Bagian 23
Makin Parah
"Kau buat aku tak mampu, selalu saja tak mampu, menahan perasaanku atas dirimu."
Kasmaran-Jaz_____
ADA kalanya yang dipikirkan akan menjadi terbalik dengan apa yang dilakukan. Sama halnya dengan seorang gadis yang berjalan malas dengan sebotol air mineral di genggamannya. Langkahnya mengarah pada kerumunan cowok yang sedang latihan ekstrakurikuler futsal di lapangan outdoor sekolah. Entah mengapa, semua anggota tubuhnya menyeret pikirannya yang hendak segera pulang ke rumah malah mendatangi tempat ini.
Kaki Ara melangkah hingga tepat berhenti di tepi garis lapangan. Tatapannya kosong mengarah ke kerumunan tim futsal sekolah yang sedang mendengar penjelasan pelatih di tengah lapangan. Bingung sendiri mengapa harus tempat ini yang menjadi tujuannya, Ara masih diam. Setelah beberapa detik terdiam, ia baru menyadari sesuatu. Si kapten futsal tidak hadir bersama timnya. Berarti sampai hari ini, Ken masih belum berangkat sekolah.
Kata Bagas, untuk sementara waktu Ken izin pergi ke luar kota, lebih tepatnya ke rumah saudaranya karena ada urusan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan. Selama itu kah Ken pergi? Bayangkan, hampir sebulan sendiri ia izin untuk tidak masuk sekolah.
Kenapa di saat hati Ara mulai memastikan, Ken malah meninggalkan. Kalau begini terus-menerus, yang ada usaha Ara nanti akan sia-sia. Iya, usaha atas dilema yang dirasakannya, memastikan bahwa orang yang selalu ada dan membuatnya bahagia adalah Ken-nya. Ibaratnya kalau disuruh memilih antara orang yang memberimu bunga atau orang yang membuat hatimu berbunga-bunga, Ara pasti akan memilih opsi kedua, memilih Ken-nya.
Tangan seseorang terulur menepis bola yang hampir saja mengenai wajah Ara. Napas Ara memburu, suara bola yang bertumbukan dengan telapak tangan orang itu terdengar lumayan keras. Untung saja ada tangan orang itu, kalau tidak wajahnya akan babak belur karena bola.
"Are you ok?"
Ara mengedipkan matanya beberapa kali lalu mengangguk lemah. Setelah mengembalikan bola ke tengah lapangan, Al ikut duduk bersila di samping Ara.
"Melamun? Ada yang dipikirin?"
Kepala Ara menoleh, mendapati Al yang menatapnya serius, seakan jawaban Ara nanti adalah ucapan terpenting yang akan telinganya dengar.
"Kenapa tanya?" Ara kembali memfokuskan pandangan ke tengah permainan futsal yang ia saksikan.
Tangan Al menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal. Setelah itu ia mengambil benda pipih persegi panjang dari saku celana abunya dan membuka aplikasi note.
"Maaf, Clara."
"Kok tumben manggilnya Clara? Biasanya Kak Al manggil aku Ara."
"Eh i-ya Ara."
Kenapa sikap Al akhir-akhir ini berubah? Kemarin cowok itu baru saja memberikan Ara pertanyaan yang sama sekali Ara tak mengerti. Namun, sebaiknya memang Ara tidak mengungkitnya lagi. Ara perhatikan juga kalau sebelum berbicara, Al lebih dulu membuka ponselnya. Sempat Ara melirik apa yang dilakukan Al dengan ponselnya, cowok itu hanya membuka aplikasi note. Tidak ada apapun lagi selain itu.
Dahi Al mengernyit bingung. "Udah sore, kenapa belum pulang?"
"Kenapa tanya lagi?"
"Karena saya mau ngajak kamu pulang bareng."
"Aku pulangnya nanti, Kak. Masih mau lihat futsal dulu, kalau Kak Al mau pulang mending duluan aja," ucap Ara tanpa menoleh sedikitpun pada Al.
Hingga setengah jam berlalu sangat cepat, Al masih diam di tempatnya. Cowok dengan manik cokelat itu melakukan hal yang sama dengan Ara, menyaksikan beberapa cowok yang berebutan bola di tengah lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ken & Ara [SELESAI]
Teen FictionKetika logika menjelaskan bahwa semuanya diawali dari pertemuan yang tak terduga, saling jatuh cinta, hingga merajut kisah bersama. Itu bukan alur sebenarnya. Sayangnya ada sebuah hati yang sempurna, selalu menunggu balasan atas apa yang diperbuatny...