat aku aja kamu masih ragu."

"Kamu ngomong apa sih, ngawur!"

"Untuk kamu, yang masa SMP-nya selalu ngomel kalau ada tugas kelompok yang semuanya kamu kerjakan sendiri. Terus ngambek nggak mau sekelompok sama teman-teman yang kayak gitu lagi. Apa masih ingat?"

Ara membayangkan waktu itu, benar adanya. Ken tahu dari mana? Dasar manusia penuh misteri, yang membuat Ara benar-benar berpikir keras untuk mengimbangi sikap misteriusnya.

"Untuk kamu, yang awal masa SMA-nya jatuh dari sepeda. Tanpa takut kamu menjelaskan alasan seragammu jadi kotor seperti itu kepada senior. Benar begitu, Clara Ayu Alexi?"

Ara menelan salivanya susah payah, tenggorokannya terasa tercekat. Sudah seberapa banyak informasi yang dipegang Ken mengenai dirinya?

"Ken, kenapa sih kamu tahu semua tentang aku? Cenayang ya?"

"Lupain aja, nggak penting juga."

Mata Ara menyipit saat mendapati Al yang sedang berjalan dengan seorang gadis dari arah yang berlawanan dengannya. Ara mengucek matanya beberapa kali, dia tak salah lihat. Tumben apa Al berangkat terlambat? Ditambah lagi dengan cewek yang ada di sebelahnya, dia siapa? Baru pertama kali Ara melihat cewek itu.

Sinar mentari pagi seolah ikut serta dalam kedekatan Al dengan cewek itu, sedangkan Ara menatap lurus Al. Hanya Al. Lelaki itu terlihat menceritakan sesuatu yang lucu hingga membuat cewek itu tertawa dengan paras cantiknya.

"Nggak usah dilihat," ujar Ken sambil menutup mata Ara dari belakang. Kini, Ken sebagai petunjuk Ara, dia menggiring Ara pelan. "Aku tutup dulu ya matanya, sudah sampai di sekolah. Ini 'kan hari Kamis, guru piketnya Pak Oyo, biasanya suruh hormat ke bendera. Berarti nanti kalau sudah sampai di lapangan, aku baru buka ya."

Ken & Ara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang