Selepas dari ruangan dokter Akbar tadi membuat Wikan dan Diya saling diam satu sama lain . Sedari tadi Diya hanya mengangguk dan menggeleng apabila ditanya ingin sesuatu atau tidak oleh Wikan , dan diamnya Diya membuat Wikan frustasi dan serba salah .
" Di , kamu mau jus?" Wikan
Diya menggeleng dengan pelan..
" Mau makan buah? Tadi aku udah beliin buat kamu " Wikan
Diya menggeleng dengan pelan..
Begitu terus hingga akhirnya Wikan menyerah dan memutuskan untuk keluar dari ruangan tempat Diya dirawat . Diya yang menyadari kepergian Wikan pun hanya menatap nanar hingga punggung Wikan sepenuhnya hilang dibalik pintu .
Hiks.. hiks..
" Maafin gue Kan , tapi gue belum bisa terima semuanya "
" Gue-- hiks gue takut Lo pergi ninggalin gue"
" Kenapa sih , kenapa gue ga sekalian mati aja . Kenapa Wikan dan Aldo musti Dateng pada saat itu"
Hiks.. hiks..
Di sisi lain , Wikan yang duduk di bangku panjang depan kamar rawat Diya hanya bisa diam dan juga menatap kosong ke arah depan . Dan suara berat seorang pria mengagetkan Wikan .
" Wikan?"...
" Iya?"Wikan
" Eh-- dokter , ada apa dok?"
" Kenapa kamu diluar? Kenapa tidak didalam sja menemani Diya?" Dokter Akbar
" Saya rasa Diya masih belum bisa menerima kenyataan dok"
" Terikat kelumpuhan nya?"
" Iya dok . Apa ga ada cara lain selain terapi? "
" Operasi , tapi saya tidak menyarankan jika seusia Diya sudah menjalani operasi untuk kakinya "
" Tapi dok--"
" Sebaiknya kamu terus semangati Diya , agar Diya mau berusaha "
" Dan juga , kamu harus menjadikan Diya sebagai sesuatu yang bisa membuat kamu semangat untuk terus hidup dan melawan penyakit kamu"
" Baik dok , makasih"
" Iya sama sama , sama permisi"
" Penyakit? Emang Wikan sakit apa sampai sampai dokter Akbar bilang kalau Wikan harus ngelawan penyakitnya "
Tanpa Wikan sadari , Diya sedari tadi mengintip dan mendengarkan pembicaraan antara dokter Akbar dan dirinya .
Terkejut? Tentu saja , ingin menangis? Pasti . Wikan selalu memberikan semangat untuk Diya , tapi Diya sendiri tidak tau jika orang yang selalu memberikan semangat untuknya juga sedang dalam masa masa sulit. Anggap saja jika Diya itu egois dan tidak menganggap penting orang lain , tapi Diya memang benar-benar tidak tahu jika Wikan sedang berjuang untuk sembuh dari penyakit yang Diya sendiri tidak tau Wikan sakit apa .
" Apa gue egois ya? Gue mentingin diri gue sendiri . Gue ga tau kalau Wikan juga lagi sakit , atau bahkan sakitnya itu lebih parah dari gue "
Diya pun menghampiri Wikan yang sedang duduk di bangku panjang dengan kepala yang menunduk
" Wikan?"
" Eh-- hai , kenapa keluar? "
" Cari kamu "
Wikan tersenyum mendengar kata-kata yang gadisnya itu ucapkan
" Kamu butuh sesuatu?"
" Butuh kamu ga butuh yang lain"

KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Dia🥀💯
RomanceMampukah Diya Alma mencairkan sifat dingin seorang Wikan Alamsyah? Dan, mampukah Wikan Alamsyah menghilangkan sifat cuek dari diri Diya? #demidia