Bagian 12
(Katanya) Lucu
"Kau beri harap, lalu kau pergi."
Garis Waktu-Fiersa Besari_____
SUDAH tiga hari di laci meja Ara ada susu kotak vanila. Entah siapa yang menyimpannya, tapi Ara yakin bukan Ken orangnya. Mengingat Ken serba tahu tentangnya--mengenai apapun itu--pasti Ken tahu jika Ara suka rasa cokelat, mana mungkin Ken memberinya rasa vanila.
"Buat aku lagi?" Caca menerima susu kotak itu dengan riang, kebetulan juga ia menyukainya, jadi tak masalah.
"Siapa ya yang nyimpan? Orangnya salah simpan deh kayaknya."
"Nggak mungkin salah simpan. Oh, ya, kamu nggak ke perpus, Ra?"
Omong-omong tentang perpustakaan, maaf hari ini Ara tidak mampir dulu. Masih ada kekecewaan yang menjalar di hatinya, membuat benang-benang kepercayaannya terlepas ikatan karena Al kemarin.
Memangnya Esfa itu siapa Al? Begitu berharganya Esfa dalam hidup Al?
"Ayo ke kantin," ajak Caca bersemangat, namun dibalas gelengan kepala oleh Ara.
"Lagi nggak mood."
"Nggak ada Ken, sih. Dari pagi aku lihat muka kamu ditekuk terus. Udah jelek jadi makin jelek."
"Sembarangan! Udah sana pergi!"
Ken? Ara baru sadar jika sampai sekarang dia belum melihat batang hidung Ken di lingkungan sekolah. Biasanya cowok misterius itu datang dengan senyum tipisnya dan mengajak Ara untuk memberitahu apapun tentang diri Ara sendiri yang sudah Ken tahu.
Baru saja Ara menenggelamkan wajah di lipatan tangannya, ada orang yang menggoyangkan bahunya. Rupanya Caca balik lagi dan berujar, "Itu Ra ada yang cari kamu."
"Siapa?"
Caca menunjuk ke arah pintu kelas. "Itu Kak Al, cari kamu."
Ara mengembuskan napas jengah, semesta tolong Ara hari ini, untuk sehari ini saja Ara tidak mau melihat seseorang yang bernama Al. Apalagi manik cokelat Al yang selalu menatap dirinya dengan keteduhan, Ara sama sekali tidak menginginkannya hari ini.
"Bilang aja aku tidur."
"Serius kamu, Ra? Biasanya senang kalau ketemu Kak Al?"
"Tapi ini nggak biasanya."
Caca mencebikan bibir, lalu melakukan apa yang tadi Ara perintahkan. Setelah Caca mengatakan demikian, alis Al menyatu dengan beberapa gelombang di dahinya, ia bingung. Tadi Al ke perpustakaan, tapi tidak mendapati kehadiran Ara. Untuk itu, Al menghampiri Ara ke kelasnya, ia juga ingin minta maaf perihal kemarin.
"Marah kah?"
Suara Al terdengar nyaring di kelas Ara yang kosong, karena penghuninya lebih memilih kantin untuk menghabiskan waktu istirahat.
Kepala Ara mendongak, mendapati Al di sebelahnya, di bangku Caca. "Nggak," jawab Ara singkat.
"Mata kamu nggak bisa bohong, Ra."
"Oh, ya? Kalau aku tutup matanya kayak gini," kata Ara dengan kedua telapak tangan menutup matanya sendiri. "Terus aku bilang, aku nggak marah Kak Al. Gimana?"
"Lucu."
Hah? Kak Al tadi bilang apa?
"Kamu lucu," kata Al mengulangi, seolah tahu apa yang ada di pikiran Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ken & Ara [SELESAI]
Teen FictionKetika logika menjelaskan bahwa semuanya diawali dari pertemuan yang tak terduga, saling jatuh cinta, hingga merajut kisah bersama. Itu bukan alur sebenarnya. Sayangnya ada sebuah hati yang sempurna, selalu menunggu balasan atas apa yang diperbuatny...