DD - 67

11 1 0
                                    

Selepas dari ruangan dokter Akbar tadi membuat Wikan dan Diya saling diam satu sama lain . Sedari tadi Diya hanya mengangguk dan menggeleng apabila ditanya ingin sesuatu atau tidak oleh Wikan , dan diamnya Diya membuat Wikan frustasi dan serba salah .

" Di , kamu mau jus?" Wikan

Diya menggeleng dengan pelan..

" Mau makan buah? Tadi aku udah beliin buat kamu " Wikan

Diya menggeleng dengan pelan..

Begitu terus hingga akhirnya Wikan menyerah dan memutuskan untuk keluar dari ruangan tempat Diya dirawat . Diya yang menyadari kepergian Wikan pun hanya menatap nanar hingga punggung Wikan sepenuhnya hilang dibalik pintu .

Hiks.. hiks..

" Maafin gue Kan , tapi gue belum bisa terima semuanya "

" Gue-- hiks gue takut Lo pergi ninggalin gue"

" Kenapa sih , kenapa gue ga sekalian mati aja . Kenapa Wikan dan Aldo musti Dateng pada saat itu"

Hiks.. hiks..

Di sisi lain , Wikan yang duduk di bangku panjang depan kamar rawat Diya hanya bisa diam dan juga menatap kosong ke arah depan . Dan suara berat seorang pria mengagetkan Wikan .

" Wikan?"...

" Iya?"Wikan

" Eh-- dokter , ada apa dok?"

" Kenapa kamu diluar? Kenapa tidak didalam sja menemani Diya?" Dokter Akbar

" Saya rasa Diya masih belum bisa menerima kenyataan dok"

" Terikat kelumpuhan nya?"

" Iya dok . Apa ga ada cara lain selain terapi? "

" Operasi , tapi saya tidak menyarankan jika seusia Diya sudah menjalani operasi untuk kakinya "

" Tapi dok--"

" Sebaiknya kamu terus semangati Diya , agar Diya mau berusaha "

" Dan juga , kamu harus menjadikan Diya sebagai sesuatu yang bisa membuat kamu semangat untuk terus hidup dan melawan penyakit kamu"

" Baik dok , makasih"

" Iya sama sama , sama permisi"

" Penyakit? Emang Wikan sakit apa sampai sampai dokter Akbar bilang kalau Wikan harus ngelawan penyakitnya "

Tanpa Wikan sadari , Diya sedari tadi mengintip dan mendengarkan pembicaraan antara dokter Akbar dan dirinya .

Terkejut? Tentu saja , ingin menangis? Pasti . Wikan selalu memberikan semangat untuk Diya , tapi Diya sendiri tidak tau jika orang yang selalu memberikan semangat untuknya juga sedang dalam masa masa sulit. Anggap saja jika Diya itu egois dan tidak menganggap penting orang lain , tapi Diya memang benar-benar tidak tahu jika Wikan sedang berjuang untuk sembuh dari penyakit yang Diya sendiri tidak tau Wikan sakit apa .

" Apa gue egois ya? Gue mentingin diri gue sendiri . Gue ga tau kalau Wikan juga lagi sakit , atau bahkan sakitnya itu lebih parah dari gue "

Diya pun menghampiri Wikan yang sedang duduk di bangku panjang dengan kepala yang menunduk

" Wikan?"

" Eh-- hai , kenapa keluar? "

" Cari kamu "

Wikan tersenyum mendengar kata-kata yang gadisnya itu ucapkan

" Kamu butuh sesuatu?"

" Butuh kamu ga butuh yang lain"

Demi Dia🥀💯 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang