34. Tidak Begitu!

52 7 5
                                    

"Tapi, untungnya semua kata-kata yang tertulis gak bikin lo sedih. Malah nyemangatin lo." Nada menimpali sambil memakan makanannya.

"Nah, gue setuju," jawab Anira.

Dia hanya mengangguk saja, tangannya sibuk memutar-mutar ponsel kurang semangat. Entah kenapa, hari ini dirinya sangat lemas. Rasanya Riana ingin diam saja, tidak melakukan apapun selain menopang dagu.

Diantara mereka hanya Riana yang sibuk melamun, berbeda dengan tiga gadis di sekelilingnya yang tampak bersemangat membicarakan apapun.

"Ri, sekarang mau makan apa?" tanya Anin.

"Udah kenyang." dia meminum sisa jus tadi setelah menjawab pertanyaan Anin. "Aku mau ke toilet sebentar, ya?" Riana berdiri karena teman-temannya mengangguk sambil mengangkat jempolnya.

Baru lima langkah Riana berjalan, tiba-tiba....

Bruk!

Teman-teman Riana menoleh kaget saat mendengar suara seperti orang terjatuh. Nada yang berada di kursi paling awal segera berlari ke arah Riana, mereka semua memusatkan perhatiannya tepat ke arah kejadian.

Riana mengerang kesakitan, lututnya memar dan telapak tangannya sedikit berdarah karena seseorang sengaja meluruskan kakinya ketika Riana melewat. Dia mengubah posisinya menjadi duduk, berkali-kali Riana meniup lukanya agar tidak terlalu sakit.

"Riana, lo gak apa-apa?!" tanya Nada khawatir. Dia menarik tangan Riana supaya dia bisa berdiri lagi. Kepalanya menengok ke arah kiri, melihat tiga orang wanita yang sedang tersenyum licik. "Lo apaan, sih?!"

Dia tahu siapa tiga wanita itu. Yang duduk paling kanan namanya Eliza, sedangkan di sebelahnya ada Yuqi dan Tari. Sepertinya semua orang sudah tidak asing lagi mendengar nama itu, mungkin hanya beberapa orang yang tidak tahu.

Eliza berdiri dengan wajah judesnya, tangannya terangkat menepuk-nepuk pundak Nada. "Maaf, ya? Sengaja."

Anin, Anira dan Nada sudah jengkel dengan kakak kelas yang satu ini, kenapa mereka melakukan hal yang tidak berfaedah? Tindakan seperti ini memang sangat tidak pantas untuk dicontoh.

Anira mengepalkan tangannya, dia sudah tidak tahan ingin menjambak rambut pirang Eliza, tapi tidak dilakukan juga karena Riana menahannya.

"Nir, udah. Aku gak apa-apa, kok." dia memegang erat lengan Anira, bermaksud menenangkannya. Kali ini, dia melirik Eliza yang masih berdiri sembari melipat kedua tangannya di depan dada. "Kakak kenapa, sih?!" tanyanya.

Eliza tersenyum licik. "Enggak kenapa-kenapa. Lagi pengen aja main-main sama adik kelas famous se-Gemilang," ujarnya sedikit menekankan kata famous.

Riana dan tiga temannya saling pandang, masih mencerna apa maksud perkataannya. Menurut mereka, Riana tidak seterkenal itu sampai-sampai kakak kelasnya mengetahui Riana. Tapi, kali ini Nada yang berpikir lebih cepat, dia mendongak menatap tajam Eliza.

"Karena Kak Leon? Alvaro?"

Anin menoleh padanya, dia setuju dengan pertanyaan Nada. Bisa jadi itu penyebab Eliza melakukan hal tadi. Eliza menutup mulutnya yang sedikit terbuka, kemudian tepuk tangan tiga kali. Yang lebih mengesalkan, di belakangnya Yuqi dan Tari hanya berani memutar bola mata sembari memainkan rambutnya.

"Wih, lo pinter kalau soal nebak!" ucapnya songong.

Riana mengernyit heran, membuat Anira penasaran apa isi pikiran Riana sekarang. Riana menatap Eliza. "Bukannya Kak Eliza pacar Kak Tristan, ya?"

Hah?

Mendengar jawaban seperti itu membuat Eliza mesam-mesem. Dia memutar bola matanya ke segala arah, asalkan tidak berpandangan dengan Riana.

RL's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang