1. Bad Boy

403 59 99
                                    


Bugh!

Aksi dua pria sangar yang saling melukai menjadi pusat perhatian siswa SMA Gemilang. Salah satunya terus menonjok secara membabi-buta, bahkan lawannya terkulai lemas tak berdaya. Ia mendaratkan tinjuan keras pada pipi kiri lawan hingga ia tersungkur. Keduanya sulit dilerai termasuk oleh Zio-sahabatnya sendiri.

Keributan yang memekakkan telinga membuat seorang gadis geram, langkahnya terarah pada tempat kejadian bersama kepalan tangannya. Alangkah terkejutnya, Riana Maudy melihat dua pria berperawakan tinggi, rambut acak-acakan, seragam kusut, serta memar dibagian wajah. Suasana semakin mencekam ketika yang Zio lerai kini tak terkendali. Tendangan, tonjokan, serta aksi tarik-menarik kerah membuat ngeri, peluh yang mengalir bagaikan sungai terkesan keren. Deru nafasnya yang terengah-engah tidak merubah ketampanannya.

Riana segera berlari menuju keributan lalu berhenti tepat ditengah-tengah sembari melindungi kepalanya dengan tangan. Para siswa dibuat kaget olehnya, mereka terang-terangan melotot dan menutup bibirnya yang terbuka dengan telapak tangan.

"Gila, berani banget sih!"

"Kalo gue ada diposisi dia, gimana, ya?"

"Untung gak kena tinju, tuh cewek!"

Kira-kira itulah lontaran kata yang ditujukan untuk Riana. Perlahan, tangannya ia turunkan sambil membuka matanya yang sedari tadi dipejamkan. Dia berhasil membuat dua pria heran sekaligus, debaran jantungnya masih terasa cepat.

"Woy, awas! Cari mati?" teriak Zio diantara kerumunan.

Riana mengatur napasnya sehingga kembali normal. Ia memberanikan diri menatap manik hitam orang disebelah kirinya dengan ragu.

Ngapain, sih ngelakuin ini segala?

"Gak sakit berantem terus?" Riana membuka pembicaraan setelah lama membungkam.

"Bukan urusan lo," jawabnya sambil menyeka bercak darah di ujung bibir. Kini, lawannya telah diseret keluar oleh temannya. Tersisa Riana dan pria itu di tengah kerumunan. Raut wajah Riana jelas menggambarkan kondisi hatinya yang kusut, itupun jika lawan bicaranya pandai membaca ekspresi.

Riana terdiam usai mendengar jawabannya, ia sadar itu bukan urusannya. Untung saja Riana turun tangan, jika tidak? mungkin perkelahian tak akan terhenti entah sampai kapan. Atau mungkin, sampai Guru-guru datang melerai?

"Aku tahu. Kenapa, sih tadi berantem?" Riana mengepalkan tangannya menyalurkan emosi yang terpendam, keringatnya bercucuran membasahi kening.

"Terserah gue, emangnya kenapa?" jawabnya enteng. Seperti menonton film bad boy with good girl, siswa-siswi yang menyaksikan terkekeh pelan, sepertinya mereka enggan melewatkan kesempatan emas memandangi Leon yang sudah terlihat seperti bad boy di novel-novel.

"Masih nanya kenapa? Sakit, loh, Kak. Nanti mukanya rusak," balas Riana sembari mengedarkan pandangannya. Lawan bicaranya mengangkat sebelah sudut bibirnya, lalu melangkah mendekati Riana.

"Leon Anggara," bisiknya. Dia memilih pergi membelah kerumunan, sementara Riana mematung di tempat. Mengerjap beberapa saat untuk memahami keadaan.

Shit! What's with his heartbeat?

-

Love🖤

RL's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang