7. Cantik

123 35 109
                                    

Riana mengetuk pintu rumahnya sebelum masuk ke dalam rumah. Ia menaiki tangga dengan langkah lunglai, lalu membuka pintu kamarnya. Tasnya dia lempar ke sembarang arah, sehingga Riana langsung membaringkan diri di ranjang.

Tangannya bergerak mengambil ponsel, lalu membuka room chat-nya dengan Anira.


Riana: Raaa! Kamu tahu, enggak?

Anira: Enggak, lah

Riana: Belum, ih. Kamu mah gitu:(

Anira: Sorry-sorry, bercanda. Emangnya
lo kenapa?

Riana: Aku pulang sama kak Leon, nah kalung yang aku ceritain ke kamu
itu punya dia

Anira: Hah, beneran? Tapi ... itu kalung
cewek Riana

Riana: Emangnya laki-laki
gak boleh pake kalung gitu, ya?

Anira: Boleh, kok:)

Riana: Masa sih? Baru tahu, aku


Anira: YA GAK BOLEH, LAH, RIANA MAUDY
MASA COWOK PAKE KALUNG GITUAN?!


Riana: Ya udah sih jangan ngambek. Kan aku cuma nanya

Riana berdecak, lalu menyimpan ponselnya di nakas. Baru saja, suara lantunan adzan maghrib terdengar, ia beringsut duduk, lalu berdiri untuk mengganti pakaian dan shalat.

Setelah selesai, dia merapikan mukena dan sejadahnya, lalu Riana simpan. Ia ngantuk, segera menghampiri pulau kapuknya dan terkelap di sana.

-

"Ria! Bangun, elah. Kebo, lo," ucap Daffin. Daffin berusaha membangunkan Riana, dia menepuk pipi Riana berkali-kali.

Riana baru saja tertidur, tapi sudah dibangunkan lagi. Dia menggeram, lalu membelakangi Daffin dengan kepala yang dia tutup menggunakan bantal.

Karena Daffin terus ngotot, terus saja mengganggu Riana, Riana bangun. Dia menguap sambil mengedarkan pandangannya.

"Lo dandan yang rapi, mandi sampai harum, terus turun ke bawah. Cepetan!" teriak Daffin.

Dandan yang rapi? Mandi sampai harum? Turun ke bawah?

Riana tak peduli dengan ucapan Daffin yang kini sudah geram sendiri karena Riana main kabur saja. Riana hanya penasaran, mengapa Kakaknya berucap seperti itu. Ada apa? Apakah akan ada perayaan? Atau hal lain?

Dia menuruni anak tangga, sambil menebak-nebak pertanyaan yang dia ucapkan dalam hati. Belum sampai tangga terakhir, Riana berhenti. Dia memandang kaget dengan kehadiran Leon diruang tamu ditemani bunda.

Sesekali mereka tertawa kecil, Leon terlihat agak kaku ketika mengobrol dengan Bunda Riana. Tapi, Riana yakin dia berusaha untuk tidak terlihat kaku.

Jelas Riana kaget, dia tidak pernah punya pemikiran bahwa Leon akan datang ke rumahnya. Dia gelagapan, Riana langsung menaiki tangga menuju kamar. Dia mengunci pintunya, lalu berkeliling mencari handphone-nya. Nafasnya masih ngos-ngosan, keringatnya juga masih bercucuran.

"Kak Daffin, kok ada cowok itu?" Nada suara Riana naik, dia menggigit bibir bawahnya merasa gugup.

"Gak tahu, turun aja, sana! Kasihan woy anak orang. Dia cakep, lumayan kan hati lo gak abu-abu."

RL's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang