21. With Bella

51 13 31
                                    

Duduk bersebelahan di dalam sebuah mobil memberikan efek bagi Riana. Gugup dan malu seakan tak mau pergi, malah semakin menjadi.

Leon mengemudikan kendaraannya dengan santai. Sepertinya, rasa gugup hanya diberikan untuk Riana. "Mau ke mana, kak?" sudah tidak tahan dengan kecanggungan, akhirnya Riana berbicara.

Sialnya, Leon hanya menoleh sebentar, kemudian kembali menatap ke depan tanpa menjawab.

Ketika sudah seperti ini, Riana malas bicara dengan Leon lagi. Untuk apa terus berceloteh? Sedangkan yang diajak ngobrol malah cuek-cuek saja.

Dia ingat perkataan kakaknya, laki-laki tidak terlalu suka wanita yang agresif, 'kan? Jadi, dia mencoba menerapkan ucapan Daffin.

"Dek, kalau lo nanya sama cowok, terus dia gak jawab jangan terus ditanya!"

"Dek, depan cowok jangan nyeroscos mulu, ya?"

"Dek, gue ketemu sama cewek, tapi dia nyosor-nyosor mulu. Cowok gak suka sama cewek yang terlalu agresif."

Setelah dua puluh menit berlalu, mereka sampai di dapan rumah megah, dengan pagar tinggi menjulang. Riana belum pernah ke sini sebelumnya.

Leon keluar, diikuti Riana setelahnya. Pandangan Riana belum lepas dari pemandangan disekelilingnya. Memang masih asing, mungkin Leon akan menjelaskannya.

"Masuk," ucap Leon pelan. Dia meraih tangan Riana, kemudian dia genggam lembut. "Kenapa?" Leon menyadari reaksi Riana, tampak jelas keterkejurannya diperlakukan seperti itu oleh Leon.

Riana melirik tangannya, masih dalam genggaman Leon. Selanjutnya, Riana menatap Leon penuh tanya. "Maksudnya apa?" tanyanya. "Kenapa ke rumah kamu?"

Bagaimana perasaan Riana sekarang? Masih bisa bernapas normal? Atau mungkin, debaran jantungnya tidak normal? Percayalah, Riana baru saja baper.

"Masuk. Di dalam ada orang." Leon menarik Riana sampai ke dalam rumah.

Pemandangan pertama yang Riana lihat adalah seorang perempuan.

Sepertinya, dunia handphone membuat dia tidak menyadari kedatangan Riana dan Leon. Mereka berjalan, menghasilkan bunyi "Duk-duk" khas orang sedang berjalan.

"Eh, hai!" dia tersenyum sambil melambai-lambaikan tangannya. "Mamaaa, papaaaa!" teriaknya nyaring.

Mama? Papa? Riana terus bertanya-tanya dalam hati, siapa wanita itu?

Leon menoleh, "Bella." kemudian menghampirinya. Entah apa yang dia ucapkan, sehingga Bella mendekat.

Dia mengangkat tangan kanannya, "Amanda Bellas, adiknya kak Leon." Riana mengerti, dia tersenyum menerima uluran tangan Bella. "Nama kamu siapa?" tanyanya.

"Riana. Temennya kak Leon," jawabnya lembut. Dia meneliti setiap bentuk wajah Bella. Sepertinya, dia menemukan kemiripan antara Bella dengan Leon.

"Mata kamu mirip kak Leon. Aku harus panggil apa?" tanyanya.

"Panggil Bella aja. Aku panggil kamu Riri, ya?"

Riana mengangguk, senang dengan reaksinya terhadap Riana. Bella anak yang asyik diajak ngobrol, walaupun sedikit kekanakan, dia bisa menyesuaikan diri dengan siapa dia berhadapan.

RL's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang