"Kak Leon!" Riana melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Leon. "Katanya sayang, kok cuek?"
Leon menatap Riana, kemudian mengangguk pelan. "Iya." Setelah itu kembali terdiam sambil memandangi Riana. Gadis itu tampak kesal, wajahnya kusut tak seceria tadi. Leon tersenyum tipis, kemudian mendorong gelas berisi jus Jambu kesukaannya. "Minum. Nanti keburu mulai."
Riana hanya manggut-manggut, sebenarnya dia sedang malas berdebat, tapi karena Leon terus diam, Riana malah kesal sendiri. "Iya. Kamu semangat, ya! Besok aku pasti nonton, kok." Dia menggapai gelas tadi, kemudian meminum jusnya lewat sedotan.
Leon mengangguk. "Pakai topi. Panas."
"Bi Ijah, mau batagornya, dong!" Mereka jadi menoleh ketika Darel berteriak sambil melewati Leon dan Riana.
"Pacaran mulu, gue kapan?" sindir Argi di belakang Darel. Di belakangnya ada Zio, pria itu terlihat semangat saat menarik tangan Nada yang sedang marah, minta dilepaskan. Dapat Leon pastikan, dia akan ikut-ikutan menyindir.
Zio dan Nada melewati meja mereka. "Punten slur, bade ngaliwat. (Permisi, mau lewat)." Leon menatap Zio dengan tatapan ingin mengumpat, tapi pria tengil itu malah cengengesan. "Assalamu'alaikum, Sahabat!"
"Waalaikumsalam, Akhi." Arion muncul di belakang Keano, langsung mengambil kursi panjang dan duduk di sana bersama Keano. "Haredang, euy. Jomblo mah nyalira wae.( Panas, woy. Jomblo mah sendiri terus)."
"Mereka jago bahasa Sunda, suka dengernya." Riana tersenyum manis, memerhatikan meja paling pojok yang sering Leon tempati bersama teman-temannya. "Kak Keano ganteng, ya. Terus main basketnya jago banget, Nira juga suka teriak-teriak kalau dia lagi di lapangan," ujarnya berbinar.
Leon diam, menatap datar Riana.
"Tapi Kak Kean jarang bicara, mulutnya gak pegel, gitu?" Dia menopang dagunya menggunakan tangan, pandangannya terarah pada Keano, dan itu disaksikan oleh Leon sendiri. "Kata Nira, sekalinya senyum bikin leleh. Aduh, jadi penasaran pengen lihat!"
"Ri?"
"Terus Kak Kean paling kalem, cool banget!"
"Riana?"
"Subhanallah lihat Kak Kean! Lesung pipinya kelihatan!"
"Riana!"
Riana tersentak, dia mengerjap beberapa saat sebelum melirik Leon agak ragu-ragu. Riana tersenyum miris saat Leon terdiam, menatap Riana tanpa ekspresi. Dia jadi merasa bersalah karena membicarakan pria lain di depan Leon.
"Ma–maaf." Dia menunduk, menggigit bibir bawahnya. "Tadi enggak sengaja, ketularan Nira nih kayaknya!" Anira yang sedang duduk di kursi dekat pintu jadi menoleh, lalu mengerutkan kening karena tiba-tiba namanya disebut.
"Yo! Gue punya cara supaya Nada bisa jatuh cinta sama lo!" ucap Darel sambil memutar-mutar ponselnya.
"Biasanya cara si Mbah Dadar suka bener. Gimana, tuh, gimana?!" balas Argi sambil terkekeh. "Ar! Lo ngapain jongkok segala, ha?!"
"Ada Kucing, woy! Imut banget."
Argi meringis ketika melihat Arion, pria itu sedang berjongkok di dekat pintu kamar mandi sembari mengelus kepala Anak Kucing berwarna oranye. Keano hanya diam, dalam hati terheran-heran karena punya sahabat yang random seperti mereka.
"Cepetan, Monyet! Caranya gimana?" teriak Zio tak sabaran. Di depannya masih ada Nada, dia sedang berusaha menahan kesalnya agar tidak meledak di sana.
"Gunakan cara triple B." Darel berdiri, mengacungkan jari telunjuknya sok serius. Banyak pasang mata yang memandangnya, kebanyakan geleng-geleng melihat kelakuan teman-teman Leon.
KAMU SEDANG MEMBACA
RL's Story
Teen FictionBagaimana jika hidupmu dipenuhi dengan misteri? Sama seperti Riana Maudy yang berhari-hari kebingungan karena mendapat notes aneh, dan itu kerap terjadi semenjak bertemu dengan pria menyebalkan. Sudah berapa notes yang dia temukan? Riana pun malas...