Leon terbangun dari tidurnya. Matanya mengerjap silau tersorot sinar ultraviolet yang masuk melalui ventilasi. Dia masih terdiam, tangannya ia lipat di belakang kepala.
Bagaimana hatinya sekarang? Apakah sudah menyukai Riana, atau masih mengingat masa lalunya?
Ia berusaha melupakan kenangan buruknya. Leon hanya ingin membuka hatinya, lalu bersama dengan Riana.
Drttt...
Leon tersadar, dia meraih ponselnya di atas nakas, lalu menggeser ikon berwarna hijau tanpa melihat siapa penelponnya.
"Leonnn! Anterin gue, please. Keburu kesiangan, nih. Tolongin gue, dong!"
shit!
Leon melotot, segera bangun dan mengecek siapa yang menelponnya.
Dia menepuk kening dengan tangannya, lalu bergumam 'mampus'.
Anjir, nyesel.
"Dinda? Ngapain, lo nelpon gue pagi-pagi?" tanya Leon.
"Anterin gue ke toko buku. Terus, ke kampus. Mobil gue dipake bokap. Anterin, dong."
Leon berulang kali menolak, namun yang bernama Dinda itu terus ngotot, jadinya Leon pasrah.
-
"Oke, gue beraksi sekarang." Daffin menutup sambungannya, dia keluar kamar, lalu mengetuk pintu kamar Riana.
Berulang kali Daffin berteriak, namun tak ada yang menyahut. Dia berdecak, lalu membuka pintu. Daffin melihat Riana yang masih tertidur pulas sambil memeluk bantal guling.
"Woy, bangun! Punya adik gini amat, sabarkan hamba, Tuhan." Daffin menepuk-nepuk pipi Riana, lalu mendecak sebal, karena Riana tak bangun-bangun.
Akhirnya Riana bangun, dia masih berada diranjangnya sambil tersenyum.
"Eh, kakak aku yang ganteng udah bangun." Riana berujar lembut—
"BERISIK BANGET, SIH, KAK! BANGUNIN TUH HARUS SABAR!"
Riana berubah seperti monster yang mengamuk, dia mengambil bantal, lalu dia lempar ke Daffin.
"Awalnya doang, senyum. Eh, ending-nya kayak Monyet kerasukan!" ujar Daffin.
Riana menyimpan tangannya dipinggang, lalu memutar bola mata.
"Emangnya kamu tahu, Kak, Monyet kerasukan kayak gimana?"
"Ya kayak lo tadi, lah." jawab Daffin asal.
"Emang tadi aku kayak gimana? Kayak Monyet, ya? Atau kayak Panda?" Riana duduk di tepi ranjangnya sambil memandangi Daffin dengan tatapan bingung.
"Enggak, Dek. Lo mirip Kangguru," ucap Daffin, "Gue antar lo ke sekolah, Dek." lanjutnya.
"Enggak, aku mau bareng sama temen," ujar Riana.
Daffin menipiskan bibir, lalu manggut-manggut sambil merotasikan matanya.
"Siapa tuh, temen? Perasaan gue, lo baru selesai MOS udah punya banyak temen segala. Cewek apa cowok? Hmm ... yang malam, 'kan?" tanya Daffin.
Riana heran, deh dengan sikap Kakaknya. Dia di depan Bunda dan Ayah sok baik, sok perhatian, di depan cewek sok keren, sok ganteng. Tapi, kenapa di depan Riana, Daffin adalah sosok menyebalkan yang sering usilin dia. Udah jahil, songong, petakilan, lagi.
"Bukan. Aku ke Sekolah mau sama Lee Min Ho."
Kali ini Daffin diam. Masih belum mengerti ucapan Riana bari saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
RL's Story
Teen FictionBagaimana jika hidupmu dipenuhi dengan misteri? Sama seperti Riana Maudy yang berhari-hari kebingungan karena mendapat notes aneh, dan itu kerap terjadi semenjak bertemu dengan pria menyebalkan. Sudah berapa notes yang dia temukan? Riana pun malas...