DD - 31

29 3 0
                                    

Saat ini Wikan dan Diya sedang duduk di bangku taman yang disediakan oleh pihak pengelola taman tersebut . Berkali-kali Wikan mengelus rambut Diya dengan sayang , dan Diya yang di perlakukan seperti itu pun merasa jika dirinya adalah orang yang berharga dan istimewa di hidup Wikan

" Wikan?" Diya

" Iya?" Wikan

" Laper " Diya

Mendengar penuturan dari gadinya , Wikan pun terkekeh kecil . Sangat jarang sekali seorang Diya Alma mengeluh pada orang lain bahkan kepada ayah atau bundanya .

" Mau makan apa?" Wikan

" Eum.. , mau makan makanan Korea aja " ucap Diya dengan semangat

" Makanan Korea ?" Wikan

" Iya " Diya

" Sejak kapan Lo suka makan itu?" Wikan

" Sejak gue suka sama Baekhyun " Diya

" Yaudah , yuk!" Wikan

" Kemana?" Diya

" Loh , katanya mau makan makanan Korea? , Ga jadi?" Wikan

" Eh , jadi jadi " balas Diya dengan senyum kikuk nya

Saat sedang berkeliling mencari tempat makan , Wikan tiba tiba menepikan mobilnya di pinggir jalan dan keluar tanpa memberi tau Diya ada apa . Diya yang melihat hal itu pun kebingungan dengan sikap Wikan yang tiba tiba saja berubah . Tanpa berpikir panjang , Diya langsung ikut turun dari mobil dan mengikuti kemana Wikan pergi.

Alangkah terkejutnya Diya saat mengetahui Wikan berjalan dan menghampiri Saras yang sedang berjalan dengan menangis tersedu sedu . Tangisannya terdengar sangat memilukan bagi Diya , ia juga merasa kasihan pada Saras yang terlihat kacau saat ini . Terbesit perasaan cemburu saat melihat Wikan memeluk erat Saras di hadapannya . Pelukan itu , perlukan itu yang beberapa menit lalu ia rasakan , dan sekarang , pelukan itu juga dirasakan oleh orang lain selain Diya .

Dunia seakan milik berdua , tidak ada yang berniat melepaskan pelukan itu , baik dari Wikan ataupun Saras . Mereda seakan tak menyadari keberadaan Diya yang sedari melihat adegan mereka berdua. Diya mulai penasaran dengan Wikan dan Saras , sebenarnya ada hubungan apa antara mereka , sampai sampai Wikan memeluk Saras begitu erat di hadapan kekasih sendiri.

" Lo kenapa?" Wikan

" Gapapa " Saras

" Jangan bohong , gue udah kenal Lo dari dulu " Wikan

" Gue mau pulang " Saras

" Gue anter" Wikan

" Ga usah " Saras

" Ga ada penolakan" Wikan

Akhirnya Saras pun menurut dengan tawaran Wikan yang ingin mengantar nya pulang . Diam diam Saras tersenyum kemenangan melihat ekspresi wajah yang di tampilkan oleh Diya . Saras sangat tau jika saat ini Diya sedang kecewa, tapi memang itulah tujuannya . Menghancurkan hubungan Wikan dan Diya secara perlahan .

Wikan yang tersadar jika disini tak hanya ada dirinya dan juga Saras pun sedikit merasa tak enak , karena sedari tadi Diya menyaksikan adegan yang Wikan sendiri tau jika Diya akan cemburu dengannya .

" Di , Lo pulang naik taksi gapapa kan? Gue mau anterin Saras dulu, kasian dia" Wikan

Mendengar ucapan dari Wikan , Diya merasakan dadanya sedikit sesak . Ia tak menyangka Wikan akan lebih memilih mengantar Saras dari pada Diya sendiri yang notabene adalah kekasih nya sendiri

" Iya" Diya

" Di , gue duluan ya" Saras

" Iya ras " Diya

Setelah itu , mobil Wikan pun melenggang pergi menjauhi Diya yang sedang terdiam di tempat. Wikan dengan teganya meninggalkan Diya sendirian di pinggir jalan . Tak ada satupun taksi yang lewat , jalanan kali ini sangat sepi , bahkan tak ada satupun kendaraan yang lewat.

Gluduk.. gluduk.. jderr..

Suara gemuruh petir yang menandakan akan datangnya hujan mendominasi langkah Diya yang menahan tangisnya .
Tak lama , hujanbpun turun dengan lebatnya seakan mengerti perasaan yang dirasakan oleh Diya saat ini.
Diya tak lagi mampu menahan tangis , ia terisak dan tak mampu lagi menahan rasa sakit yang ia rasakan saat ini .
Suara rintikan hujan memang membuat tangisan Diya tak terdengar, dan itu membuat Diya semakin terisak meratapi nasibnya sendiri , Ia memegangi kedua lengannya tanda ia sudah mulai kedinginan .

Next..


Demi Dia🥀💯 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang