(Siapa, coba?)
Keesokan harinya, Riana kembali bersekolah. Seperti biasa, dia diantar Daffin sampai tujuan.
"Dek, jangan marah, ya?" ucap Daffin tiba-tiba. Dia turun terlebih dahulu dari mobil, lalu saling berhadapan dengan Riana.
Riana tidak tahu, mengapa kakaknya bicara seperti itu. Kenapa jangan marah? Memangnya Riana marah kenapa? Dia bingung, baru sampai sudah disuguhi ucapan seperti itu.
Tangannya dia lipat di depan dada, "Aku gak marah, kok. Emangnya kenapa?" tanyanya.
Daffin menggeleng, lanjut menipiskan bibir. "Kalungnya dari siapa, hmm?" ucapnya jahil. Dia mencolek pipi Riana, membuatnya kesal lantaran Daffin terus menjahilinya.
Kalung itu sudah dipakai Riana beberapa minggu. Entah kenapa, dia selalu ingin memakainya. Sebelum tidur, dia sering meraba kalungnya, sambil senyam-senyum sendiri.
"Dari temen," jawabnya jujur. Memang benar, kan? Mereka hanya teman. Walaupun, mungkin Riana pernah berpikir bagaimana jika dia lebih dari sekedar teman dengan Leon.
Daffin hanya mengangguk-angguk, sambil menarik kedua halisnya ke atas. "Oke, temen, ya?" katanya.
"Kenapa emang? Gak pernah dikasih, ya sama temen kakak?" Riana mencolek-colek lengan Daffin, kemudian menarik kedua ujung bibirnya. "Jomblo, mas, jomblo?!" lanjutnya jahil.
"Enak aja, sih! Cewek gue cantik, dek. Lo yang jomblo!" balasnya keras. Dua wanita yang berdiri tak jauh dari mereka menoleh, membuat Riana tersenyum malu, sambil meringis.
"Maaf, kak. Kakak saya rada-rada, hehe," ucapnya ke dua wanita tadi. Mereka hanya mengangguk, memberi seulas senyum untuk Riana dan Daffin.
"Lo!" Daffin kesal, mana ada seorang kakak yang tidak kesal disebut 'rada-rada' oleh adiknya? Dasar Riana.
"Aku ke kelas dulu. Bye!" Riana melambaikan tangan, lalu berlari-lari kecil menuju kelasnya. Di koridor, Riana hanya berjalan santai dengan kepala tertunduk.
"Hai, Riana!"
Riana menoleh, mendapati Anin yang sedang menatap Riana sambil melambaikan tangan. "Hai, Anin! Baru datang?" tanyanya.
Anin mengangguk, kemudian menghampiri Riana. "Datang sama siapa?" tanyanya. Dia menyodorkan satu coklat silverqueen pada Riana. "Buat lo," ucapnya lembut.
"Makasih, kamu baik banget." Riana mengambil alih, kemudian menyimpannya ke dalam tas. Mereka berbelok arah, lalu berjalan lurus menyusuri koridor. "Aku sama kak Daffin. Kenapa?" tanyanya.
Sebagai jawaban, Anin hanya mengangguk. Dia mengambil ponselnya yang berbunyi. Setelah itu, Anin menoleh ke sana-sini. Sepertinya, dia sedang mencari sesuatu. Pandangannya terhenti saat Leon mendekati mereka. Dia tersenyum, kemudian menyimpan ponselnya ke dalam saku.
KAMU SEDANG MEMBACA
RL's Story
Teen FictionBagaimana jika hidupmu dipenuhi dengan misteri? Sama seperti Riana Maudy yang berhari-hari kebingungan karena mendapat notes aneh, dan itu kerap terjadi semenjak bertemu dengan pria menyebalkan. Sudah berapa notes yang dia temukan? Riana pun malas...