10. Koridor

113 31 97
                                    

Leon mengambilnya, lalu menggeleng. "Menurut lo, ini siapa yang bikin?" tanyanya. Riana mengetuk dagunya, mencoba berfikir.

"Manusia?" jawabnya enteng. Leon membuat raut wajah kesal, lalu memegang keningnya.

"Namanya, Riana."

"Gak tahu, kirain aku, kamu. Kalau kata kamu bukan, siapa, ya?" Riana menunduk, lalu menopang dagunya dengan tangan kanan.

"Masalahnya, sticky notes ini bertujuan buat lo dan siapa?"  tanya Leon. Dia kembali memperhatikan tulisan itu. "Atau, lo perhatiin semua notes yang pernah lo temuin, tulisannya sama, gak?"

"Hmm, kayaknya ada yang beda, deh. Lihat aja sama kamu." Riana merogoh saku bajunya, kemudian menyodorkan dua sticky notes dengan warna yang berbeda.

Leon mengambil alih, lalu bergumam, "Notes peach dan hijau tulisannya sama. Sedangkan yang biru muda, beda."

"Tunggu ... lo nemuin yang ini di mana?" Leon menunjuk sticky notes peach ditangan kirinya.

Riana ingat, Anira memberikan ini padanya di kelas, lalu dia mengatakan bahwa sticky notes itu tertempel dimading. "Dimading, kak. Gak tahu, ya? Makanya, jadi cowok jangan terlalu jutek."

Leon mendelik, lalu meneguk air mineral yang masih tersisa. "Males, kayak gak punya kerjaan aja."

Riana meniup poninya, sampai pipinya mengembung. Leon yang melihat itu segera memalingkan wajahnya. Dia pura-pura menggaruk keningnya, padahal menutup muka. Riana memiringkan kepalanya, lalu ikut menggaruk keningnya.

"Kenapa garuk kening, kak? Gatel, ya?" Leon menipiskan bibirnya, dia nyerah. Tawanya mengembang, lalu mengacak rambut Riana--gemas.

"Iya."

"Lagian, ya, kak. Mungkin, temen-temen kamu suka gosip dikit? Tapi, aku tahunya cuma kak Zio doang, sih yang deket kamu," ujar Riana.

Leon semakin melebarkan senyumannya, membuat Riana heran. Dia mengeluarkan sebuah cermin dari saku roknya, lalu memberikannya pada Leon.

"Maaf, kak. Tolong pegangin, dong. Mau ngaca," pinta Riana. Leon mesam-mesem, lalu memegang cermin seperti yang Riana katakan.

"Gini?" tanya Leon.

"Kiri dikit, kak." Leon menggeser cerminnya ke kiri.

"Atas sedikit." ujarnya, "Kiri lagi sedikit, kak."

"Ck! Mau ngaca apaan, sih?" tanya Leon. Dia masih memegang cermin dan mengarahkannya ke wajah Riana.

"Nah, udah pas." Riana memandangi wajahnya, lalu beralih pada rambutnya.

"Gak ada apa-apa, kak. Terus, kenapa tadi ketawa?" tanya Riana.

Leon menurunkan tangannya, lalu menyentil kening Riana pelan. "Emang gak ada apa-apa, Ri. Cuma, lo suka ngelihatin gue, ya?"

"Suka. Ini lagi lihatin kamu," jawab Riana seadanya. Memang benar, Riana sedang melihat Leon. Tapi, maksudnya bukan lihatin secara terang-terangan. Lebih tepatnya, memperhatikan secara diam-diam.

"Terserah. Terus, ini yang biru muda sama hijau nemuin di mana?"

"Yang biru di taman belakang sama kalung ini." Riana memegang kalung di lehernya, sambil menatap Leon.

Ternyata, kalungnya dia pake. Bagus, deh. Leon membatin.

"Kalau yang hijau ditembok luar kamar mandi," sambung Riana. Leon mengangguk, lalu mengedarkan pandangannya.

"Kayaknya ada yang kerja sama." ucapan Leon berhasil membuat Riana tak mengerti. Riana mengerutkan keningnya, berusaha memahami maksud Leon.

Sebelum mereka meneruskan obrolannya, tiba-tiba....

RL's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang