Dua Minggu berlalu, Wikan masih saja belum sadar dari komanya . Namun, Diya masih setia dan selalu berkunjung ke rumah sakit untuk sekedar membawakan bunga atau hanya mengajak Wikan bicara.
Ruang melati no.1
" Wikan , bangun dong. Lo ga capek apa tidur terus?!"
" Gue kangen sama Lo. Eh, bukan gue, tapi kita semua . Kita semua kangen Lo Wikan "
" Katanya Lo mau ngajak gue ke tempat yang paling Lo suka? Tapi apa, Lo ga bangun bangun "
Tanpa sadar, sebutir air mata Diya jatuh membasahi pipinya . Ia menangis. Namun, air matanya itu segera di hapus oleh Diya. Beberapa tetes air mata Diya jatuh ke tangan Wikan , dan ajaibnya , tangan Wikan mulai sedikit bergerak setelahnya.
" Wikan? , Wikan kamu sadar? Kamu bangun?"
Dengan perlahan, Wikan pun membuka kedua matanya
" Diya?" Ucap Wikan dengan suara seraknya
" Iya, aku disini, buat kamu" Diya
" Bentar ya, aku panggilin dokter dulu" Diya pun pergi meninggalkan ruangan Wikan , dan bergegas memangil dokter Akbar
R. D. Akbar
" Dokter?" Diya
" Ya? Ada apa?"
" Wikan sadar dok" Diya
" Kita keruangan ya "
R. Melati no.1
Dokter Akbar segera mengecek kondisi Wikan
" Kondisi nya saat ini , belum sepenuhnya membaik . Istirahat lah Wikan!" Dokter Akbar
" Iya, makasih dok" Wikan
Dokter Akbar pun pergi meninggalkan Wikan dan Diya didalam ruangan tersebut .
" Itu apa?" Wikan
" Hiasan semangat buat kamu, bagus ga? Aku sendiri loh yang buatin buat kamu" Diya
" Bagus kok, aku suka" Wikan
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
( kurang lebih seperti ini teman teman , tp background nya rumah sakit , bukan kamar )
" Udah tau semuanya?" Wikan
" Udah, kenapa ga cerita?" Diya
" Takut,"
" Dan akhirnya aku tau sendiri, itupun dari mama kamu" Diya
" Maaf,"
" Gapapa, sekarang yang penting kamu harus sembuh. Ok" Diya
" Iya"
Waktu sudah menunjukkan tengah hari, kini waktunya untuk Wikan makan siang .
" Selamat siang" seorang perawat memasuki ruang rawat Wikan dengan membawa nampan yang berisi makanan